"Lily, kau serius ?"
"Iya."
"Sungguh ?"
"Iya."
"Kau yakin tidak mau kuantar pulang ?"
"Iyaaaa, Yeri. Sudah, kau pulang saja sana."
"Ya sudah, bye."
"Bye."
Matahari siang ini bersinar sangat terik. Lily jadi ingat motor matic Saeron yang berwarna kuning terang, Diplo namanya—yeah, manusia konyol manalagi yang menamai motornya se'keren' itu. Saat ditanya apa alasannya gadis berambut hitam itu hanya mengedikkan bahunya.
Baiklah, lupakan Saeron dan motornya itu. Mari kembali ke sesi menunggu-jemputan-part-2. Lily seharusnya sudah pulang sejak tadi, saat ini harusnya ia sudah mengganti rok pendeknya dengan celana training lusuh favoritnya, mengganti kemejanya dengan kaos belelnya, menjepit rambut panjangnya asal-asalan karena siang ini cuaca begitu panas. Saat ini harusnya ia sedang duduk santai di depan TV menonton serial kartun favoritnya sambil sesekali berebut camilan dengan kedua kakaknya. Tapi nyatanya ia masih disini, duduk sendirian di halte sekolah melindungi diri dari sengatan sinar UV yang dapat membakar kulit. Semua ini karena Nakyung yang lupa membawa laporan prakerin, ditambah lagi meminta tanda tangan Ketua Prodi Farmasi saja susahnya minta ampun rasanya seperti meminta tanda tangan Lee Minho.
Tak lama kemudian terdengar deru motor yang mendekat.
TIN!
"Ayo naik!"
Lily melangkah gontai ke arah Chanwoo. "Kenapa lama sekali ?" protesnya sambil memakai helm asal-asalan.
"Ck. Pakai helm dengan benar." Chanwoo mengaitkan pengait helm Lily, "Tadi ada urusan penting."
"Aku nyaris karatan menunggumu disini." Lily mendudukan dirinya di jok penumpang.
"Itu sih kulitmu saja yang gelap." sahutnya kalem sambil melajukan motornya.
"Apa hubungannya, sialan!" pekiknya di sela-sela deru motor.
Chanwoo tergelak, ia menatap jahil adiknya lewat kaca spion. Lily menatap sebal kakaknya.
"Hey, jangan cemberut begitu. Okay, kakak salah, kakak minta maaf ya ?"
"Hmm."
"Dimaafkan tidak ?"
"Iyaaa."
"Oiya, setelah mengambil raportmu tadi Ka Jaehyun langsung pergi ke kampus, katanya dia akan pulang terlambat jadi kita makan siang di luar ya ?"
"Kenapa kakak tidak masak saja ?"
Chanwoo menghela napas, "Kau kan tahu."
"Yeah, kau tidak bisa membedakan wortel dan jari." gumamnya pelan.
"Hey, aku bisa mendengarnya."
***
Akhirnya mereka sampai di sebuah pusat perbelanjaan, mereka segera meluncur ke foodcourt di lantai 4.
"What do you want to eat ?" tanya Chanwoo sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling foodcourt.
"I don't know, anything you want."
"Chinese ? Italian ?"
"No, I don't feel like it."
"Mexican ? Thai ?"
"Messes with my tummy. Nope."
"Then, what do you want to eat ?"
Lily mengedikkan bahunya acuh, "I don't know, anything you want."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Pinch of Your Heart
FanfictionAll we do is think about the feelings that we hide.