4 : Harusnya Gak Gini!

8.8K 164 3
                                    

Jadi pusat perhatian itu emang enak. Tapi kalo karena alasan yang jelek. Siapa juga yang mau!

—Aleeya

.
.
.

Aleeya termenung. Gadis itu memangku dagunya dengan tatapan jenuh. Harusnya, pagi-pagi begini Aleeya memulai aktivitas paginya dengan riang. Di awali dengan senyuman cerah mengkilat yang menghiasi wajahnya, juga beberapa potong pakaian olahraga. Namun sepertinya kebiasaan Aleeya harus berbelok sedikit dari rencana. Aleeya akui, jok empuk ini memang sangat nyaman untuk ia duduki. Tapi sialan! Pria di sampingnya ini sangat jauh dari kata nyaman.

Berkali-kali Aleeya menghembuskan nafasnya, berkali-kali itu pula pria di kursi kemudi selalu menatap sekilas ke arahnya. Gadis itu tidak bisa melakukan apa-apa. Ah, bukannya tidak bisa. Aleeya hanya tidak punya pilihan, jadi yang bisa ia lakukan hanya memandang ke luar jendela.

Sebal dengan tindakan sia-sia Aleeya yang sedari tadi hanya menatap ke luar, pria itu, Anfa Irtiza, dengan sengaja mempercepat laju mobilnya. Biarkan, siapa tau nanti Aleeya akan merasa pusing karena benda-benda di luar sana cepat sekali jalannya.

***

"Eh, itu bukannya si cewe bar-bar itu ya?"

"Yang pernah tereak tentang ranjang bukan sih?"

"Alah, urusan ranjang aja lo selalu inget."

"Bukan gitu, gue kan emang ngedengernya bentes banget."

"Gue juga sih."

Aleeya mendengarnya. Tentu saja, bagaimana bisa gadis itu mengatakan tidak mendengar desas-desus pelanggan di kafe ini? Dengan sengaja mereka menatap ke arah Aleeya secara terang-terangan, mengulitinya dari atas sampai bawah. Oh! Ini bukan apa-apa Aleeya, ini bukan apa-apa. Kalimat itu seakan menjadi jimat bagi Aleeya, padahal ingin sekali dia menghampiri mereka dan berteriak kalau yang mereka katakan itu benar! Ah, sial.

"Hei, kenapa berhenti di pintu?" Anfa bertanya, dengan tatapan menyidik ke arah Aleeya.

Merasa diperhatikan oleh Anfa, Aleeya balik menatapnya.
Menurut penglihatan Aleeya, hari ini pria itu tampil lebih santai. Kaki seksinya itu dibalut oleh celana panjang denim, diikuti dengan baju lengan pendeknya yang berwarna green tea. Tunggu, apakah pria ini penggemar warna hijau? Maksudnya, hijau dan kawan-kawan?

Aleeya menampakan wajahnya setenang mungkin, "Tidak ada alasan mengapa aku berhenti di pintu." Balasnya.

Anfa mengerutkan dahinya, merasa ada yang aneh dengan si gadis bodoh ini.

"Apa kau belum makan?" Jadi dari pada Anfa berspekulasi sendiri, dia memilih untuk bertanya sehalus mungkin pada Aleeya. Siapa tahu, setelah ditanya, dan ia merasa Anfa lebih perhatian, Aleeya akan merubah sedikit sikap anehnya.

"Tidak." Sialan, Aleeya justru menjawab pendek sekali.

"Tidak apa maksudnya?" Tidak puas dengan jawaban Aleeya, Anfa balik bertanya.

"Apaan sih!"

"Jawabanmu itu ambigu, tahu!"

"Ambigu yang bagaimana? Jelas-jelas aku udah jawab juga!"

Beberapa pelanggan di kafe itu menoleh ke arah Aleeya. Membuat Aleeya salah tingkah, dan merasakan panas yang menjalar di kedua pipinya. Seakan tidak mau memperpanjang perdebatan antara dirinya dan Anfa, Aleeya memilih untuk mengatupkan bibirnya serapat mungkin. Alasan lain, Aleeya tidak mau kalau dirinya menjadi tontonan gratis lagi. Sudah cukup, setidaknya Aleeya tidak akan mengulangi lagi kesalahannya.

*

Gdstya,
Dec 28 '18

My Naughty Girl ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang