.
.
Kemelut hening yang diiringi dengan perasaan cemas oleh dua pemuda yang kini sedang menunggu sesosok perantara Tuhan membuka pintu bercat putih di hadapan mereka. Tak ada pembicaraan diantara Taehyung maupun Jungkook. Karena seluruh pikiran mereka berdua telah terpusat pada Jimin yang masih mendapatkan penanganan di dalam sana.
Satu jam berlalu semenjak mereka sampai di rumah sakit dengan kegelisahan akan kondisi Jimin, namun belum ada tanda-tanda seorang dokter atau petugas medis lainnya yang ikut menangani Jimin keluar dari ruang tindakan dan memberitahukan keadaan teman dan kakaknya itu.
'Kenapa lama sekali?' Batin Taehyung dan Jungkook.
Tepat setelah mereka membatin hal yang mungkin serupa, seorang dokter paruh baya keluar dari ruang penanganan. Dengan raut setenang air danau, dokter itu memberitahukan keadaan Jimin yang sudah mulai membaik pasca serangan phobia yang ia miliki tadi. Kata dokter Jimin tidak bagitu parah kondisinya, hanya saja ada semacam serangan syok atau sejenis mindset yang membuat tubuhnya langsung merespon phobia yang dimilikinya dalam bentuk pembekakan saluran pernapasan atau istilah lainnya asma.
Berbincang cukup lama dengan dokter itu, akhirnya Taehyung dan Jungkook bisa bernafas lega. Atau lebih tepatnya hanya Taehyung seorang karena kini Jungkook mulai gelisah dengan biaya perawatan kakaknya. Ia takut jika kakaknya akan diusir dari rumah sakit ketika ia berterus terang jika ia tidak mampu membayar biaya administrasi. Jangankan membayar biaya administrasi, bahkan sepeser uang pun tak ada dalam genggaman Jungkook sekarang. Semua sirna ketika ia dan kakaknya dibuang begitu saja oleh kedua orang tua yang sayangnya masih Jungkook sayangi itu.
"Ayo kita ke administrasi, Jungkook-ah!" ajak Taehyung.
Namun Jungkook hanya diam sembari menunduk yang membuat Taehyung di sana mengernyitkan dahinya.
"Wae?" Tanya Taehyung lagi.
Mendengar lontaran pertanyaan dari sosok pemuda yang lebih tua darinya itu membuat Jungkook dengan ragu menjawab pertanyaanya. Setelah lama berpikir, sepertinya Jungkook sudah memantapkan tekadnya untuk mengemis pada Taehyung perihal biaya administrasi kakaknya. Tak apa jika ia harus menginjak sendiri harga dirinya. Tak apa jika ia nanti harus berhenti menuntut ilmu guna membayar hutang. Karena yang terpenting adalah kesembuhan kakaknya. Ia tahu jika keadaan kakaknya tidak seburuk itu, tapi ia juga tidak bodoh untuk mengerti akibat jika tak ada penanganan yang dilakukan pada dampak phobia bodoh kakaknya itu.
"Hyung," panggil Jungkook pada Taehyung yang masih dengan sabar menanti kelanjutan kalimatnya, "...aku, aku tidak punya uang untuk biaya rumah sakit Jimin hyung. Bo-bolehkan jika aku meminjam uangmu dulu? Aku janji akan segera mengembalikannya."
Melihat lantunan warna suara manis Jungkook yang tertutupi kelabu membuat Taehyung menyunggingkan senyum tipisnya. Ia tahu jika pemuda dengan warna suara manis itu tak mengantongi uang sepeserpun. Untuk itu Taehyung, dengan hati malaikatnya secara ikhlas memberikan sejumlah uangnya tanpa syarat untuk kesembuhan temannya, Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR [Vmin/friendship]
FanfictionStory by dannica Cover by @RiMa_LA Taehyung dan Jimin. Dua remaja bagaikan langit dan bumi. Taehyung dengan kecintaannya pada hujan dan Jimin yang sangat menghindari dimana tetes air meluncur jatuh ke bumi. Taehyung si penyuka terang dengan satu ke...