Selaput mataku bagai di robek.
Di tancap beribu anak panah.
Melelehkan aliran darah.
Hingga pandangan ku kosong belaka.Tubuh ku tercampak,
Tergantung di puncak tertinggi amarah nya.
Hilang nafas ku,
Disertai raga yang mulai di ambang hidup.
Aku mati,tergeletak berlumur darah.
Dia tertawa menginjak seluruh tubuh ku.Sudah hilang nyawa ku,
Gema tawanya terus terdengar sampai dasar tanah.
Sebegitu bodoh,
Menyimpan pembunuh sekejam dirinya dalam ruang hidup ku.Aku bagai daging yang cacat di buatnya.
Nafas ku bagai luap an pipa kotoran manusia.
Lalu hatiku? Sempat sudah dijatuhkan dari tertingginya gunung,dan mendasar diliat lahat.