CHAPTER 2 - That Girl

40 2 0
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Perempuan yang selalu ingin berkata benar dan berada dalam posisi menang

****

Sebelum ke rumah Nicky, Keya pergi ke sebuah tempat terlebih dahulu. Ia datang ke toko buku dan ingin membelikan sebuah novel untuk Nicky, sahabatnya itu sangat suka membaca novel genre fantasy. Ia juga berencana membeli perlengkapan untuk sekolahnya besok.

Sewaktu SD Keya ingat sekali kalau mamanya sering mengantar dia tiap kali akan masuk sekolah untuk membeli perlengkapan alat tulis, namun kebiasaan itu berhenti saat ia duduk di kelas 4 SD. Dan sejak itu tidak ada yang menemani untuk pergi ke toko alat tulis, bahkan papanya. Orang tua itu mana peduli dengan dia, sudah sampai di Jakarta pun papanya mungkin tidak tahu. Itu semua karena papanya bekerja, alasannya sih untuk masa depan Keya. Tapi dia sendiri berpikir akan sampai manakah masa depan hidupnya nanti.

Keya sedang memilih beberapa perlengkapan alat tulis, ia juga berencana untuk membeli alat lukis. Ya, melukis adalah salah satu hobinya. Sesuatu yang bisa mengisi waktu luang. Melukis adalah salah satu bakat yang ia miliki sejak ia sadar bisa menggambar ketika kelas 4 SD dan itu semua berkat seorang sahabat.

Setelah selesai memilih perlengkapan alat tulis, Keya pergi ke bagian novel untuk mencari hadiah yang akan diberikan kepada Nicky. Ia sendiri kadang kagum dengan Nicky karena memiliki wawasan yang luas dengan hobi membaca.

Keya sudah menemukan satu buku yang dirasa cocok untuk Nicky, ia berniat mengambil buku tersebut namun seseorang juga menginginkan buku yang akan ia ambil, dengan tidak sengaja tangan mereka bersentuhan.

"Sorry" mata Keya bertemu dengan manik seorang perempuan dengan tinggi badan yang hanya mencapai lengan tangan atas Keya dan dengan rambut sepunggung. Ia mengisyaratkan seperti -gue yang udah pegang buku ini duluan jadi ini punya gue.

Namun perempuan di samping Keya itu tidak peka.
Gadis itu terdiam beberapa saat menatap mata indah milik Keya, ia lalu berdehem sejenak untuk menetralkan suasana "Bisa nggak mengalah sama cewek. Lagipula gue yang lihat buku ini duluan" ujarnya dengan raut angkuh dan langsung mengambil bukunya saat tangan Keya lengah.

Keya mendesah, ia tidak sangka perempuan itu bersikap sombong. Keya ingin mengatakan sesuatu namun gadis itu sudah pergi dari hadapannya. Ia tertawa kosong tanpa suara masih tidak percaya dengan situasi yang baru saja ia lalui dan membuat bukunya lenyap dalam beberapa detik "Cewek itu, oh my......." ia bahkan tidak dapat berkata apapun.

Keya sempat kesal dengan perempuan tidak tahu diri yang baru saja ia temui. Ia mengambil buku-buku yang ingin dibelinya dengan asal karena ia ingin segera pergi dari tempat itu. Lalu pergi menuju tempat pembayaran, dan alangkah tidak beruntung ia bertemu dengan gadis itu lagi. Namun Keya memperhatikan sejenak peristiwa perdebatan antara gadis itu dan pegawai kasir, dari pengamatannya gadis itu tidak jadi membeli buku yang ingin ia belikan untuk Nicky.

Alhasil Keya mengulas senyum lebar, ia lalu segera melangkahkan kaki menuju tempat pembayaran. "Udah mbak nggak perlu lama-lama, biar buku ini saya yang bayar" ujarnya seraya mengambil buku dengan sampul abu-abu yang semula di hadapan gadis itu.

Gadis di sampingnya membelalakkan mata dan membuka mulut dengan lebar "Lo mau bayarin buku ini buat gue?" ia sudah sangat kepedean.

Keya tidak menjawab, ia memandang gadis itu sekilas dan tersenyum misterius "Semuanya berapa mbak?"

"240ribu, mas" pegawai kasir memberikan kertas bon kepada Keya.

Gadis itu terkejut dengan total pengeluaran belanja Keya.

"Ini mbak" Keya memberikan kartu kredit kepada pegawai kasir.

Namun gadis itu memandang dengan sinis "Palingan juga punya mamah atau papah" desisnya menyindir Keya seraya melipat kedua tangan di dada.

Keya yang mendengar tidak mau ambil pusing dan hanya mengabaikan ucapan gadis di samping. Ia menerima kantong belanja serta kartunya kembali, lalu memandang gadis itu seraya menunjukkan kartu kreditnya yang diselipkan di jari telunjuk dan tengah "Iya ini punya bokap gue. Kenapa? Lo iri?" ujar Keya memasang senyum miring.

Gadis itu tertegun mendengar ucapan Keya "Maksud lo?"

"Sorry gue nggak punya waktu buat lama-lama sama lo" Keya memasukkan kartu kreditnya ke dalam dompet dan menenteng kantong belanja, kemudian berniat pergi dari sana.

"Eh tunggu buku gue mana?" tanya gadis itu merentangkan kedua tangan untuk menghadang jalan Keya dengan berdiri tepat di hadapan pria itu.

Keya mengerutkan kening mendengar ucapan gadis itu "Buku lo? Buku yang mana?"

"Buku gue yang tadi" gadis itu melirikkan mata ke kantong belanja milik Keya.

Sesaat Keya tertawa kosong tanpa suara menyadari apa yang dikatakan oleh gadis di depannya "Lo nggak salah, yang bayar buku ini siapa? Gue kan? Pake kartu bokap gue. Jadi kalo lo pengen buku ini, minta sama bokap gue" Keya langsung berlalu dan tidak melihat bagaimana reaksi yang ditunjukkan oleh gadis itu.

"Apa?" ia hampir tidak percaya dengan ucapan Keya. Ia sudah salah mengira kalau pria itu yang akan membayarkan buku untuknya, tapi ternyata tidak. Ia menghentak-hentakkan kaki seraya mengepalkan kedua tangan karena merasa sebal dengan Keya "Ih cowok sialan, belagu. Nyebelin banget sih lo. Jangan sampe gue ketemu sama lo lagi. Sebell" ia merengek kesal seraya menutupi wajah yang sudah malu, apalagi berteriak-teriak tidak jelas yang mengganggu pengunjung lain.

Keya senyum-senyum sendiri usai keluar dari toko. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana raut wajah gadis itu saat dipermalukan olehnya. Lagipula siapa yang berniat untuk membayarkan dan memberi buku itu untuknya. Dari awal kan ia sudah berencana untuk memberikannya kepada Nicky.

****

Promise HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang