Yang kusuka :
⛄Musim dingin
❄Salju
🌧Hujan
⭐Bintang
🌌Malam
🌬Angin
.
...
.....
🎎Kamu
****
Pagi cerah menyambut hariku sekali lagi. Musim dingin sepertinya sudah mulai datang. Angin dingin menembus jendela. Daun-daun masih berserakan di jalan sisa guguran semalam. Aku tidak terlalu suka matahari, tapi hari ini sinarnya sedang hangat. Sepertinya aku akan suka.
Musik berputar memenuhi kamarku, membuat suasana semakin menyenangkan. Telur mata sapi tercetak sempurna, setengah matang. Minggu ini aku akan pergi ke danau. Aku akan menghabiskan hariku di sana, ditemani teh hangat yang kukemas dalam botol dan beberapa buku untuk melngkapi.
Setelah sarapan aku segera membersihkan badan dan berangkat. Di jalan sekawanan burung terlihat mematuki batu dan remahan roti yang dilemparkan oleh orang-orang. Udara dingin berpadu sempurna dengan hangatnya sinar matahari. Seperti di novel-novel yang kubaca, suasana ini sangat sempurna untuk sebuah kisah romantis.
Sampai di danau, aku merebahkan diri di rumput dan memejamkan mataku, merasakan angin menyapu wajahku dengan lembut. Sinar matahari terasa hangat di wajah. Lama-kelamaan semakin pudar dan pudar hingga hilang sepenuhnya.
Tunggu. Hilang? Kubuka mataku untuk melihat apa yang menghalangi wajahku dari sinar matahari. Seorang lelaki berdiri di depanku dengan senyum terukir di wajahnya. Siapa dia?
"Maaf jika aku mengganggumu. Aku memanggilmu dari tadi, tapi sepertinya kau sangat menikmati aktivitasmu berjemur," katanya dengan senyuman yang masih belum hilang.
Aku segera bangkit dan membersihkan daun-daun yang menempel di belakang kepalaku. "Oh, tidak apa-apa. Ada yang bisa kubantu?"
"Tidak ada. Tapi aku baru di sini. Kupikir aku bisa mencari teman di sini. Apa kau keberatan bila aku duduk di dekatmu?"
"Ti..tidak. Silakan," jawabku canggung.
Kami mulai mengobrol dengan canggung. Lebih tepatnya, aku yang canggung. Dia terlihat menikmati momen berbincangnya denganku. Dan tanpa kusadari, sepertinya aku juga menikmatinya.
Tidak terasa hari berjalan dengan cepat. Kami makan siang dan berkeliling kota hingga sore lalu berpisah untuk pulang. Buku yang tadinya kubawa hanya menganggur di dalam tas karena terlalu asiknya kami mengobrol.
Namanya Beni. Ia pindah ke sini karena pekerjaannya. Orangnya sangat menyenangkan untuk diajak berbincang, ramah, dan suara tawanya dapat mengundang orang laun untuk ikut tertawa. Aku selalu berhati-hati dengan orang asing. Tapi entah kenapa, sepertinya aku akan berteman baik dengannya.
1 hari berlalu.. 1 minggu.. 1 bulan.. 1 tahun...
Tidak terasa kami sudah berteman selama satu tahun. Pertemanan kami menjadi semakin erat setiap harinya. Aku senang, tentu saja, namun ada kecemasan yang muncul saat dengan perlahan rasa suka mulai tumbuh.
Aku takut hubungan kami akan terganggu bila ada campur tangan hati di sana. Ia belum tahu, dan sepertinya tidak akan pernah tahu. Senang dan takut terus menghantuiku setiap harinya. Setiap melihat senyumnya, setiap bercanda dengannya, setiap berbincang dengannya.
Saat kupikir rasa ini mungkin hilang bila ia berada jauh dariku, nyatanya itu salah. Beni ditempatkan kerja di kota lain, yang otomatis membuat pertemuan kita semakin jarang. Sedikit demi sedikit aku mulai menghapus rasa sukaku padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GenreFest 2018: Fluffy Romance
RomanceGenre Festival 2018 kali ini kami yang terbiasa menulis cerita kelam akan menulis cerita seringan kapas dan selembut bulu angsa. Bersiaplah untuk menikmati kemanisan kami. Cover by Ariski