Four; I'm really sorry

197 82 41
                                    

➖Keesokan Harinya

•Jisung POV•

Alarm sialan itu membangunkan tidurku pagi ini, mengapa ku katakan sialan? Karena aku tak pernah memasang alarm. Alarm itu di pasang oleh hyung-ku.

Tentu saja aku tak tinggal sendirian di kota sebesar ini, jadi aku tinggal bersama hyung-ku.

"Jisung-ah bangun ku kira kau tidak tahu kalau kau sudah bangun? Ppalli ke bawah"

Ya, sebenarnya aku ini tipe yang mudah dibangunkan atau mudah terbangun. Apalagi dengan suara keras dan sentuhan seseorang.

Nah itu dia hyung-ku bawel dan menyebalkan sudah sifat mutlaknya yang tak bisa diubah.

Tunggu mengapa kakiku sakit sekali.

"Akh!" Pekikku saat mencoba bangun dan turun dari tempat tidur.

'sial mengapa kakiku tak bisa digerakkan' batinku.

"Jisung-ah ppalli kau harus Sekolah!" Hyung-ku terus saja memanggilku dari bawah, rasanya aku ingin menjejali mulutnya dengan bantalku.

"Hyung, aku tak bisa berjalan" teriakku dari dalam kamar.

"Jangan berbohong Jisung-ah itu alasanmu saja kan agar aku iba dan menyuruhmu tak Sekolah"

Aku tak mau berdebat lagi dengan hyung-ku, kakiku benar benar sakit sangat sakit.

"Semua ini karena gadis gila itu!"

*Kriet

Suara decitan pintu memenuhi kamarku, dan menampilkan sosok lelaki tinggi semapai dengan wajah yang dingin membuat siapapun yang melihat wajahnya merasa hidupnya hanya sebentar lagi.

"Park Jisung! Kau ini benar-benar tak bisa disiplin. Kau tidak bisa melihat jam itu huh?! Tapi kau masih berada di kasurmu! Aigoo" omel hyung-ku yang benar-benar membuat telingaku panas.

"Park Taeyong.. Tak bisakah kau merasakan perasaan, Jika adikmu yang baik ini sedang sakit"

(Fyi: nama aslinya Lee Taeyong tapi karena disini ia jadi Hyung-nya Jisung jadi marganya aku ganti jadi 'Park')

"YA! Tak sopan sekali kau! Apa yang kau keluhkan huh! Bahkan kau terlihat baik-baik saja" taeyong hyung masih tak mempercayaiku bahkan dia masih bersikeras untuk menyuruhku siap siap ke sekolah.

"Lihat kakiku hyung" aku menyarankan Taeyong hyung untuk melihat kakiku yang masih terbalut selimut.

Taeyong hyung berjalan mendekati kasurku, Ia mendudukkan dirinya tepat di ujung kasurku dan menyibakkan selimut yang masih setia menutupi sebagian tubuhku.

"Aigoo!!" Taeyong hyung kaget, begitu juga denganku.

'Bagaimana bisa kakiku membengkak seperti ini sial!' batinku.

"Bagaimana bisa kakimu jadi seperti ini?" Taeyong hyung nampak khawatir dengan keadaanku.

"Ceritanya panjang hyung" balasku.

"Arraseo, arraseo lebih baik aku segera memanggil dokter untuk memeriksa kakimu"

•POV end•

Seperti hari pertama hari ini Hyerin juga mengendarai sepeda kesayangannya itu menuju ke Sekolah.

Namun hari ini ada yang nampak berbeda dari Hyerin, dia tak seceria biasanya bahkan rasanya ia tak ingin Sekolah hari ini.

Ia merasa kacau setelah kejadian kemarin bahkan semalam ia tak bisa tidur hanya memikirkan bagaimana caranya ia meminta maaf kepada Jisung.

Hyerin sepertinya akan melakukan kesalahan yang sama, dengan kasus melamun saat mengendarai sepeda.

Sedetik kemudia ia tersadar setelah melihat seorang pria yang akan menyebrang jalan.
Hyerin segera membuyikan bel sepedanya agar orang itu bisa minggir.

Kring kring..

"Awasss!!!"

"Waaa!!"

Srett..

Hyerin merasa tubuhnya membeku seketika, hyerin membuka sebelah matanya perlahan, ia melihat seorang pria didepannya sedang menahan sepedanya.

Ia tahu itu pria yang nyaris akan ia tabrak tadi, tetapi pria itu malah sedang menahan sepeda yang akan menabraknya.

Dengan cemas Hyerin mencoba bertanya pada pria yang masih menunduk sambil memegang 'stang' sepeda Hyerin.

"G-gwaenchana?" Hyerin berusaha bertanya dengan bibir yang bergetar, jujur ia sangat takut saat ini.

Pria itu mengangkat kepalanya perlahan, tatapan matanya membuat jantung Hyerin ingin lepas saat itu juga, wajahnya yang dingin memberi kesan seperti malaikat pencabut nyawa yang sedang mengincar nyawa seseorang.

'Omo!! Apa aku akan mati hari ini? Ya tuhan aku tidak mau mati sekarang eomma dan appa belum melihatku lagi, aku belum bertemu mereka lagi' Hyerin terus saja berdoa agar orang di depannya tak mengambil nyawanya sekarang.

"Aku tidak apa-apa" balasnya tersenyum.

'huh? Dia tersenyum? Ah manisnya.. ey! Harusnya kau meminta maaf Shin Hyerin! Bukan malah mengaggumi senyumannya'

"Mianhae oppa aku melamun tadi" Hyerin mencoba menjelaskan alasan ia hampir menabrak pria itu tadi.

Pria itu masih tersenyum memandang Hyerin, namun tatapan matanya melembut seketika "Ne, gwaenchana tapi lain kali berhati-hatilah saat dijalan.. eum tunggu kau murid Seoul Senior High School?"  Tanya pria itu menatap seragam yang Hyerin kenakan.

Hyerin bingung dengan pertanyaan yang pria itu lontarkan kepada Hyerin.
"N-ne oppa aku bersekolah disana.. ada apa memangnya?"

"Kebetulan adikku bersekolah disana juga apa kau mengenalnya mungkin?"

"Siapa nama adikmu oppa?" Tanya Hyerin.

"Namaku Park Taeyong, mungkin kau bisa menebak siapa adikku?"

Hyerin berpikir sejenak menanggapi teka teki yang Taeyong berikan untuknya
'Park Taeyong? Eum tapi kan yang bermarga 'Park' itu banyak bahkan Wali Kelasku sendiri bernama Park Chanyeol'

"Park Jisung?"
Oke entah mengapa Hyerin langsung menyebut nama Park Jisung, karena pikiran ia hanya pada nama tersebut.

"Woah Daebak! Kau benar!" Taeyong menganga mendengar jawaban Hyerin yang ternyata benar.

"Huh? Jinjja oppa? Aku benar?"
Hyerin membulatkan matanya sempurna bagaimana mungkin dunia begitu sempit sekarang bahkan cara bertemu Hyerin dengan kakak beradik itu sangatlah memalukan karena tadi saja ia hampir menabrak Hyung dari Jisung tersebut.

"Bagaimana kau bisa tahu dia adikku? Kau peramal?" Tanya taeyong.

"E-um...aku mengenalnya oppa, kita kebetulan memang sekelas dan a-aku teman sebangkunya"

"Woah baguslah jika seperti itu, tolong izinkan Jisung ne. Hari ini dia tidak bisa Sekolah kakinya sakit dan ia tak bisa berjalan entah apa penyebabnya"

Deg! Jantung Hyerin terasa berhenti seketika mendengar penuturan dari Hyungnya Jisung, bagaimana pun ini kesalahannya bukan?

'Ya tuhan aku membuat orang lain menjadi seperti itu' rasa bersalah itu menyelimuti diri Hyerin lagi, hatinya bilang ia harus menutupi kesalahannya.

Tetapi pikiran  Hyerin mengatakan sebaliknya
'sebaiknya kau menjelaskan pada hyungnya Jisung dan meminta maaf'

My Boyfriend || Park Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang