Sventh

1.3K 177 17
                                    

Aku melihat seorang bocah lelaki seumuranku, berambut hitam dengan bingkai kacamatanya yang bulat, dan tebal sedang memperkenal dirinya kepadaku. Ia Sventh Leuwis, seorang anak Duke, sama sepertiku, sekaligus akan menjadi tunanganku dalam waktu dekat.

"Lorona Reeves."

Kuangkat sedikit rokku dan mengangguk hormat.

Setelah saling memperkenalkan diri. Para orangtua menyuruh kami untuk pergi ke taman kediaman keluarga Leuwis ini.

Aku hanya mendesah pelan, pertunangan ini didasarkan atas politik. Makanya, mereka menginginkan kami tidak mendengar apa yang akan mereka bicarakan. Yah, lagipula aku juga tidak terlalu peduli. Aku harap ini cepat selesai.

"No-nona Reeves ... Ta-tamannya di sebelah sana, bukan ke sana."

Sventh si bocah yang rupanya penakutan ini membuatku kesal. Aku tidak tahu di mana arah taman ini dan ia baru berujar setelah aku berjalan cukup jauh. Bisa-bisanya ia membuatku berbalik dan berjalan lebih jauh di lorong-lorong mansion kediamannya.

"Jangan panggil aku nona, Sventh. Kau akan menjadi tunanganku. Panggil aku Lorona."

Aku menyesap teh kamomil yang disodorkan pelayan dengan gusar. Kami sudah di taman dan sedang duduk-duduk di meja bundar dekat taman.

Sepertinya aku tidak beruntung telah ditunangkan dengan bocah sepertinya. Ia memang sedikit imut, tetapi ia terlalu pendiam, penakut dan terlihat sangat membosankan!

Lihatlah dia, dia sedang membaca buku tebal di hadapan calon tunangannya ini. Terlebih ia tidak menggubris pernyataanku tadi. Itu menyebalkan.

"Sventh, selain membaca buku. Apa lagi yang kau suka?" tanyaku dengan sedikit keras. Mungkin saja tadi ia tidak mendengar pernyataanku karena telinganya bermasalah. Kemudian, Sventh mengangkat kepalanya dan memasang wajah linglung sesaat. Apakah memang telinganya sedikit bermasalah?

"Aku suka bermain piano, catur, dan teka-teki," ujarnya kemudian dengan semangat.

Aku menatapnya tak percaya. "Kau membosankan, Sventh."

Aku memutuskan untuk meninggalkannya dan segera kembali menemui orangtuaku. Aku akan beralasan kalau aku sakit perut sehingga aku tidak perlu berlama-lama lagi di sini.

Itu adalah pertemuan pertama dan terakhirku setelah tiga bulan ini dengan Sventh. Pertunangan kami diundur lantaran ada suatu masalah politik di keluarga kami. Walaupun setelahnya Sventh terlihat santai dengan terus mengirimiku surat, aku pun terpaksa membalasnya atas perintah ibu, dan surat-surat itu semakin menjadi-jadi ketika mendekati ulang tahunku yang ke lima belas, minggu depan. Akan ada perayaan ulangtahunku sekaligus perayaan debutku di kalangan bangsawan.

***

Lorona, apa yang kau inginkan? Aku akan membawanya di pesta ulang tahunmu!

-Sventh

Surat itu baru saja tiba pagi ini. Buru-buru aku pergi ke kamar dan menuliskan surat balasan. Aku terpikir untuk mengerjainya sedikit.

Aku ingin bunga middlemist merah. Kau tahu, mungkin gaun pestaku akan sangat cocok bila disandingkan dengan bunga itu.

-Lorona

Aku terkikik membayangkan dia mencari bunga itu ke seluruh pelosok Inggris ini. Aku tahu bunga itu sangat langka.

Setelah itu, aku meminta pelayanku untuk mengirimkannya ke kediaman Leuwis.

Aku berharap ia tidak sempat datang di acara ulangtahunku demi mencari kado itu untukku. Aku cukup malu harus bertunangan dengannya meskipun dia dari keluarga yang cukup berada.

GenreFest 2018: Fluffy RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang