[27] Mengejar Waktu

28 8 6
                                    

Hari ini ujian pelajaran Alam (IPA), sedikit lega, karena tinggal selangkah lagi, menuju ujian akhir yang akan dilaksanakan hari Sabtu. Tentang Sosial. Untungnya.. Sudah mulai diringankan, jika sudah diakhir.

Aku mendengus, saat namaku dipanggil dari ambang pintu, melirik dengan mata senduku, tanganku melipat dan kepalaku menempel dimeja, sambil melihat jalanan yang ramai lancar, juga gedung pencakar langit, Jakarta sore ini.

"Nad! Kamu nggak turun?" tanya Riri yang balik lagi kekelas.

"Nggak apa-apa kok.. Males.. Ngantuk.. Capai," jawabku dengan malasnya..

"Kebiasaan deh.. Oh iya, besok.. Jadi kestudio nggak?" tanyanya yang membuatku menoleh kearah Riri yang berdiri disamping kursi.

***

"Hah? Jadi.. Yumi? Itu.. Teman kamu? Maksud aku.. Yuni?" Riri tak percaya, saat aku bilang, jika Yuni yang ia lihat disency (senayan city) adalah Yumi.

Aku mengangguk. "Dan, aku mau, kamu nemenin aku pas final, kestudionya,"

"Bo-boleh."

Aku berharap, ini akan menjadi nyata. Maksudnya, aku ingin, benar-benar melihat perjuangan dia secara langsung. Sudah jelas, itu pasti dia.

Tunggu aku ya, Yuni.

***

"Hm.. Gimana ya.. Besok, kita emang ujiannya siang sih.. Tapi.. Acaranya sore, ntar, eggak keburu dong?" memang ku rasa tak yakin jika acara dan ujian sangat berdekatan.

"Iya sih.. Tapi, kita coba aja. Kali-kali.. Bisa. Harus optimis Nad," katanya.

***

Hanna menyodorkan botol minum kepada Yuni seusai mereka latihan untuk besok. Sungguh melelahkan hari ini. Sejak malam tadi, mereka terus berlatih, demi menampilkan yang terbaik.

Yuni pun membetulkan kacamatanya, sambil ia menghafalkan lagi, untuk lagunya yang ia bawakan besok.

"Kamu rajin banget sih.. Semangat buat besok oke! Oh iya, kamu gak ajak sahabat kamu buat nonton besok?" tanya Hanna yang beralih topik. Tumben dia menanyakan hal itu

"Mmm.. Mungkin," jawab Yuni yang sebenarnya tak yakin. Mana mau Nadila datang? Tapi, sungguh, Yuni selalu berharap, sahabatnya bisa menyaksikan langsung penampilannya, dia ingin melihat Nadila datang, selain ia rasa, ia pasti tahu, dan ingat. Ia merasa diapresiasi olehnya.

"Ouh.. Tapi.. Kamu kenapa nggak pernah mau cerita keaku sih? Terus juga, nggak pernah lemas kacamata, kupluk atau pun topi?" Hanna beralih topik, jadi penasaran. Selama ini memang, ia mau tahu wajah Yumi a.k.a Yuni yang sebenarnya. Dan Yuni memang lumayan tertutup. Dia jarang bicara, tetapi jika itu penting, dia akan bicara. Biasanya Hanna yang mengajaknya bicara. Tapi soal privasi, Yuni memang tak menyebarkan soal itu.

"Ciri khas," jawab Yuni singkat.

"Ouh.. Oke oke," padahal, besok adalah waktunya, ia akan memperlihatkan diri aslinya.

Yuni juga sudah fitting baju dengan team wadrobe untuk besok. Sebenarnya ia tak siap untuk besok. Besok dirinya yang asli akan disaksikkan langsung oleh seluruh penonton mau pun juri. Mungkin.. Termasuk.. Nadila?

***

Lagu dari Jessie J yaitu Flashlight memang cocok melengkapi malam ini dengan relax. Setelah ku belajar, hingga mataku sudah menjadi mata panda. Aku jadi teringat, soal lagu yang aku buat pertama kali diibu kota. Apa kabar ya? Mungkin, memang karena, hanya kegabutanku saja selama ini.

Aku mencari kertas isi lagu yang iseng aku buat itu. Udah lama juga gak diselesaikan, akibat sibuk dengan waktu belajarku, dan lainnya. Saat aku menemukannya, aku ingin menghafalkannya lagi. Tapi..

Reach (The Story Of Lefty Hand)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang