Sad Beautiful Tragic Love Affair

248 30 3
                                    

California, November 9th 2013.

Duduk ditaman. Merasakan sejuknya angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya. Satu-satunya hal paling menyenangkan yang bisa ia lakukan selama 7 bulan terakhir.

Ya. Sudah 7 bulan Sehun disekap di Rumah Sakit ini. Sungguh, padahal Sehun tidak apa-apa. Ia hanya buta. Orang buta masih bisa tinggal dirumah bukan? Tapi ia tidak diizinkan tinggal dirumah peninggalan Ayahnya.

Karna Ayah Jennie telah menjual rumah itu. Ayah Jennie bahkan membuat beberapa perubahan yang menyebabkan kemerosotan pada Perusahaan milik Almarhum ayahnya. Sehun tahu karna anak buah almarhum ayahnya sangat setia pada beliau. Mereka kerap kali mengunjungi Sehun untuk menceritakan apa yang terjadi meskipun Sehun tak pernah menanggapi. Ia sudah tidak peduli lagi. Lagipula tak ada yang bisa ia lakukan. Jadi ia memilih untuk diam.

"Apa yang kau lihat?" Tanya seseorang.
Spontan, Sehun menoleh kearah orang tersebut meskipun ia tak bisa melihatnya.

Orang itu terkekeh. Suaranya sangat lembut selembut sutra. Sehun menyadari kalau orang ini perempuan. "Aku bicara padamu tampan." Lanjutnya. Ia mengenakan bahasa korea. Jadi bisa disimpulkan adalah rang korea dan orang ini tahu bahwa dirinya adalah orang korea.

Sehun sebenarnya bisa berbahasa inggris. Tapi ia sangat malas menggunakannya. Ia lebih suka berpura-pura tak bisa berbahasa inggris jika itu adalah orang asing.

"Kenapa kau diam saja? Apa kau tidak bisa bicara? Itukah sebabnya kau berada disini?" Tanya gadis itu lagi.

Sehun masih saja bungkam. Ia memanglah orang yang cuek. Tapi sejak ia kecelakaan, ia menjadi lebih cuek dan tidak pedulian. Ia jarang sekali mau berbicara dengan orang asing. Jangankan orang asing, orang yang sudah sering ia temuipun jarang ia ladeni berbicara. Seperti Jennie misalnya. Ia hanya berfikir percuma saja membuang-buang tenaga untuk membicarakan hal yang tidak penting. Ia hanya mau membuka mulutnya jika ada hal yang mendesak dan benar-benar penting.

Sehun kembali mengalihkan pandangan kedepannya. Berusaha mengabaikan gadis disampingnya. Toh juga nanti gadis itu akan pergi sendiri jika ia terus menerus diabaikan.

"Aku selalu suka duduk diam dan merasakan angin. Rasanya sangat damai dan begitu menentramkan." Gadis itu bicara sendiri. "Meskipun saat ini matahari sedang panas, entah bagaimana anginnya bisa menyejukkan."

"Ngomong-ngomong aku Jisoo. Kau?" Jisoo memandang wajah Sehun. Mengagumi setiap lekukan diwajahnya yang tampak sempurna dimatanya. Ia menyukai bulu mata Sehun yang panjang dan lentik. Menyukai iris berwarna coklat gelap didalamnya. Menyukai hidung mungil yang mancung itu. bibir tipis namun seksinya. Juga Surai berwarna coklat seperti lumpur itu. Ingin rasanya ia mengelusnya.

"Aku curiga kau tidak bisa mendengar. Makanya kau juga tidak bisa bicara. Tapi tak apa. Aku sangat kesepian. Aku senang punya teman bicara meskipun kau tidak menjawab. Bahkan belum tentu kau mendengar yang kukatakan." Jisoo kembali fokus kedepannya dan menutup matanya. Membiarkan angin memainkan surai violetnya yang bergerlombang.

15 menit kemudian Jisoo kembali menatap Sehun. "Aku heran bagaimana kau bisa terus membuka matamu seperti itu? padahal mataharinya menyorot kita dari depan. Ayo kita pindah tempat duduk." Jisoo beranjak. Ia berdiri didepan Sehun lalu bicara perlahan. "A-yo ki-ta pin-dah tem-pat du-duk." Sambil memperagakan bahasa isyarat sebisanya. Ia benar-benar mengira Sehun Tunarungu.

Akhirnya Sehun memberi respon. Ia terkekeh meskipun hanya sedikit. Ia mulai merasa tingkah Jisoo menggemaskan. "Aku buta. Bukannya tuli."

"Akhirnya kau bicara juga." Jisoo mendesah lega. "Kalau begitu ayo, kita cari kursi yang lain."

"Kau pergi saja. Aku suka disini." Jawab Sehun datar.

Jisoo mencebik mendengar nada suara Sehun. Ia kembali duduk disebelah Sehun.

Sad Beautiful Tragic | HUNSOO/HUNRENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang