"Perjumpaan Termanis"

104 7 5
                                    

Ketika aku menelusuri jalan tanpa arah tujuan, tiba-tiba ada seseorang yang mencuri pandanganku, mungkin saja dia bisa merubah takdirku. Tatapan matanya seakan-akan membius mata ini, yang tidak mau berkedip walaupun sedetik.

Aku terkejut ketika kau menyapaku dengan suara merdu, sapaan itu berhasil membuatku jatuh hati kepadamu. Sebenarnya aku ingin sekali menjabat tanganmu, tapi aku tau itu salah.

Sebelum aku menjabat tanganmu, terlebih dahulu aku menjabat tangan ayahmu, untuk memastikan kau akan menjadi milikku seutuhnya. Senyuman manismu yang dilontarkan kepadaku berhasil merobohkan bangunanku dalam sekejap, yang telah aku bangun selama ini.

Perjumpaan kita begitu sederhana tapi manis, dan aku suka itu. Tidak sedramatis film korea yang membuat para penggemarnya baper, namun perjumpaan kita sederhana, yang membuatku hidup tanpa mu begitu merana.

Meski begitu kau begitu istimewa bagiku, melebihi apa yang aku tulis dalam buku ini. Bahkan aku yakin kau bukan manusia biasa, mungkin kau adalah malaikat yang sedang menyamar untuk menjadi penyempurna imanku, yang telah berbahasil memborbardir isi hati ini. Aku seperti manusia yang tak berdaya dan hanya bisa berharap, bahwa kau lah ketetapan terindahku.

Tolong , jangan pergi dulu, aku tidak mau selepas aku pulang kerumah, aku hanya bisa berlama-lama memandangmu di layar ponsel. Kau terlalu indah untuk aku biarkan berkeliaran di ruang waktu. Sudah , duduk saja di sebelahku, sampai akhir waktu bila perlu. Aku takkan keberatan. Jangan tanya kenapa, logika ku sudah mati, kerena cinta terlalu sempit jika hanya dipandang dari segi logika.

Jantungku berdegup kencang saat duduk disebelahmu, kita saling melempar pertanyaan dan akupun tengelam dalam senyuman manismu, aku tau senyuman mu itu hanya bumbu pemanis saja kepadaku. Aku berharap dapat menemukan senyuman mu yang sesungguhnya. Jika tidak keberatan, aku lah orangnya yang akan membuat mu tersenyuman di sepanjang waktu.

Sekian lama berbincang, kau pun pamit pulang kepadaku. Entah kenapa aku berat mengizinkan mu pulang, tapi hari semakin senja, dan akhirnya kau pun pulang, meninggalakan wangi yang harum mewarnai udara.

Kau pulang tanpa mau bertanggung jawab , bahwa aku telah jatuh hati kepadamu. Kata fiersa besari : "jika kasmaran adalah narkotik, maka kau adalah bandarnya, dan aku bagaikan pecandu yang rela menggadaikan jiwa demi menatap matamu sekali lagi".

Terukir Nama-Mu Di Laudz Mahfudz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang