17. Mama si Kembar

40.9K 3.6K 88
                                    

Jumat (10.35), 12 Oktober 2018

-----------------------

Wanita paruh baya yang tampak begitu anggun itu berjalan dengan langkah pasti memasuki gedung perusahaan Green Land Property Tbk. Beberapa pegawai yang mengenal wanita itu langsung menyapa penuh hormat, menandakan dia termasuk orang penting.

Tiba di meja resepsionis, dua wanita yang bertugas di sana tersenyum ramah. "Pagi, Nyonya Renata."

Rena balas tersenyum. "Pagi, Rea. Apa Fachmi sedang ada tamu?"

"Tidak, Nyonya. Pak Fachmi ada di ruangannya. Apa saya perlu memberitahu bahwa Anda datang berkunjung?"

"Tidak perlu. Aku langsung ke ruangannya saja."

Setelahnya Rena melangkah menuju lift. Tak lama kemudian dia sudah dipersilakan masuk oleh sekretaris Fachmi yang juga menyapa ramah. Yah, memang hampir semua orang di perusahaan itu tahu siapa Rena. Mungkin hanya pegawai baru yang tidak mengetahuinya.

Tanpa mengetuk, Rena masuk ruangan Fachmi. Sejenak dia diam di dekat pintu, memperhatikan sang putra yang tampak serius menulis sesuatu.

"Tidak baik bekerja terlalu keras. Perusahaan ini tidak akan bangkrut meski kau berlibur selama seminggu."

Fachmi tersentak kaget lalu mendongak. Dia benar-benar tenggelam dalam pekerjaan hingga tidak sadar bahwa ada orang yang masuk ke ruangannya.

"Mama? Kapan Mama tiba?" Fachmi segera berdiri lalu menghampiri Mamanya. Seperti biasa, dia langsung mengecup pipi kanan-kiri sang Mama.

"Sudah satu jam Mama berdiri di sini," nada Rena terdengar menggerutu.

Kening Fachmi berkerut. "Hebat sekali. Padahal aku ada di ruangan ini belum setengah jam."

Rena terkekeh. "Yah, Mama salah perhitungan."

Fachmi tetap menampilkan raut datar. "Apa ada yang lucu?"

Krik... krik... krik.

Sejak kapan ada suara jangkrik di dalam ruang CEO perusahaan sekelas Green Land Property Tbk?

Gemas, Rena menarik salah satu telinga Fachmi lalu menyeretnya ke sofa.

"Aduh, Ma. Sakit."

"Jangan pasang tampang menyebalkan itu di hadapan Mama."

Topeng datar Fachmi langsung retak. Dia tersenyum lebar, geli melihat raut merajuk sang Mama. "Mama jadi tampak seperti gadis remaja kalau merajuk seperti itu."

"Jangan merayu Mama agar Mama mau melepaskan telingamu." Rena melotot.

"Itu bukan sekedar rayuan, Ma. Mama memang masih tampak cantik dan menggemaskan seperti gadis remaja. Buktinya temanku pernah mengirimi Mama surat cinta." Fachmi langsung terbahak mengingat kejadian itu.

Rena melepaskan telinga Fachmi tapi memukul lengan putranya itu agar berhenti tertawa. "Jangan bicarakan hal itu di depan Papamu. Bisa-bisa dia bertindak memalukan lagi."

Fachmi semakin terbahak mengingat kelakuan sang Papa setelah mengetahui surat cinta itu. Kejadian itu terjadi saat Fachmi dan Farrel masih Sekolah Menengah Atas. Salah satu teman mereka mengaku suka pada Mama Rena lalu nekat mengirim surat cinta.

Sebenarnya Papa mereka tidak tahu karena surat itu langsung dibuang begitu sang Mama selesai membacanya. Tapi Farrel mengambil surat itu dari tempat sampah lalu memberikannya pada sang Papa. Alhasil, Papa mereka mencegat si pengirim surat sepulang sekolah seperti remaja yang cemburu. Dan parahnya, teman Fachmi itu bersikap menantang. Akhirnya terjadi baku hantam yang tidak hanya melibatkan Papa Rafka dan si pengirim surat karena pemuda itu mengajak teman-temannya untuk membantu,

Is This Love? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang