Correct

3K 305 26
                                    

Sorry for typo(s)

▫️▫️▫️
Cinta membutuhkan bahasa, dan dia perlu bicara.
▫️▫️▫️

Untuk yang kesekian kali, lagi – lagi Cho Kyuhyun menempatkan pekerjaannya sebagai prioritas utama. Sifat perfectionist yang tertanam dalam dirinya membuat ia terlihat egois. Ia bahkan tidak bisa menepati janji yang ia buat sendiri hanya untuk sekadar makan malam bersama sang istri demi menghadiri meeting mendadak di kantornya.

Mungkin meeting terdengar penting, namun bisakah jika pria itu menghubungi Joohyun terlebih dahulu. Sikapnya membuat ia seolah – olah tidak menganggap keberadaan Joohyun di dalam hidupnya.

Kyuhyun mengerang frustasi, ia tidak kehabisan daya ponsel atau apapun, ia lupa, yah ia benar – benar lupa dengan janjinya, pria itu baru mengingatnya setelah keluar dari ruang meeting. Dan setelah menghubungi Joohyun, gadis itu memutuskan telponnya secara sepihak setelah berbicara dengan kalimat yang cukup panjang. Hal yang sangat wajar bukan?

Aku tahu kau mencintainya, kau harus mengatakannya. Hubungan kalian tidak akan bertahan lama jika keadaannya terus seperti ini Kyu. Kalian butuh bicara.

Bisakah kau menghargai ku sedikit saja.

Kalimat – kalimat itu terus terngiang di kepalanya. Changmin benar, ia memang harus mengatakannya dan perkataan Joohyun membuatnya merasa sangat bodoh. Kyuhyun bahkan tidak ingat sudah berapa kali ia mengecewakan Joohyun dan untuk pertama kalinya Joohyun mengutarakan perasaan kecewa serta amarahnya. Perasaan bersalah itu kian membesar memenuhi rongga hatinya ketika mengingat suara milik Joohyun yang bergetar menahan tangis.

Kini Kyuhyun memejamkan matanya mencoba menenangkan diri, ia harus menemukan Joohyun. Kyuhyun yakin jika Joohyun sudah meninggalkan restoran dan kemungkinan terburuknya mungkin Joohyun tidak akan pulang ke rumah mereka malam ini.

Jelas saja Kyuhyun mengkhawatirkan Joohyun, tanpa dilihat secara langsung Kyuhyun tahu jika Joohyun sangat kacau saat ini. Dan penyebabnya adalah dirinya sendiri. 

***

Rintik air hujan tidak menghalangi niat Joohyun untuk berjalan di tengah dinginnya malam, kaki jenjang itu terus melangkah dengan gontai. Joohyun tidak peduli dengan tubuhnya yang mulai menggigil karena gerimis yang mengguyur tubuhnya, ia juga tidak peduli dengan kakinya yang mulai terasa lelah  dan tumitnya yang mungkin saja lecet karena high heels yang ia pakai.

Joohyun sadar jika selama ini banyak orang yang tengah bersedih berdiri di tengah rintik air hujan tanpa naungan apapun, air hujan bisa menyamarkan air mata yang kini tengah mengalir dari pelupuk mata Joohyun. Dan Joohyun berharap jika hujan akan menghapus kesedihannya malam ini dan esok semuannya akan baik – baik saja.

“JOOHYUN,” suara itu menghentikan langkah Joohyun, suara yang sangat ia kenal.

Joohyun terdiam di tempatnya, hati kecilnya menyuruhnya untuk tetap melangkah namun kakinya seolah tidak ingin beranjak dari tempatnya. Suara langkah kaki yang tersamar dengan suara hujan itu kian mendekat, hingga Joohyun merasa jika hujan berhenti seketika karena payung yang menaungi kepalanya dan pelukan yang begitu menghangatkan dirinya.

“maafkan aku,” suara yang sama kembali terdengar, kali ini begitu lirih dan tersirat akan penyesalan yang begitu dalam.

Joohyun tercekat, ia tidak pernah berpikir jika Kyuhyun akan datang dengan pelukan hangatnya. Joohyun terlalu takut untuk membayangkan semua itu, ia tidak ingin jika hanya kenyataan pahit yang akan ia dapatkan pada akhirnya. Joohyun tidak ingin merasakan sakit lagi.

Process✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang