Kembali ke seminggu sebelumnya.
"Kau siapa?" tanya Zoe. Siapa dia? Siswa baru? pikirnya.
Harusnya aku yang tanya begitu, dia anak baru? pikir Luke sebaliknya.
Zoe mendekati pemuda itu dengan kecurigaan pada pemuda di hadapannya itu.
"Ada apa dia mendekatiku?" Luke agak salah tingkah, mata merah Zoe melihat Luke dengan lekat.
Mereka semakin dekat. "Ini...." Zoe memegang sebuah cincin di kalung Luke, cincin yang mirip dengan cincin miliknya. "... dari mana kau mendapatkannya?" Zoe menatap iris hijau Luke penuh harapan, Zoeberharap dia mendapati suatu informasi dari pemuda ini.
"Pasar loak," balas Luke asal ditambah dengan cengirannya. Wajah flat Zoe terbentuk, ia melepas asal cincin Luke dan dengan natural Luke menangkap cincinnya dan ia masukkan ke dalam kemeja melewati kerah seragamnya.
"Huft..." Zoe menghembuskan nafasnya. "Kau siapa? Kenapa kau kemari?" tanya Zoe kecewa, ternyata pemuda di hadapannya ini menyebalkan, lebih tepatnya mungkin agak bodoh, menurutnya.
"Aku? Aku Luke dari tingkat dua kelas delapan. Aku kemari untuk tidur," jelas Luke dengan jujur dan seadanya, dan memang itu adalah niatan sebnarnya dia kemari.
Zoe menatapnya datar. "Ya sudah, silakan tidur. Permisi," ucap gadis itu mulai melangkahkan kakinya melewati Luke.
Tanpa sengaja Luke pun melihat sekilas cincin yang dipakai Zoe yang bertaut di jari lentiknya. "Tunggu dulu, cincinmu sangat mirip dengan milikku." Luke mencoba menahan Zoe dengan omongannya, tapi Zoe tak mempedulikannya, ia pergi meninggalkan Luke sendirian tanpa ada niatan untuk berbalik.
Luke menghembuskan nafasnya, dan berbaring di atas lantai rooftop, ia menatap langit.
Langit begitu indah, seperti gadis itu, pikir Luke.
"Sadar Luke! Kau sudah mempunyai seorang gadis!"
Lalu, Luke mengeluarkan cincinnya dari balik kerah, dan ia menatap lulus cincin itu di hadapannya. "Hanya kau yang tersisa setelah insiden itu, apa kau dapat memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi?" Luke berbicara pada cincinnya.
"Apa kau akan terus seperti ini? Tanpa sebuah perkembangan? Ia akan berbalik kepadamu dengan sebuah kepercayaan. Seperti aku yang kembali padamu saat kau sudah siap untuk menerimaku dalam jiwamu, jiwa leluhurmu. Red as Fire as You, kepercayaan akan kembali, percayalah."
Luke terdiam sejenak, ada yang aneh, pikirnya, siapa yang bisik-bisik? lanjutnya. Ia segera berdiri dan pergi ke kelasnya kembali.
Malam hari di hari kedua sekolah.
"Huh huhh." Terdengar nafas seorang gadis tersengal-sengal. "Sudah lama tidak latihan dengan kalian, makin jago saja. Mungkin kalian bakal nyusul aku nih," puji gadis itu pada teman yang menjadi lawan bermainnya.
"Main Badminton sama kamu tuh bikin cape, tau! Lagian kamu yang menang," ucap lawan mainnya tadi.
"Ahh, maaf." Gadis itu membalas dengan senyuman, tetapi teman yang tadi mengobrol dengannya malah menghiraukan balasannya itu.
Menyadari temannya tak membalas percakapannya lagi, ia melihat teman-temannya hanya terfokus pada pertandingan tunggal putra di sisi lain ruangan, gadis itu pun ikut melihat pertandingan. Ia terheran ketika melihat salah satu pemain di lapangan itu, gerakan pemain itu sangat indah di mata sang gadis. "Siapa dia? Permainannya sangat bagus," celetuk gadis itu heran.
Semua temannya menatap gadis itu dengan tajam, mereka tahu siapa yang dimaksud dengan orang dengan permainannya sangat bagus. "Hah?! kamu tidak tahu? Dia kan yang pernah main ganda campuran sama kamu saat pertandingan musim dingin lalu, Nona Atlet Lari," jawab temannya mengebu-ngebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DYSTOPIA: Follow The Forecast
Fantasy[REVISI SETELAH TAMAT] Fantasy, Mystery, Action Disarankan untuk mengingat semua nama tokoh. Ganba! heuheu T_T ----- Di dunia yang berbeda dari dunia nyata. Apa yang akan kalian lakukan? Berdiam diri? Hanya melihat? Atau mengikuti alur di dunia itu...