5 : Spatula dan Centong [END]

8.3K 146 1
                                    

Kamu keberatan? Ada masalah apa? Mari, biar kubantu melepaskan beban itu.

—anfa Irtiza

.
.
.

[Sebenernya, berharap kalau foto di mulmed adalah mereka. Tapi ah, ya sudahlah~]

Happy reading!
Jangan lupa vote 😄😘

...
..
.

Aleeya menjatuhkan tubuhnya di atas kasur keras itu. Sialan. Aleeya masih saja memaki pria itu, bukan tanpa alasan, tapi tindakan Anfa benar-benar menguji ketahanan hatinya.

"Keparat itu tidak tahu saja kalau aku ini tahan banting, ah sial!" Umpat Aleeya.

Barusan, pagi-pagi sekali sebuah mobil mengkilat dengan plat nomor B k3p0 AE tiba-tiba saja berhenti di depan gerbang kontrakannya. Aleeya yang saat itu niat hati ingin membeli sarapan terpaksa mengotori matanya sendiri dengan melihat Anfa. Entah kenapa, pagi tadi Anfa terlihat lebih tampan dari biasanya. Tapi, ah, tidak tahulah, mungkin itu hanya perasaan Aleeya saja.

"Brengsek, Anfa brengsek!" Aleeya masih terus mengumpat.

Gadis itu memaki Anfa, tidak pada orangnya langsung, melainkan pada ponsel yang sedang ia genggam. Aleeya tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memaki pria itu. Tapi, detik berikutnya Aleeya tersenyum manja.

***

Aleeya menghela nafas kasar, sial! Dia tidak habis pikir kalau berjalan kaki dari kontrakan menuju pasar ternyata melelahkan. Dan Aleeya merasa menyesal karena telah menolak tumpangan saat kakinya masih baik-baik saja. Lalu sekarang? Oh, gadis itu bahkan tidak bisa mendeskripsikan bagaimana kondisi kakinya saat ini. Benar-benar seperti kehilangan salah satu pakunya.

"Ale! Ale-ale!"

Aleeya menggeram, siapa pula itu? Tidak sopan sekali memanggil namanya dengan sebutan Ale-ale.

"Hei, rajin sekali kau ke pasar."

Aleeya melotot, Anfa? Sedang apa pria itu di sini? Tiba-tiba saja Aleeya mencari celah untuk pergi dari hadapan pria satu ini. Tapi, ah! Aleeya tidak mungkin melewatkan kesempatannya. Anfa tampil kasual pagi ini, dengan kaos oblong berwarna abu-abu gelap dan celananya yang di atas lutut. Apa? Lutut? Aleeya salah tingkah ketika melihat bagian atas lutut pria itu dengan pembuluh darah yang menegang karena rajin berolahraga. Sialan! Aleeya mulai gugup.

"Kenapa?" Tanya Anfa.

Aleeya menatap matanya, menusuk dalam sekali.

"Tidak." Jawabnya singkat.

"Hei, hei, bagaimana kalau kita belanja bersama?" Tawar Anfa dengan senyum jahil miliknya.

"Apa? Aku sangat keberatan untuk itu. Lagi, mau apa kau ke sini?"

Anfa mengerutkan keningnya, "Ah? Bukankah kau tidak memegang apapun? Lalu kenapa merasa keberatan? Kau halu, ya? Dan, aku kan punya kafe, ada beberapa bahan yang tidak dikirim oleh distributor kemarin." Pria itu menjelaskan dengan panjang lebar.

"Hei! Ale-ale, mau ke mana?" Melihat Aleeya yang berjalan menjauhinya, Anfa dengan terburu-buru mengejar gadis itu. Menyamakan langkahnya agar tidak tertinggal.

***

"Nah, kalau menyiangi ikan itu seperti ini."

"Begini?"

"Ya, jangan dipotong bagian itunya."

"Bagaimana sih?"

"Itu sudah benar, sedikit lagi."

Dengan hati-hati Aleeya membersihkan ikan segar yang barusan ia beli di pasar. Tiba-tiba saja, Aleeya teringat kondisi di rumahnya. Dia ingat sekali, biasanya saat jam pagi seperti saat ini, ibunya akan menyuruh Aleeya untuk membantu di dapur, meskipun dengan berat hati Aleeya melakukannya.

Aleeya tidak pernah suka memasak, tapi Aleeya sangat cinta masakan ibunya. Aleeya merasa kalau dirinya benar-benar bodoh, meninggalkan asupan makanan bergizi.

"Apa kau tidak pernah memasak?" Tanya Anfa.

"Tentu saja pernah, kau kalau mencobanya tidak akan bisa berhenti mengunyah."

"Ah, benarkah?"

Aku tidak percaya, tuh. Batin Anfa.

"Tentu saja, kapan aku berbohong?"

Setiap saat, wajahmu pantas menjadi seorang pembohong.

"Dengar ya, Tuan Anfa, kau pikir hanya dirimu saja yang bisa memasak? Hei! Di seluruh penjuru dunia ada banyak juru masak yang jauh lebih hebat darimu."

"Apa kau sedang mencoba untuk memojokanku?"

"Uhm, tidak. Aku hanya..."

"Ah sudahlah, kalau begitu aku tidak akan mengajarimu, lagi."

"Oh baik, tak masalah. Lagi pula, tanpa kau ajarin pun, aku sudah lihai memainkan spatula dan centong."

"Bisa apa kau dengan spatula dan centong?" Anfa menyipitkan matanya,  bertanya sarkastis pada Aleeya.

"Aku bisa membuat telur dengan keduanya." Jawab Aleeya dengan santai.

*

Gdstya
Dec, 28 '18

My Naughty Girl ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang