Embun pagi membungkus kota Jakarta yang padat akan aktivitas, tiba tiba seorang gadis belia dikejutkan oleh siraman air yang menghantam wajah nya. "Astaga bu, basah semua kan" Merengek kesal. "Siapa suruh kamu tidak bangun-bangun, Ibu lelah berteriak membangunkanmu ini sudah pukul 07 : 00 , kamu bisa terlambat".
Tiara pun bergegas mandi dan memakai pakaiannya tak lama hanya perlu 25 menit bagi nya untuk mempersiapkan diri. Tanpa memakan sarapan yang sudah disiap kan ibu ia langsung pamit berangkat sekolah dengan sepeda kesayangannya. Hari sudah menunjukkan pukul 07 : 30 seharusnya ia sudah ada disekolah namun naas karena kesiangan ia pun terlambat. " Yah, gerbangnya sudah ditutup" dengan suara lemas.
"Pak pak bukain dong sekali ini aja, ayo dong pak" dengan nada memohon. "Maaf na tiara, Bapak tidak bisa menolong kamu sudah terlalu sering Bapak tolong".Dengan wajah kesal ia pun diam dan berdiri didepan gerbang dengan muka cemberut, tak lama setelah itu datang seorang anak laki-laki yang terengah-engah karena berlari.
"Huf telat lagi, apes banget gue"cetusnya kesal.
Sejenak Tiara terdiam sambil memandangi Lelaki itu, ia benar-benar tidak pernah menyangka bahwa kesiangan kali ini membawa keberuntungan bagi nya.
Bagaimana tidak, ia dipertemukan dengan pangeran idamannya, siapa lagi kalo bukan Rendy Efendy si ganteng dari kelas 12 IPA 3. Kalo begini aku ingin terlambat terus gumamnya dalam hati. Rendy yang sedari tadi sadar sedang diperhatikan oleh gadis mungil disebelahnya pun menyapanya dengan senyuman. Ya Tuhan gak salah dia senyum sama gue? Apa bener dia senyum buat gue?. Tidak ada yang bisa Tiara lakukan di kala hatinya yang sedang berbunga-bunga ini dia hanya membalas senyuman Rendy dengan senyuman yang malu malu kucing.Sesampainya dikelas Tiara menyapa Fanda sahabat karib nya dengan senyuman manis seakan ia tidak berbuat kesalahan hari ini, padahal sangat jelas ia salah karena terlambat. Seakan bisa membaca pikiran Fanda yang penuh kebingungan Tiara pun menjelaskam semuanya tentang betapa bahagianya ia hari ini, apalagi kalo bukan karena pangeran idamannya itu. Fanda hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sahabatnya itu seraya bertanya dalam hati seberapa inginkah sahabatnya ini mendapatkan seorang Rendy Efendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu mu
RomanceIa terkejut mendengar suara itu, ia takut membuka matanya tapi mau bagaimana lagi untuk memastikan ia harus membuka matanya. "Mau apa kamu kesini Ren bukan kah lusa adalah har...". Belum selesai bicara Rendy memberi Tiara sebuah undangan. "Aku cuma...