Accidente.

11 1 0
                                    


Ia menghirup aroma teh pada cangkirnya, lalu memandang keluar jendela. Hujan badai mulai menyelimuti langit Yogyakarta. Seakan-akan hujan mengetahui suasana hatinya saat ini. Hancur. Mungkin memang itu kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan hatinya.

Adara Agneta Fredella, gadis berusia 22 tahun ini terlahir di dalam keluarga yang harmonis. Tetapi saat ini ia tidak mempercayai apa itu yang namanya cinta. Baginya cinta itu hanya sesaat dan itu omong kosong.

Setelah selesai menghabiskan teh pada cangkirnya ia memutuskan untuk langsung berkemas untuk keberangkatannya esok hari dan menelpon kedua orang tuanya yang sudah hampir 3 bulan ini berada di Jakarta untuk urusan pekerjaan. Memang ini yang sangat ia butuhkan, pergi beberapa waktu dari kota yang selalu mengingatkannya pada luka di hatinya.

Baginya pergi kebelahan dunia lain dapat membuat pikirannya jernih kembali dan melupakan segalanya. Dan kali ini tempat tujuannya adalah Amsterdam, Belanda. Lagi pula ia cukup paham dengan Bahasa Belanda, jadi itu tidak jadi masalah.

Rasa senang memenuhi hatinya menantikan keberangkatannya esok hari, tapi entah ada rasa berat yang mengusik hatinya untuk meninggalkan kota ini walau hanya sesaat. Tetapi ini adalah pilihan terbaik.

Hari itu pun tiba. Taksi yang akan membawanya ke bandara juga sudah tiba sejak beberapa menit lalu. Ia lalu bergegas.
"Selamat tinggal Yogyakarta, sampai jumpa suatu saat nanti saat aku sudah siap untuk pulang", bisiknya pelan saat dalam perjalanan menuju bandara.

Memulai hidupnya yang baru, melupakan segala sakit hatinya, menemukan kebahagiannya di tempat yang baru. Itulah tujuan Agneta memutuskan pergi ke Amsterdam.

"Amsterdam, ik kom", ucapnya dalam hati.

Bandara merupakan salah satu tempat favorite Agneta dari ribuan tempat favorite lainnya. Ia sangat menyukai suasana bandara, meskipun ada beberapa orang yang menganggap bandara sebagai tempat berpisah. Entah itu dengan sanak saudara atau pun dengan orang yang dikasihi sekalipun. Tapi itu tidak berlaku untuk Agneta. Ia sangat mencintai bandara.

Setelah melakukan check in Agneta bergegas pergi menuju ruang tunggu. Tak lama setelah itu, ia sudah berada di dalam pesawat yang akan ia gunakan hingga sampai di Amsterdam.

​Jam demi jam berlalu, tak terasa langit sudah mulai gelap. Banyak penumpang yang mulai terlelap karena hari semakin larut. Tetapi tidak bagi Agneta, ia tidak dapat tidur mungkin karena dari tadi ia sudah terlalu banyak tidur. Akhirnya ia memutuskan untuk mengeluarkan ipod dari tas kecilnya, memasang headset dan mulai menyalakan lagu-lagu favoritnya hingga ia merasa ngantuk.

​Sekitar 6 jam kemudian pesawat sudah landing di Bandara Schipol, Amsterdam. Ada rasa lega sekaligus bahagia yang sungguh luar biasa dalam hatinya. Baru sampai di bandara saja ia sudah dapat melupakan sedikit luka di hatinya.

​Jam bandara menunjukan pukul 08.00 pagi waktu setempat, ia langsung bergegas menyusuri sudut-sudut bandara yang belum pernah ia kunjungi. Ini adalah pengalaman pertamanya menginjakkan kaki di Amsterdam.

​Setelah puas memperhatikan tiap sudut Bandara Schipol akhirnya Agneta memutuskan menelpon sahabatnya Rafaella atau biasa dipanggil Ella. Ella adalah sahabat Agneta sejak SD mereka sudah sangat mengenal satu sama lain. Mereka sudah berteman selama hampir 13 tahun.

​Walaupun Ella bukan orang Belanda asli, tetapi kemampuan Ella tidak perlu diragukan lagi. Dia cukup fasih berbahasa Belanda.

​Sejak mengetahui bahwa Agneta akan berlibur ke Belanda, Ella langsung menanggapi hal itu dengan sangat antusias. Ia juga memaksa Agneta untuk tinggal di apartement nya dari pada harus menyewa apartement lagi. Ella benar-benar sahabat sejati bagi Agneta, karena meskipun selulus SMA Ella memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Belanda tetapi mereka tetap berkomunikasi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Accidente. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang