1

723 124 71
                                    

Tanpa teriakan orang orang yang panik , Unit Gawat Darurat di Rumah sakit Haesung sudah ramai. Lai Guanlin berjalan tergesa-gesa dengan beberapa kasa di tangannya, ia berhenti di sebuah bilik yang berisi dua orang pemuda dengan luka lebam dan luka sayatan.

"Duduk lah di sini, aku akan membersihkannya dahulu sebelum menjahitnya." Setelah membersihkan lukanya dengan NACL, Jarum suntik dengan obat bius di dalamnya sudah tertancap pada luka pasien, membuat pasien itu mengerang menahan sakit.

"Sialan, pelan-pelan bodoh."

"Ah Fuck, dia membuat Abs ku menghilang."

"Serius Jihoon, aku akan menghilangkan asetnya yang berharga setelah sembuh nanti."

Lai Guanlin, seorang perawat di sebuah Rumah sakit Haesung, berumur dua puluh lima tahun. Perawat muda yang disegani oleh banyak orang karena kepiawaiannya dalam melakukan pekerjaannya dan juga, ukiran wajahnya yang selalu terlihat tampan, sosok sempurna yang banyak orang idam-idamkan.

Beratus-ratus jiwa yang sudah pernah Lai Guanlin tolong semenjak ia menjadi perawat, dan sudah bermacam macam pula sifat orang yang ia temui seumur hidupnya.

Semua orang yang ia tolong maupun tidak selalu memuji dirinya, bahkan ada yang rela berpura pura sakit dan pergi ke rumah sakit dimana ia bekerja hanya untuk bisa mendapatkan sebuah interaksi secara langsung dengannya.

Namun, baru kali ini ia menemukan seorang pasien yang mengumpati dirinya tepat di telinga saat ia memberikan pertolongan pertama untuk mengobati lukanya.

"Pelan pelan sialan! shh.."

"Aku sudah membersihkan lukanya terlebih dahulu, dan Anestesi sudah dilakukan, setelah ini tidak sakit lagi, tolong tenang." Tangan Guanlin yang memegang kasa, setelah sebelumnya telah di tetesi alkohol, dengan cekatan mengobati luka pria berseragam sekolah menengah atas di hadapannya.

Park Woojin itu bebal, pembangkang, keras kepala, dan mengumpat adalah kosa kata yang wajib ia ucapkan setiap hari, seperti hidupnya tidak berarti jika tidak mengucapkan satu kata kasarpun setiap harinya.

Seperti saat ini, sang perawat tampan—Lai Guanlin— bahkan sudah kepalang kesal pada pemuda berkulit tan, namun eksotis itu.

Serius, ia baru pertama kali bertemu dengan orang seperti Woojin ini. Mengumpati dirinya seolah-olah yang menyebabkan lukanya adalah dia, padahal yang ada malah sebaliknya.

“Bisa tidak, mulutmu itu jangan mengumpati ku terus?”

Park Woojin mendengus mendengar perkataan sang perawat, ia menatap pria itu dengan sengit, lalu seperkian detik kemudian ia meringis kesakitan karena si perawat itu menekan lukanya lumayan kuat.

“Sakit bodoh! Apa tangan mu itu tidak bisa lembut sedikit!?”

Guanlin mendengus kesal, sudah hampir dua puluh menit ia mengobati luka Woojin dan yang ia dapatkan hanya kata kata kasar, bahkan ia sendiri hampir hapal dengan apa yang selalu Woojin katakan.

“Harusnya kau berkaca dulu jelek, baru berkata seperti itu.”

Woojin membulatkan matanya. Apa katanya!? Jelek!? Heol! Di sekolahnya, semua yeoja maupun namja memuja muja dirinya!

Lalu dengan kesal Woojin menjambak rambut Guanlin dengan tangan kanannya yang sudah sempat diberi perban, memang sedikit sakit saat menggerakkannya, namun ia sudah terlanjur kesal dan marah atas perkataan Guanlin yang menurutnya itu sebuah penghinaan.

“Hei bocah! Rambutku! Apa kau sudah gila!?”

Park Jihoon yang sedari tadi terlupakan membelalakkan matanya melihat Woojin yang dengan kasarnya menarik rambut sang perawat tampan. “Woojin!! Kenapa melukai orang setampan itu!? Yang kau lukai itu jodohku tau!” teriak Jihoon dalam hati.

From The Vulnus |PanchamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang