22. Meminang

48.6K 4K 88
                                    

Selasa (23.03), 30 Oktober 2018

----------------------

Tangan Kanza gemetar saat ia berusaha menaikkan ritsleting gaun yang diminta Fachmi untuk ia kenakan hari ini. Matanya terasa panas namun sejauh ini Kanza masih sanggup menahan air mata agar tidak tumpah.

Kemarin setelah Fachmi mengutarakan rencananya untuk menemui keluarga Kanza, Farrel buru-buru pergi untuk menemui orang tuanya. Dia bilang hendak mencari dukungan dari orang tuanya agar Fachmi mau membatalkan niatnya meminang Kanza. Tapi hingga kini tidak ada kabar dari Farrel. Mendadak lelaki itu hilang seperti ditelan bumi.

Setelah mengakui perasaan cintanya pada Farrel dan bersedia menunggu lelaki itu, bayangan menikah dengan Fachmi menjadi menakutkan baginya. Dia takut jika harus terikat dengan lelaki yang tidak ia cintai sementara lelaki yang dicintainya berada begitu dekat. Entah sehancur apa perasaannya kelak. Terutama Kanza takut membayangkan harus melewatkan malam dengan Fachmi seperti yang pernah ia lakukan bersama Farrel. Meski tampilan luar mereka sama, Kanza tidak mungkin bisa berpura-pura bahwa lelaki yang tengah mencumbunya adalah Farrel, bukannya Fachmi.

Selesai mengenakan gaun, Kanza duduk di depan meja rias untuk memoleskan make-up tipis di wajahnya. Bagaimanapun dia akan pulang ke rumah orang tuanya. Dia tidak mungkin datang dengan penampilan asal-asalan dan membuat Fachmi menjadi buruk di mata mereka karena tidak mengurusnya dengan baik.

Beberapa menit kemudian, Kanza sudah siap. Namun ketakutan semakin mendera hatinya. Dengan kekhawatiran yang kian memuncak, Kanza keluar kamar.

Dia berdiri sambil kedua tangannya saling meremas di ruang tamu. Tampak Fachmi tengah menerima telepon dengan posisi memunggungi Kanza. Lelaki itu juga sudah siap dengan setelahjas rapi seolah hendak berangkat ke kantor.

"Saat ini aku masih ada urusan keluarga. Aku akan mengurusnya besok."

"..."

"Tentu. Aku percayakan padamu."

Usai mengatakan kalimat itu, Fachmi menutup telepon lalu berbalik. Perhatiannya langsung terpaku pada Kanza yang menatapnya cemas.

"Kau sudah selesai?" tanya Fachmi dengan nada dingin seperti biasa.

Kanza menelan ludah lalu mengangguk.

"Bagus. Kita berangkat sekarang."

Fachmi segera meraih kunci mobil di atas meja lalu berjalan menuju pintu tanpa menunggu Kanza. Buru-buru Kanza membuntuti Fachmi. Beruntung lelaki itu cukup pengertian dengan membelikan Kanza sepatu dengan alas datar.

Di dalam lift menuju lobby, Kanza tidak sanggup lagi menahan diri untuk mengutarakan apa yang dia pikirkan.

"Hmm, sepertinya kau ada masalah di kantor. Maaf, tadi aku tidak sengaja mendengar." Kanza menggigit bibirnya, cemas menunggu tanggapan Fachmi.

"Ya, memang."

Diam-diam Kanza mendesah lega karena lelaki itu mau menjawab pertanyaannya. "Seharusnya kau tidak memaksakan diri untuk menemui keluargaku sekarang. Urusan kantor lebih penting." Dan itu akan memberi Farrel kesempatan untuk mencegah pertemuan ini.

"Aku tidak mau dicap sebagai calon menantu yang buruk karena aku sudah memberitahu ayah dan adikmu bahwa kita akan datang ke sana sekarang."

Bahu Kanza menjadi lunglai, merasa kalah sebelum berperang.

"Lagipula, keluargaku sudah dalam perjalanan ke sana," imbuh Fachmi.

Keluarga? Apa Farrel juga?

"Apa seluruh anggota keluargamu akan datang?"

"Tidak semua. Hanya Mama, Papa, dan... Farrel."

DEG.

Is This Love? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang