TERUNTUK PENYEJUK JIWA

28 4 1
                                    

Teruntuk engkau penyejuk jiwa, senyuman manismu seakan-akan mengalihkan duniaku, hatiku kembali bersinar setelah kau hadir didalam kehidupanku.

Hatiku sudah lama berdebu karena tidak ada satu orangpun yang mampu membuka kuncinya. Kau hadir dengan membawa kunci itu, membuka dengan perlahan tapi pasti.

Setelah kau berhasil membukanya , kaupun membersihkan hatiku yang berdebu dengan anggun dan elegant. Aku sudah lama bergelut dan meratapi puing-puing kenangan.  Seirama dengan reruntuhan harapan yang sirna bak ditelan masa.

Kini kau hadir dengan membawa sejuta harapan, mulai membangun semua dari awal, dari pondasi yang kau tancapkan begitu kokoh di kehidupanku. Aku telah menitipkan sebuah kepercayaan besar kepadamu, sebuah kepercayaan yang belum pernah aku beri untuk orang lain, aku harap kau tidak mengkhianatinya.

Kau berhasil memikat ku dalam sekejap, aku harap kau berniat mengikat ku dalam ikatan suci. Suatu saat nanti.

Kau bagaikan teroris didalam kehidupanku, meneror dan menjajah hatiku, sehingga aku tak berdaya dibuatnya. Masuk tanpa permisi, lalu singgah dan menetap dihati ini.

Strategi apa yang kau gunakan sehingga aku tak berdaya? Senjata apa yang kau gunakan, sehingga tamengku runtuh ? haruskah aku tak berdaya di hadapanmu ? atau perlukah aku pura-pura tangguh? Selamat kau telah berhasil menjajah hatiku dengan sempurna.

Apakah kau menetap dihatiku selamanya? Atau hanya sebatas persinggahan? Jika ingin menetap, menetaplah sebagai "tanda titik", jangan sebagai "tanda koma".

Jadikan lah aku titik terakhir penjajahan mu. Kau begitu fokus dimataku, disaat semuanya buram. Sini mendekatlah kepadaku, aku ingin merasakan detak jantungmu, apakah seirama denganku atau tidak ? jika tidak, biar aku ajari bagaimana menyeiramakan detak jantung kita.

Aku ingin hatimu dan hatiku berkonspirasi layaknya alam semesta ini. Aku ingin hati kita berkolaborasi dengan mengharap ridho-Nya.  Aku ini egois, egois karena hanya aku yang boleh memiliki seutuhnya.

Teruntuk penyejuk jiwa, tetaplah menjadi "penenangku”, disaat aku berada dititik terendah sekalipun. Tetaplah menjadi " penasihatku", disaat aku butuh nasihat dan saran,

tetaplah menjadi “penyejuk jiwa”, disaat aku marah, tetaplah menjadi “pelengkap”, disaat aku memiliki banyak kekurangan dan tetaplah menjadi "ketetapan terindah" ku untuk saat ini dan nanti.

-Penulis : Muhammad Fauzi
-Instagram : @muhammadfauzi746

Terukir Nama-Mu Di Laudz Mahfudz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang