3 : Si Dada Bidang atau Si Nerdy?

10.7K 207 4
                                    

Lebih baik mengungkapkan perasaan. Daripada memendam dengan hati yang remuk redam.

—Aleeya

.
.
.

"Kau menyukaiku ya, Tuan Anfa?" Aleeya bertanya, dengan nada suara dibuat semanis mungkin. Bibirnya tersenyum malu-malu.

Melihat respon Aleeya yang menurut Anfa sangat menjijikan bin aneh, dia bergidik ngeri. "Apa? Aku? Menyukai gadis tepos seperti dirimu?"

Bukannya menjawab, Anfa justru balik bertanya. Bagi Aleeya pertanyaan sekaligus pernyataan yang barusan Anfa lontarkan, adalah sesuatu yang sangat Aleeya benci. Kalau boleh, Aleeya ingin sekali meremas jakun pria itu, yang sedari tadi naik turun saat menatapnya. Aha!

"Oh ya? Aku tidak percaya, tuh." Sahut Aleeya tak peduli.

Aleeya melakukan tindakan bodoh. Bukannya melepaskan diri dari pria itu. Aleeya malah membalikan badannya, lalu mengalungkan kedua lengannya diantara leher Anfa.

"Sialan." Anfa mengumpat, tanpa bisa didengar oleh Aleeya.

"Tuh kan, jakunmu naik turun lagi." Goda Aleeya masih dengan nada yang manja.

"Jangan nekat kau..."

"Memangnya kenapa kalau aku nekat?"

Bukannya takut dengan nada ancaman yang dilontarkan Anfa, Aleeya justru balik bertanya, menantang Anfa kalau ia sama sekali tidak peduli dengan gertakan cemen seperti itu.

"Kalau mau bermesraan jangan di pinggir jalan, dong! Gak modal banget sih." Decak seorang remaja lelaki.

Dengan model rambut batok kelapa, plus backpack yang menjuntai menuntupi bokongnya, remaja itu mendengus. Melihat ada target di depannya, buru-buru Aleeya mengalihkan perhatian dari Anfa. Diliriknya remaja culun itu penuh minat. Oh sialan, bokongnya seksi!

"Kau, tertarik dengan si nerdy itu?" Bisik Anfa.

Aleeya jelas tahu kepada siapa pertanyaan itu ditujukan, sayangnya Aleeya memilih untuk menghiraukannya. Gadis itu tidak mau repot-repot menjawab. Dengan senyuman lebar, dan pandangan yang masih mengarah pada si remaja, Aleeya melepaskan pelukan tangannya di leher Anfa.

"Hei, malam-malam begini mau kemana, Nak?"

Si remaja menaikkan alisnya. "Harusnya saya yang tanya tante, malem-malem gini ngapain bedua-duaan di jalan raya?"

Aleeya tersentak, kalau saja di depannya ini adalah remaja lelaki dengan bokong setipis talenan, maka Aleeya akan segera menembakinya dengan biji muncang.

"Oh, aku sedang berjalan-jalan," Katanya sedikit merona.

"Ngomong-ngomong tadi kau bilang apa? Tante?"

Si lelaki tidak menjawab, hanya memandangnya dengan datar.

"Aku masih terlalu muda, kencang, dan gagah untuk kau sebut tante, Nak." Jelas Aleeya dengan nada rendah.

Oh sial! Aleeya bahkan tidak sadar kalau Anfa masih berdiri tegap beberapa langkah di dekatnya.

"Bagaimana kalau kita bermalam sebentar?" Tawar Aleeya.

"Apa? Seleraku itu gadis mungil dengan tatapan memohon polos. Bukannya tante penggoda yang sudah mempunyai pria!"

Bukannya menerima, remaja lelaki itu menolaknya. Dia berteriak di depan Aleeya, lalu perlahan pergi meninggalkan Aleeya yang masih mematung tak percaya.

"Apa? Aku ditolak?" Aleeya bertanya pada dirinya sendiri.

"Cih, murahan sekali kau." Sindir Anfa.

"Apa? Aku tidak murahan!" Sanggahnya.

"Lalu apa?"

"Hanya terlalu mudah menyukai pria saja."

"Bodoh, itu sama saja!"

Aleeya berbalik, "Tentu saja berbeda! Aku bahkan tidak sudi mengangkang di hadapan pria asing." Balasnya berapi-api.

"Oh ya? Buktinya tadi kau menawari lelaki itu untuk bermalam."

"Siapa?"

"Dirimu, siapa lagi?"

"Bukan, elo siapa?"

*

Gdstya
Dec, 28 '18

My Naughty Girl ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang