Chapter 1

24 2 1
                                    

Dering suara handphone yang menujukkan panggilan masuk membuat seseorang terbangun dari tidurnya. Setelah tau siapa yang menelponnya tanpa menunggu waktu lama langsung saja ia menggeser tombol berwarna hijau.

"Halo ?" Sapanya

"Bi.. lo lagi apa?"tanya seseorang

"Lun ini udah jam 2 pagi,lo gak tidur?"

"Yah lo pasti kebangun karena telepon dari gue ya?"

"Lun tidur ya, nanti lo kesiangan"

"Bryan Luna punya tebak-tebakan loh,mau denger gak?" Bryan mendengus, ia tahu jika Luna sudah bertingkah seperti ini pasti ada sesuatu yang Luna rasakan.

"Kenapa putri salju bangun dari tidur panjangnya setelah dicium pangeran?"

"Lun, lo gak bisa tidur ya?" Yang ditanya justru tersenyum di ujung teleponnya.

"Seperti yang diharpkan Bryan Wijaya selalu tahu tentang apa yang dirasakan Aluna, bener kan?" Tanya Aluna

"Lo kenapa gak bisa tidur, apa lo dari mimpi buruk lagi?"

"Gak kok bi, gue cuman kangen sama lo" jawaban dari Aluna membuat mereka berdua sama-sama terdiam. Rasa 'sakit' itu muncul lagi di benak Bryan, ia memejamkan matanya membayangkan sakitnya seperti berjalan di jalan yang penuh dengan potongan pecahan kaca dan paku,sakit namun jika itu untuk Luna, Bryan siap melakukannya.

"Besok kan lo sama gue bakal ketemu,jadi lo tidur ya sekarang"

"Gue takut Bi, saat nanti gue tidur mimpi gue bakal jadi kenyataan kalau lo bakal ninggalin gue sendiri" suara Aluna berubah menjadi sedikit mengecil menandakan ketakutannya.

"Hushh.. lo gak usah takut,hal itu gak akan terjadi dan gak akan pernah terjadi, gue bakal selalu ada di sisi lo sampe kapan pun, jadi sekarang lo harus istirahat biar besok lo bisa temu gue"

"Jangan di matiin ya teleponnya sampe gue tidur, gue pengen lo nemenin gue sampe gue tidur"

"Iya,sekarang lo tidur gih" Bryan dan Aluna sama-sama menidurkan kembali tubuh mereka di kasur masing-masing, mereka pun sama-sama menatap ke arah depan dengan tatapan yang sulit di artikan, hanya mereka yang tau apa yang mereka rasakan saat ini entah itu berupa kesakitan,kesedihan ataupun ketakutan yang mendalam.


Aluna terus mencari keberadaan dasinya yang seingat nya sudah ia gantung di lemari pakaian nya pada minggu lalu namun pada pagi ini dasi itu justru menghilang membuat paginya menjadi buru-buru. Ia melihat jam dinding menunjukkan pukul 06.55 yang artinya 15 menit lagi gerbang sekolah nya sudah ditutup, suara klakson motor membuat Aluna menyudahi pencariannya ia buru-buru keluar untuk pergi menuju sekolah.

"Lo kok lama amat sih Lun" tanya Bryan sambil membenarkan rambut Aluna yang sedikit berantakan

"Ini juga, pagi-pagi udah keringetan lo ngapain sih di dalem, perang?" Tanya kembali Bryan sambil menyeka keringat Aluna di sekitar hidung dan pelipisnya.

"Isss, gue tuh nyari dasi tapi gak ketemu-ketemu padahal gue inget banget kalau tuh dasi udah gue balikin di tempatnya"

"Oke-oke sekarang udah jam 7 tepat gak ada waktu lagi buat kita nyari dasi lo yang ada kita bakal telat nanti, kalau gue yang telat sih gak masalah cuman kalau lo yang nanti telat kan repot, jadi kita berangkat sekarang ya" Aluna hanya mengangguk mengiyakan pasalnya benar apa yang Bryan katakan jika mereka berdua mencari kembali dasinya yang hilang maka mereka berdua akan telat pergi kesekolah.

Bryan membantu Aluna menaiki motornya yang cukup tinggi dan memasangkan helm ke pada Aluna.

"Helmnya pakek dulu ya tuan putri biar mahkotanya aman" Aluna tersenyum mengangguk lalu mengalungkan tangannya di pinggang Bryan dan menyederkan kepalanya di bahu Bryan. Menurut Aluna tak apa jika ia kehilangan semua yang ia punya asalkan Bryan tetap disampingnya Aluna sanggup menghadapi semua, Karena Bryan adalah sosok yang tetap mempertahankan meski seluruh dunia mematahkan.



Motor Bryan telah memasuki halaman parkir pas dengan suara bel pertanda masuk yang mengema di seluruh penjuru sekolah. Setelah membantu Aluna turun dan melepaskan helmnya Bryan tiba-tiba melepaskan dasinya dan memasangkannya kepada Aluna.

The Day That WhentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang