"Kita nginep" kata Wawa yang berhasil membuat Jeno kesal, tapi Wawa tak perduli. Ia beralih menuju lemari Jeno, menarik sebuah kaos lalu mengganti gamisnya dengan kaos itu, di depan Jeno. Mereka memang terbiasa 'terbuka' satu sama lain.
"Wa?"
"Udah lah Jen, aku gak mood berantem di depan keluarga kamu ya!" sentaknya, Jeno mengusap wajahnya kasar lalu pergi keluar kamar meninggalkan Wawa.
Wawa menjatuhkan bokongnya di ujung kasur, ia sudah mewanti-wanti akan mengalah jika Jeno masih ngotot agar tidak menimbulkan keributan. Tapi untungnya Jeno mengalah lebih dulu.
Wawa mencuci wajahnya sebelum memutuskan untuk berbaring. Ia menghela nafasnya sebelum memejamkan mata, hingga saat ia sudah hampir kehilangan kesadaran, pintu kamar terbuka, menampilkan sosok Jeno yang ternyata sudah berganti pakaian.
"Apa?" galak Wawa, Jeno tersenyum lalu mendekat. Wawa yang sudah pewe malas mengubah posisinya.
"Mau minta maaf, tadi aku udah dikasih tau sama bunda. Kata bunda kamu manis banget nurut sama aku. Padahal kan aslinya enggak" ucapnya panjang, Wawa memutar bola matanya malas.
"Sini cium dulu" Jeno sudah mau nyosor, tapi wajahnya ditahan tangan Wawa.
"Heh, sembarangan. Nanti kalo ada yang tahu gimama?" Wawa menatap pintu yang hanya tertutup setengahnya
"Udah pada tidur"
"Ih Jen!" Wawa memukul pundak Jeno, dia sudah nyosor tanpa bisa dihindari oleh Wawa.
"Maafin aku ya, aku khilaf sama emosi tadi. Aku cuma gak mau kamu gak nyaman disini" ucap Jeno. Wawa mengangguk paham.
"Udah sana balik, kelamaan ntar bunda nungguin" usir Wawa.
"Tidur sini aja kali ya"
"Sembarangan!" lagi-lagi Wawa memukul pundak Jeno.
"Maaf ya, tadi kamu sampek mau nangis gitu" sesal Jeno.
"Ih enggak ya"
"Enggak salah"
"Udah ah sana, gak enak nanti dilihat orang" Wawa merubah posisinya jadi duduk, lalu mendorong-dorong Jeno untuk keluar.
"Bentaar" katanya menatap Wawa.
"Apa lagi? Nanti kalo ada yg lihat aku yang gak enak. Mau ditaro mana muka aku besok?"
"Iya iya" Jeno bringsut dari duduknya, "Good night" Jeno melambaikan tangannya dan tersenyum. Ingin rasanya Wawa melemparnya dengan bantal. Jijik.
~~
"Jaehyun siapa?" Renjun bertanya pada Hani, mereka sedang dalam perjalanan pulang setelah nonton di bioskop. Karena Renjun ngantuk Hani menggantikannya untuk menyetir. Tapi bukannya tidur, Renjun malah memainkan hape Hani.
"Kakak tingkat" singkat Hani.
"Ngapain ngechat kamu?" tanyanya seraya menggeser layar yang menampilkan chat room Hani dengan Jaehyun.
"Nanya tugas, kebetulan dia ngulang gitu terus sekelompok sama aku" jelas Hani masih fokus nyetir.
"Sok akrab banget" sinis Renjun, Hani menoleh dan tersenyum.