Biggest decision

17.5K 2.6K 147
                                    

Shane merenung di sudut jendela kamarnya memandang ke arah langit yang gelap. Hanya tersisa hujan rintik-rintik membuat kamarnya terasa dingin walau suhu AC sudah dia naikkan.

Dari dulu Shane tak suka hujan. Dia tak suka jika alas kakinya basah, rambutnya lepek, atau terciprat air saat berkendara. Orang-orang menyukai petrichor namun sayangnya dia adalah satu dari segelintir orang yang beranggapan hujan itu membuat muram.

Shane tak henti-hentinya memikirkan nasibnya ke depan saat dia akhirnya luluh dan mengiyakan permintaan Cakra untuk menikah.

Dia pikir akan ada hambatan atas keputusannya karena Cakra harusnya mendapat jodoh yang jauh lebih baik dari dia. Setidaknya yang sama-sama dari keluarga old money. Namun, ternyata tak ada masalah yang berarti.

Sedikit banyak, Shane tahu masa lalu ibunya dan papa Cakra. Mommy Chika itu agak ember! Shane mengira ayahnya akan keberatan tapi ternyata tidak.

Saat Cakra bertanya, apakah dia boleh melamar Shane? Ayahnya hanya berkata, 'Jangan tanyakan padaku, tanya saja pada anakku.'

Sepertinya ayahnya menganggap dia sudah cukup bijak untuk mengambil keputusan sendiri.

Walau setelahnya ayahnya mengajak bicara dan mempertanyakan apakah dia benar-benar yakin akan keputusannya.

"Ayah tak keberatan?" tanya Shane.

"Why should I? Kalau kamu merasa dia tidak cukup untuk kamu, kami masih bisa menunggu. You're still young, Shane."

"Tak keberatan aku masuk ke keluarga Pramudya?" tegas Shane lagi.

Ken hanya tersenyum, mengusap pelan puncak kepala Shane. "I've learned my lesson. Dan setelah kejadian dengan kakakmu, ayah sudah berjanji tak akan ikut campur lagi dengan urusan asmara kalian."

"Ibu kamu sudah mengancam ayah untuk hal itu," tambah Ken yang walau tertawa, masih terbayang ekspresi bersalah di wajahnya.

"Ayah percaya kamu bisa memutuskan apa yang terbaik untuk kamu, Shane. Kamu anak ayah yang tak pernah membuat ayah sakit kepala. And I thankfull for that. You're strong, brave, tough, and unique. Laki-laki manapun yang bisa mendapatkan hatimu adalah orang yang paling beruntung di dunia ini. So, put your heart in a right place. Kalau kamu merasa Cakra bisa membuat kamu bahagia, ayah akan mendukung apapun keputusan kamu ke depannya."

Shane tersenyum, memeluk ayahnya erat. "He scares me with his family name," aku Shane.

Ken mengusap-usap punggung Shane. "It's just Pramudya dengan rekening tak berlimit. Tanpa itu dia bukan apa-apa. But you are a Hamizan! We conquer the world, my dear Shane."

Sebulan setelah Shane mengatakan dia setuju, Cakra dan keluarga besarnya datang untuk lamaran resmi, membawakan cincin berlian 10 karat yang membuat Jun menganga takjub dan berucap, "Harga diri Aing dijual aja gak nyampe segitu!

Cakra tak menyiapkan prenup sesuai dengan janjinya saat itu, namun, Shane mendesaknya untuk membuat perjanjian khusus.

"Aku tak akan menyentuh harta yang kamu bawa dari sejak di dalam perut," tegasnya.

"Why?" seru Cakra terkejut.

"Cukupi aku dengan penghasilanmu sendiri, buat aku bangga karena telah memilih kamu."

Cakra hanya tertawa, mencubit pipi Shane. "Oke. Penghasilanku sendiri masih sanggup untuk membeli rumah keluarga kamu. Beli 3 sekaligus juga bisa."

Mendelik, Shane memukul bahu Cakra. "Songong!"

Pelangi di Kaki LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang