C 2 - Piece

136 60 18
                                    

"Kekuatan spiritual apa? Kita bukan penyihir, Lazark," sanggah Pangeran Kerajaan Barat Laut, Sang Hati BesiAdnan Samuel Stronghold. Setelah tragedi kehilangan seseorang yang sangat ia cintai, memang itu menguji kekuatan mental pemuda ini. Namun, hal itu tak ada hubungannya dengan pernyataan yang Lazark ucapkan.

"Jika memang iya kami mempunyainya, dari mana kau tahu itu?" tanya Pangeran Kerajaan Barat Daya, Galvin Aston Ryker. Pangeran yang penuh dengan keceriaan ini selalu mendapatkan nilai buruk dari Lazark, dan sekarang ia bertanya dengan wajah yang serius, sebenarnya ia tak ingin ambil resiko hanya karena pertanyaan ini.

Setelah perjamuan di Taman Kerajaan Utara selesai, Pangeran Davin mengikuti dan menghampiri Pangeran Lazark yang sedang bersiap untuk pelatihan kerajaannya. "Yo Lazark, kau ada waktu kosong?" sapa Pangeran Davin dengan gaya sok kenal dan tidak sopan.

"Ada, memangnya kenapa, Pangeran Davin?" sahut Pangeran Lazark dengan tatapan dinginnya.

"Panggil saja aku Davin saja lah! Oh ya, aku hanya ingin bertanya tentang kekuatan spiritual yang kau maksud itu?" tanyanya dengan rasa penasaran di wajahnya.

"Entahlah itu hanya perasaanku saja, jadi lupakan saja omong kosongku itu," balasnya, ia mengecewakan ekspetasi Pangeran Davin.

"Ah, oke." Tampak jelas wajah kecewanya.

Pangeran Lazark yang melihat pun agak tidak enak, ia mencari topik pembicaraan lain. "Oh ya, Davin, kau pernah bertemu dengan Van, bukan?! Aku sangat ingin bertemu dengannya, dan aku tahu kau mempunyai suatu hubungan dengannya," antusias Lazark tiba-tiba, ia tertarik dengan pria bernama Van.

"Van? Aku belum pernah bertemu dengannya, dan... gila aja! Dia laki-laki mana ada aku punya hubungan dengannya. Tapi dia sangat hebat! Tapi aku lebih ingin bertemu dengan Sting, tapi... dia berada di Kerajaan Timur Laut." Inilah contoh pemborosan kata dari Davin, banyak tapi-nya.

Beberapa hari yang lalu, orang yang sedang mereka bicarakan sedang melakukan semacam pertarungan di hutan Pohon Sequoia. Satu dari mereka sangat antusias akan hal ini, tetapi malah ia yang terpojok.

"Cukup di sini, Van!" titah seorang pria beriris hijau yang memakai pakaian seperti seorang penyihir.

"Tidak! Aku masih bisa lanjut!" Pria bersurai merah bernama Van masih ingin menantang pria itu.

"Jangan paksakan dirimu," ucapnya sembari membelakangi Van dengan senyuman meledek, yang untungnya tidak terlihat oleh Van.

"Sting! Ini belum selesai! Aku masih bisa!" Sting, penyihir dari Kerajaan Timur Laut. Banyak orang berpendapat jika ia adalah seorang Alchemist, tapi ada juga yang bilang jika ia adalah seorang Wizard, tapi belum ada konfirmasi apapun dari pria ini. Ya panggil saja dia penyihir.

"Aku ada janji, Van. Jangan paksakan dirimu hanya untuk menguji kekuatan bodohmu itu." Pergi meninggalkan Van, Van merasa jengkel, dan membuatnya berpikir bahwa dirinya berada dalam genggaman Sang Penyihir, kekuatannya masih belum bisa melampauinya, ia juga merasa tak pantas memegang gelar Pahlawan Merah dari Selatan. Ia mengeram, terlihat rahangnya menegang, lalu ia mengeluarkan kekuatannya dan melampiaskan kejend sembarang arah.

Seorang pria bersurai biru yang melihatnya dari atas pohon pun membuka mulutnya. "Dia begitu menjengkelkan, bukan?" tanyanya. 

Van mencari asal suara itu ke segala arah, dan mendapati manusia yang terjun dari atas pohon yang sangat tinggi, dan mendarat tepat di depannya. "Ya dia memang penyihir seperti itu, seperti jika dirinya itu paling benar dan paling hebat."

Jenderal Zero?! batin Van terkejut. 

Jenderal Zero dari Kerajaan Timur Laut tiba-tiba ada di hadapannya dengan tatapan birunya yang tajam. Jenderal yang berasal dari tempat yang sama dengan Sting, sama-sama orang kuat. Ia pun merasa jengkel kembali, berarti dia juga akan kalah jika melawan Jenderal Zero ini.

DYSTOPIA: Follow The ForecastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang