Menemukan Tania

5.1K 346 21
                                    

Hellllooohhhh!

maaf ya baru nongol, abis mudik nih ke Saturnus. Delay roketnya satu minggu -_- jadi telat deh balik ke Bumi ini.

Oh iya, mumpung masih bulan Syawal..

mohon maaf lahir dan batin yaaa semua! :)

*sodorin amplop kosong*

=========================

sambungan....

"Tania diculik?! Kok Bisa?!" (Mungkin karena Tania berbadan besar makanya pertanyaannya begitu, coba kalo si Felis yang diculik, pasti tanggapannya beda lagi: Tuh kan dia diculik... hmm)

Btw itu respon Diana si Bleketek pas gue ke rumah dia sama Jouly. oh iya, berhubung rumah Diana yang paliiing deket sama sekolahan dan rumah dia mewah alias mepet sawah, kita bertujuh (kecuali Diana) setuju buat ngejadiin rumah Diana ini basecamp A7P. Termasuk kamar, dapur dan kamar mandinya.

Gue ngangguk. "Noh lihat dengkul si Jouly abis keparut aspal." Jouly meringis, inget rasa sakitnya. "Lo udah telepon anak anak Joul? Kalo cuma bertiga kita ga bakal bisa nemuin Tania." Kata gue sama Jouly dengan suara bijak.

Jouly kali ini ngangguk. "Bentar lagi anak anak nyampe," Kata dia sambil ngeliatin gue sama Diana. "Kalo kita ga nemu gimana? gue takut banget Liz."

Diana sama murungnya kaya Jouly. "Tenang, berakit rakit kita dahulu, berenang renang ke tepian..." gue berusaha memotivasi.

Tapi rupanya mereka berdua enggak bisa mencerna maksud dari dua kalimat di atas. "Ih ga nyambung tau Liz!" mereka pun semprot begitu saja.

***

Cuaca siang hari nyoss banget, kaya kumbang yang kegirangan kalo ngeliat badan Tania buat disengat (Waduh, orangnya kaga ada di sini). Kita berenam berpencar ke tempat-tempat yang sering kita datengin bareng-bareng. Kali aja si Riko alias Ghost Rider jadi-jadian itu ngajak Tania ke salah satu tempat tersebut. Tapi sayangnya menjelang Ashar, enggak satu pun dari kita yang nemuin mereka berdua. Dan itu ngebikin kita pusing tujuh keliling kaya Tawaf di Ka'bah.

Felis: "Liz, Lo kan bisa ngeramal, coba deh pake Telepati Lo buat nemuin Tania. Barangkali aja bisa."

Semuanya mandangin gue dengan penuh harap. "Oke deh, gue coba." Kata gue ngerasa apes. Ya, sebenernya sih gue bisa sih sedikit berinteraksi dengan 'sesuatu' di luar alam manusia, dan gue emang jago banget! Jago ngawur alias ngaco dan mengada-ada. "Tung Feta Petung Pegapiye, bengkak bak lesung sembohlah diyee.."

"Mantra apaan tuh?"

"Mantra nyembuhin bengkak. Jangan berisik!" Kata gue mulai memejamkan mata dan menarik nafas bersamaan. Semuanya tampak serius mandangin gue padahal keringet dingin mulai bercucuran karena gue enggak tahu harus ngarang apa kali ini. "Gue ngeliat uap tebel."

"Wah mereka ke gunung Bromo!!" Pekik Jouly di sambut jitakan maut dari Felis.

"Diem!" Perintah Felis.

Gue berkonsentrasi lagi. "Putih..." Lirih gue.

"Daleman gue tuh," Celetuk Claire dan hampir aja ngebikin gue ngakak. "Hehe, bercandaaa." Kata Claire setelah Shan melototin dia.

"Asin.." Gumam gue.

"Beruap, Putih, Asin??" Diana kebingungan dan gue pun membuka mata. "Itu telepati Lo KW berapa sih? Lo enggak bisa apa ngelihat tempatnya?"

Gue tersakiti men. "Yee, mata batin itu beda ama mata kaki!" Kata gue balik.

"Udah ah, ribut mulu. Hmmm, Beruap Putih Asin. Kira-kira apa yaa.." Felis berfikir.

What A Girl ThinksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang