ECA POV
hari ini adalah hari yang melelahkan bagiku. Begitu banyak hal yang ku alami. Dari melihat dia di sekolah sebagai siswa baru, hingga aku tak sengaja menabraknya.
Setelah hampir 20 menit menempuh perjalanan dan akhirnya aku sampai di rumah.
Aku menghentikan motorku tepat di garasi rumah. Aku turun dan membiarkan motorku disana. Aku berjalan gontai memasuki rumah.
Rumah ku tidaklah besar, hanya sekitar 15 meter² namun ada taman di depan dan belakang rumah, berbagai bunga tumbuh rapi disana, itu semua berkat kerja sama antar keluarga, mulai dari ayah, ibu, aku, bahkan Uti pun ikut bekerja sama.
"Assalamualaikum." ucap ku. Namun tidak ada sapaan dari dalam rumah, pintu pun terkunci, aku pun membuka rumah dengan kunci yang ada di bawah pot bunga dekat jendela.
Setelah aku dapat membuka pintu aku pun masuk kedalam rumah, melepas sepatu dan meletakannya di rak dekat pintu.Aku menuju dapur untuk mengambil minum, saat hendak membuka kulkas, aku menemukan pesan dari bunda yang tertempel di pintu kulkas.
Eca, bunda keluar untuk mengantarkan bekal ayah, cepatlah ganti baju dan makan, bunda sudah menyiapkan makan siang di meja.
Dari: Bunda
Aku terkekeh, beginilah bunda, selalu memberi kabar kepada ku ataupun ayah melewati pesan yang ia tempelkan di pintu kulkas.
Setelah aku melegakan dahagaku, aku melangkah memasuki kamar. Ku hempaskan badanku ke tempat tidur kesayanganku.
Entah kenapa hari ini aku sangat lelah, begitu banyak hal yang aku dapatkan. Mulai dari melihatnya, hingga tak sengaja menabraknya. Lalu kenapa dia tidak mengingatku. Apakah perubahanku terlalu signifikan, hingga ia tidak mengenaliku.
"arghh, sudahlah Eca, terserah dia mau apa, terserah dia mau ingat kamu atau tidak, terserah dia mau ingat janji kalian, sekarang kalian bukan anak kecil lagi, ingat itu Eca." aku menggerutu tidak jelas
Aku pun bangkit dari tempat tidur karena aku sama sekali tidak bisa memejamkan mataku, lalu mengganti baju sekolahku yang belum sempat aku ganti tadi dengan baju biasa.
"lebih baik aku keluar dan membeli novel, sudah lama aku tidak membeli novel baru" gumam ku.
Sebelum aku pergi, aku menyempatkan untuk menulis catatan untuk ibu dan menempelkannya di pintu kulkas.
Aku keluar dari rumah dan pergi mengendarai sepeda lamaku, yang dibelikan oleh ayah satu tahun silam. Aku sengaja memilih menggunakan sepeda karena aku ingin menikmati pemandang sore hari.Sekitar 15 menit aku mengayuh sepeda, tibalah aku di toko buku. Aku memarkirkan sepedaku diantara motor motor disana.
Dengan segera aku memasuki toko buku dan ku langkahkan kaki ku ke rak rak kumpulan fiksi. Ada berbagai genre disana mulai dari fiksi remaja, romantis, fantasi dan lain lain.
Aku lebih tertarik dengan genre fiksi remaja, tidak anak anak dan tidak terlalu dewasa. Sesuai dengan usiaku bukan.
Saat aku sibuk memilih novel, ada satu novel yang membuatku tertarik. Dengan terburu buru aku mengambil novel tersebut, tapi ada satu tangan yang mendahuluiku untuk mengambilnya.
Aku terkejut, hampir saja tanganku menyentuh tangannya. Aku mengangkat kepala dan hendak memprotes, namun setelah aku melihat orang yang mendahuluiku, tiba tiba semua kata kataku yang sempat aku susun menghilang. Dia adalah Ryon.
"hmm sorry, lo mau beli novel ini?." tanya Ryon. Ia menujuk novel yang berada ditangannya.
"Ti... Tidak, ak... Aku tidak ingin membelinya. Aku tidak tertarik".gugupku.
Aku hendak berbalik meninggalkan nya tetapi tanganku dicekal Ryon. Dan sangking gugupnya. Aku menghempaskan tangannya. Perbuatanku itu membuat Ryon terkejut.
"Hey, apakah kita sebelumnya sudah saling kenal?" tanyanya
"Ha! Apa! Emm sepertinya tidak. Kalau begitu aku permisi". jawabku.
"hmm baiklah" balas Ryon.
Aku segera berlari meninggalkan Ryon dan keluar dari toko buku tersebut.
Mungkin Ryon bingung dengan tingkahku saat ini, tapi aku tidak peduli, yang terpenting adalah aku tidak boleh dekat dekat dengan dia, katena bertemu Dengan ryon tidak baik untuk jantungku.
Dengan terburu buru aku mengambil sepeda yang tadi ku parkirkan. Ku gayuh sepedaku sekuat tenaga. Aku takut kalau Ryon mengejarku.
Bukan aku ge-er tapi aku hanya waspada kalau itu benar benar terjadi.
10 menit waktu yang aku gunakan untuk kembali ke rumah. Dengan nafas yang kurang stabil ku masukkan sepedaku ke garasi.
Aku berlari terengah engah menuju rumah. Saat hendak membuka pintu aku terkejut dengan kedatangan bunda.
"kamu dari mana Ca" bunda menepuk bahuku
"Eh bunda, eee abis dari mana bun? " jawabku, yang masih terengah engah.
"hmm bunda abis mengantarkan bekal ayah, bukanya kamu membaca note bunda di pintu kulkas Ca?"
"Iy bun Eca sudah membacanya"jawab ku
"kamu habis dari mana?" bunda mengulang pertanyaan yang ia tanyakan kepadaku tadi.
" eeee Eca habis dari toko buku bun. Sudah lama Eca tidak membeli buku" jawab ku.
Setelah aku menjawab pertanyaan bunda, bunda mengerutkan dahi dan mengamatiku dari atas hingga ke bawah.
" toko buku?, lalu mana buku yang kamu beli Ca?" tanya bunda lagi.
" ah itu, Eca tidak jadi membeli buku bun, tidak ada yang menarik perhatian Eca."
'maaf bun Eca berbohong sama bunda' batinku." hmm, baiklah, ayo masuk kenapa dari tadi kita berdiri didepan pintu."
Aku baru sadar kalau dari tadi aku sama bunda berbicara didepan pintu.
"eh, ayo bun" jawabku.
Kami pun masuk kedalam rumah bersama sama. Bunda langsung menuju ke dapur. Sedangkan aku meminta izin kepada bunda untuk pergi kekamar.
Setelah aku masuk kedalam kamar dan mengunci pintu. Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur kesayanganku.
Entah kenapa, mataku terasa berat, dan detik kemudian akupun terlelap.
✳✳✳✳✳
Maaf, penulis hanya seorang manusia yang jauh dari kata sempurna.
Typo bertebaran.TheaES151
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraktur Hepar
Teen FictionMemendam sebuah rasa yang sulit untuk didapati. Menyembunyikan sejuta luka dengan sebuah senyuman. Mungkin hanya itu yang bisa dilakukan oleh seorang perempuan yang menyukai seseorang dalam diam. Terus menerus melukai hati dengan dengan melihatnya b...