Part. 29

464 18 0
                                    

Satu minggu berlalu setelah kejadian di taman dengan Renal. Marsya mengurung diri dalam kamar, ia masih dihantui rasa takut pada Renal, hingga ia izin kuliah selama satu minggu.

Hari ini adalah hari minggu, ia masih betah dalam kamarnya dengan berbagai macam fikiran yang bersemayam dalam benaknya, ingin rasanya ia membuang segala fikiran itu, tapi apa daya dirinya tidak mampu.

Pintu kamar Marsya terbuka, Marsya memandang ke arah pintu mendapati bunda Mia dan Suci.

"Masuk saja nak, itu ada Marsyanya" ucap bunda Mia.

"Terimakasih bunda" ucap Suci lembut.

Bunda Mia tersenyum lalu pergi membiarkan Suci masuk dalam kamar Marsya. Marsya mempersilahkan Suci duduk di sampingnya, di atas ranjang.

"Kamu kenapa satu minggu gak masuk?" Tanya Suci langsung.

"Aku takut bertemu dengan dia lagi" ucap Marsya bergetar.

"Apa dia kembali bertemu denganmu saat di taman? Dan dia kembali mencacimu?" Tanya Suci tepat.

Marsya mengangguk, semua pertanyaan Suci benar adanya.

Suci mengambil sesuatu dalam tasnya, ia mengeluarkan sebuah kotak dan diberikan pada Marsya.

Marsya mengernyitkan dahinya bingung.

"Bukalah" ucap Suci.

Marsya membukanya dan di dalam kotak tersebut ada tiga helai kain. Marsya mengambil kain itu, ia memandang cadar itu dan Suci bergantian.

"Pakailah, itu akan melindungimu, dan kemungkinan dia tidak akan mengenalimu" ucap Suci.

Marsya menangis saat memandang kain itu. Lagi dan lagi, ia mendapat petunjuk dari Allah melalui hambanya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Sungguh Marsya bersyukur dengan kehidupannya saat ini.

"Terimakasih banyak Ci, sungguh aku sangat beruntung dan bersyukur bisa mengenalmu" ucap Marsya memeluk Suci.

"Aku mengaku sebagai sahabatmu, dan kamu adalah saudariku. Marilah kita langkahkan kaki bersama, semoga Allah meridhoi langkah kita", balas Suci.

Marsya tersenyum memandang Suci. Marsya yakin Suci kini tengah tersenyum karena matanya yang menyipit, walaupun wajahnya tertutup dengan cadar.

"Sini aku pakaikan" ucap Suci.

Marsya memberikan kain itu, dan Suci dengan cepat memakaikan kain itu pada wajah Marsya. Saat kain itu sudah terpasang, tangis Marsya pecah. Marsya tidak menyangka dirinya akan seperti ini, ia tidak menyangka Allah mengirimkan orang-orang baik agar dirinya berubah menjadi lebih baik. Sungguh Allah maha baik.

Keduanya larut dalam rasa haru, airmata keduanya luruh. Sungguh keduanya mengharapkan ridho Allah dalam setiap langkahnya, keduanya juga mengharapkan Allah selalu membimbing keduanya ke dalam jalan yang benar.

Begitulah indahnya persahabatan, melangkah bersama dengan harapan Allah meridhoi langkahnya, dan menuntun pada jalan yang benar.

***

Keesokan harinya Marsya kembali masuk kuliah dengan mengenakan cadar. Marsya berniat memakai cadar karena ingin melindungi wajahnya dari mata laki-laki, walaupun awalnya niatnya karena untuk mengindari Renal, tapi sekarang niatnya sudah ia rubah karena Allah.

Materi hari ini cukup melelahkan, membuat Marsya menguras fikirannya untuk menahan apa yang dosen sampaikan.

Selesai kuliah, Marsya berniat untuk pergi ke kantor Azmi, ia ingin kesana melihat pekerjaan sang adik, bahkan kalau bisa ia akan membantunya.

Wanita Perindu Surga [END/REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang