21. Permohonan Farrel

41.7K 3.7K 57
                                    

Jumat (20.23), 26 Oktober 2018

-------------------------

Kanza terisak di kamarnya karena sikap Farrel tadi. Namun itu tidak berlangsung lama. Setelahnya dia diliputi perasaan kesal.

Kenapa lelaki menyebalkan itu tidak menyusulnya lalu berusaha menghibur?

Kanza tidak berharap Farrel melakukan hal itu. Tapi sebagai seorang lelaki yang 'katanya' mencintai Kanza, harusnya Farrel panik sekarang karena telah membuatnya menangis.

Memangnya itu bukan berharap? Tanya Kanza pada dirinya sendiri.

Tentu saja bukan! Yah, tapi mirip.

Intinya, Farrel memang luar biasa menyebalkan. Entah mengapa takdir malah membuat Kanza jatuh cinta pada orang semacam itu. Kenapa bukan pada lelaki yang lebih peka dan bersedia memahami Kanza?

Astaga, Kanza. Hentikan!

Harusnya dirinya tidak peduli pada apapun yang Farrel lakukan. Harusnya Kanza menangis karena tadi Fachmi melontarkan kata-kata penuh ancaman. Kenyataannya, Kanza sanggup menahan air mata saat Fachmi melontarkan kalimat dingin dan tajam itu. Tapi dia langsung menangis tanpa bisa dicegah saat Farrel menolaknya seraya berkata dengan nada yang sama dingin dan tajamnya seperti Fachmi.

Semua ini semakin kacau. Perasaan cinta di hati Kanza terhadap Farrel kian membesar hingga memenuhi seluruh hatinya. Tidak ada lagi tempat untuk Fachmi. Lalu bagaimana rumah tangganya dengan Fachmi nanti? Akankah Kanza sanggup menjalani hari-hari dengan kenyataan bahwa lelaki yang dia cintai adalah adik kembar suaminya?

Kenapa baru sekarang Kanza berpikir seperti itu? Bukankah Carissa, Jessie, dan Farrel sudah mengingatkan Kanza akan resiko itu? Jadi, apa sekarang dirinya mulai meragukan rencana pernikahannya dengan Fachmi?

Andai Kanza bersikap tegas, memberitahu Fachmi mengenai perasaannya sebenarnya, lalu apa yang akan terjadi pada Fachmi? Bagaimana perasaan lelaki itu? Masih pantaskah Kanza bahagia setelah dengan sengaja melukai lelaki yang telah menjadi penyelamat keluarganya?

Semua pemikiran itu membuat kepala Kanza sakit. Akhirnya dia putuskan pergi ke dapur untuk membuat secangkir teh hangat.

Tiba di dapur, Kanza tertegun melihat Farrel duduk bertelanjang dada di kursi depan meja makan sambil mengompres bagian-bagian tubuhnya yang memar. Memar yang tampak paling mengerikan yaitu di bagian dada. Warnanya sudah berubah membiru dengan bercak-bercak merah.

"Astaga!" pekik Kanza seraya bergegas menghampiri Farrel.

Rasa bersalah mendera hati Kanza. Sejak tadi dia menyalahkan Farrel karena tidak menyusulnya ke kamar. Tapi ternyata Farrel di sini sendirian, berusaha mengobati dirinya sendiri.

Tiba di dekat Farrel, Kanza hendak mengambil alih kain basah yang membungkus es batu di tangan lelaki itu namun seperti tadi, Farrel menolak.

"Aku bisa sendiri. Tidak perlu buang waktu untuk mencemaskan lelaki sinting yang tidak kau cintai ini." Farrel meringis karena gerakannya membuat memar di lengannya terasa sakit. "Ah, ya. Jangan terlalu dekat denganku. Kau pasti tidak mau membuat calon suamimu marah karena kedekatan kita, kan?"

Mata Kanza kembali berkaca-kaca. Selama beberapa saat dia hanya berdiri diam di samping Farrel duduk. Tapi kemudian dengan kasar Kanza merampas kain di tangan Farrel.

"Hei!" seru Farrel berusaha merebut kain itu kembali.

"Apa yang kau mau?!" tanya Kanza dengan nada tinggi bercampur air mata. "Kau ingin pengakuan? Baiklah, aku akan mengakuinya. Aku memang mencintaimu, dasar lelaki brengsek!" kemudian Kanza terisak. "Aku benar-benar mencintaimu. Jadi kumohon, jangan tolak aku lagi. Jangan dorong aku menjauh."

Is This Love? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang