Ready to go home?

15.4K 2.4K 57
                                    

Shane bangun lebih pagi dari Cakra. Dia mencium pipi Cakra sekilas sebelum melepaskan diri perlahan dari pelukannya lalu bergegas mandi.

Shane beranjak ke dapur setelah dirinya rapi. Mencari-cari makanan untuk sarapan. Dia lapar sekali. Untung saja saat membuka-buka rak, masih ada beberapa bungkus mie instan dan kopi instan. Shane membuka kulkas, mengeluarkan sosis beku yang akan dia tambahkan ke mie karena telur tak ada di sana.

Baru saja menuang mie ke mangkuk, Cakra muncul. Dia juga sudah rapi dengan kemeja warna krem dan tersenyum lebar saat melihat istrinya di dapur.

"Morning," sapa Cakra setelah mengecup pipi Shane.

"Flight pagi kan?" tegur Shane setelah menyajikan mie untuk Cakra berserta secangkir kopi.

Cakra mengangguk. "Aku masih harus ke RS untuk ambil dokumen, jadi berangkat agak pagi. Tapi bisa kok antar kamu ke kantor dulu."

"Thanks," gumam Shane yang menarik kursi untuk duduk lalu mengaduk-aduk mienya sementara Cakra malah sudah nyaris menghabiskan separuh mie.

"Pelan-pelan makannya," tegur Shane.

"Lapar... Lagipula aku kangen masakan kamu. Udah lama gak uji nyali," balas Cakra sambil mengedipkan mata, menggoda.

"Mie instan ini, Cak. Aku salah apa sih?" gerutu Shane.

Dia mencoba sesuap. "Iya ya... Kelembekan," keluh Shane sementara Cakra hanya bisa tertawa dan menghabiskan mienya tanpa mengeluh.

"Nanti aku jemput kamu di rumah Grace?" tanya Cakra saat mereka keluar dari apartment dan berjalan menuju parkiran. Cakra baru pulang lusa nanti karena akan dinas luar kota.

Shane termenung. Mereka belum membicarakan langkah ke depannya akan seperti apa. Semalam mereka hanya... Yah, sebut saja melepas rindu.

"Hmmmm...." gumam Shane, pikirannya terasa penuh sehingga dia tak tahu harus menjawab apa sementara Cakra sendiri seperti tak mau memperpanjang masalah.

"I'll call you later," ucap Cakra saat mereka tiba di pintu lobi kantor Shane.

Shane yang terdiam sepanjang jalan hanya mengangguk walau sebelum dia membuka pintu, dia mencium Cakra tepat di bibirnya.

------------

Darlung
I miss you....

Pesan singkat Cakra cukup membuat Shane merasa gelisah dengan hentakan rasa rindu yang menggebu di hatinya.

Shane membuka pintu rumah Grace yang tak terkunci, berjalan menuju kamar tamu tempat dia tinggal selama melarikan diri. Setelah menaruh tasnya, dia membalas pesan Cakra.

Darling
I miss you too.

Darlung
I'll see you on Saturday. Good night, Darling.

Darling
I can't wait....

Darling
Love you.

Darlung
Love you more, Shane.

------------

Shane sudah bersiap untuk tidur saat mendengar suara kakaknya. "Shane, boleh masuk?"

Shane melompat, membuka pintu dengan senyum lebar. Mood-nya jauh membaik karena dia dan Cakra sudah berbaikan. Namun, saat dia melihat wajah Grace, kakaknya terlihat seperti sedang menyimpan masalah walau Shane tahu dia coba menyembunyikannya sebaik mungkin.

"Kakak pikir kamu sudah siap angkat koper," goda Grace sambil duduk di tepi ranjang.

Shane tersenyum malu-malu. Kopernya masih tergeletak rapi tak jauh dari tempat tidur dan siap untuk dibawa pergi kapan saja dia mau. Shane tak pernah mengeluarkan seluruh pakaiannya untuk ditaruh di lemari walau dia selalu membayangkan ini bisa jadi bukan hanya perpisahan sementara.

Pelangi di Kaki LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang