Chapter 7 - Murid baru

46 3 0
                                    

Happy reading 👀📖  

    "Hanya satu kata sederhana yang pantas terlontar untuk dirinya... memesona." - Shayla Belva

    JADI anak baru memang menyebalkan, tetapi tidak ada hal yang lebih menyebalkan lagi dari cowok yang sekarang tidur di samping kursinya. Shayla benar benar kesal. Bel pergantian pelajaran sudah berbunyi, tetapi cowok di sisinya masih juga belum ada tanda tanda mau bangun.
    Yang jelas, shayla berniat sekali dan dengan sangat senang hati ingin memukul bahu cowok itu dengan pulpen yang di pegangnya jika nanti ada guru masuk dan memintanya untuk membangunkan Deavon.
    Tidak lama berselang dari niat shayla ingin memukul Deavon, akhirnya seorang guru perempuan memasuki kelas dengan kotak pensil ditangannya. Beliau tersenyum, lalu menyapa semua murid dikelas. Shayla sengaja tidak membangunkan cowok di sebelahnya. Biar dia tahu rasa.
    Sudah 15 menit berlalu, tetapi guru itu belum juga menyadari kalau si cowok menyebalkan ini tertidur di jam pelajaran. shayla pun mulai menguap dan mencoba mengalihkan pandangan dari papan tulis yang membosankan. Saat itulah, tanpa sadar dia menatap sosok deavon yang tertidur. Kalau diperlihatkan lucu juga, sampai sampai Deavon entah terkena angin apa mau maunya merentangkan buku paket kimia di depan kepala deavon, agar cowok itu tidak ketahuan sedang tertidur lelap. Dan dia juga harus bersyukur karena bangku di depan deavon ditempati oleh cowok berbadan bongsor.
Niat untuk memukul bahu cowok itu amblas seketika. Shayla sekarang justru menatap wajah itu lekat lekat. Kulitnya putih Bersihin seperti model pembersih wajah. Cowok itu seperti tidak pernah mengalami fase jerwatan atau bahkan mengelap ingus. Dadanya tiba tiba berdebar dan berirama saat melihat kedua mata cowok itu yang terpejam.
Shayla tahu kalau sekarang dia senyum senyum sendiri. Tetapi dia tidak sadar telah menyentuh hidung mancung cowok itu. Dia melirik tangannya, lalu menggeleng pelan. Gila. Apa yang udah gw lakukan?
"Kenapa kamu geleng-geleng kepala seperti orang kerasukan?" Pertanyaan bu Angeline tiba tiba membuat Jesslyn merasa ngeri sendiri pada dirinya.
    "Emm... saya, bu?" Shayla kebingungan
    " iya, kenapa kamu geleng geleng begitu?"
    Seperti ada yang menyalakan lampu diatas kepalanya, aha, ada yang bisa dijadikan tumbal nih. "Bu, lihat nih.. deavon tidur dikelas."
Shayla dengan cemas menatap deavon yang pulas. Karena dia tanpa sengaja telah memberitahukannya kepada guru.
"Deavon, bangun!" Tegur bu Angeline dari jarak yang cukup jauh, tak membuat reaksi apa apa pada deavon
    "Kamu bangunkan deavon." Perintah guru tersebut menunjuk shayla.
   shayla mengangguk setuju. Bahkan dia memang sedari tadi sempat berpikiran ingin memukul bahu cowok itu. Ini adalah momen yang dia tunggu tunggu. Tetapi, dia baru merasakan bahwa menyentuh bahu deavon adalah hal tersulit. Jantungnya Dag Dig Dug.
    "Cepat bangunkan sekarang!" Sekali lagi Bu Angeline memerintahkan
    Sambil merasa gugup sendiri, perlahan shayla menggunakan alat bantu pulpen untuk menyentuh cowok itu. Tidak ada reaksi, tentu saja. Jadi, shayla menambahkan suara yang terdengar seperti sedang berbisik.
    "Eh... bangun..."
Akhirnya deavon mulai bergerak. Dia mulai mengangkat wajahnya dan menatap shayla dengan mata setengah terpejam.
   Ya Tuhan, apakah sekarang aku sedang melihat malaikat?
Hati kecil shayla berbicara karena tidak bisa untuk tidak mengakui kalau cowok itu memang kelewat ganteng. "Ada guru." Ucap Jesslyn kikuk.
"Hah?" Deavon lantas terkejut dan bersegera duduk tegak menghadap ke depan. Tapi semuanya sudah terlambat.
    "Deavon, kamu berdiri di depan tiang bendera sampai jam istirahat berbunyi." Kata guru itu dengan kedua tangannya terlipat di depan dada.
    "Jangan dong, bu. Saya janji gak tidur di kelas lagi."Deavon mencoba merayu, namun hasilnya tetap nol.
    "Cepat keluar!" Perintah guru itu, membuat deavon mengembuskan napas berat.
    "Makasih ya kamu sudah ngelaporin deavon kalau lagi tidur. Oh ya... kamu anak baru, kan? " Sambung bu Angeline
    Shayla mengangguk kaku." i-iya bu saya anak baru, hmm deavon jug-- ." belum selesai shayla memberitahukan bahwa deavon juga murid baru, penjelasan shayla di potong oleh bu angeline.
"Oh ya nama kamu siapa ?." tanya bu angeline
" Nama saya Shayla, bu." Bu Angeline pun lantas bertepuk tangan Karena bangga.
    Shayla tersenyum merasa bersalah. Deavon menatap Jesslyn dengan mata tajamnya, seolah berkata perang baru saja di mulai.
    Seolah olah mengerti apa yang di ucapkan mata Deavon, shayla pun melirih. "Maaf.."
    Serius, shayla tidak berniat sekalipun untuk melaporkan. Justru tadi dia ikut membantu supaya shayla tidak ketahuan.
    "Awas Lo!" Ucap Deavon sebelum dia berdiri dan meninggalkan kursi.
    shayla memilin bibirnya saat melihat punggung itu menjauh. Kedua matanya terus mencuri curi pandang, memperhatikan Deavon yang berdiri di depan tiang bendera. Dari balik kaca, shayla berlega hati karena cuaca sedang sejuk. Itu sedikit membuatnya merasa tidak bersalah-salah amat.

Bel masuk berdendang, menyerukan bunyinya ke seluruh penjuru kelas. Deavon melonggarkan dasinya. Dia mulai melangkah setelah guru keluar dari kelasnya. Dia sudah sangat gemas dengan perempuan itu. Deavon meremas tangannya sampai jemarinya berbunyi.
Saat perempuan itu ingin keluar dari kelas, deavon menarik tangan perempuan itu untuk kembali masuk.
"Mau Lo apa sebenarnya?"
"Kenapa Lo laporin gw tidur?" Bentak deavon
Shayla mencoba menjelaskan secara perlahan. "Lo salah paham..."
Karena penjelasan dari Shayla terlalu lama, gevariel kembali berbicara, "Lo pikir gak capek berdiri?"
"Iya maaf...maaf.." shayla hanya bisa menundukkan kepala. Dia sadar diri karena dia memang salah.
Deavon mengernyit mendengar itu dan mengulang kata yang diucapkan Shayla, seolah dirinya salah mendengar. "MAAF?"
Shayla mengangguk cepat.
"Gw gak butuh ucapan maaf dari Lo!" Suara Deavon mengeras.
Mendengar suara deavon yang naik beberapa oktaf, membuat Shayla menatap cowok menyebalkan di hadapannya itu. "Jadi, mau Lo apa?"
Deavon berfikir sesaat dan menjawab asal, "Gw mau cium Lo..."
Shayla spontan menampar cowok di hadapannya karena mendengar itu. "Kalau bicara jangan sembarangan. Enak aja Lo mau cium gw!"
"Siapa juga yang mau cium Lo yang bibirnya kayak Abis makan gorengan!!" Balas Deavon, lalu tertawa geli.
Shayla mendorong tubuh Deavon, membuat cowok itu berhenti tertawa. "Enak aja Lo kalau ngomong!!"
"Gw mau Lo cium tembok ini sekarang!" Perintah gevariel karena sudah sangat jengkel dengan perempuan di hadapannya.
"Lo gila ya?!"Bantah Shayla tidak mau kalah.
"Mendingan gw cium lo lah daripada gw cium tembok." Lanjutnya. Shayla keceplosan. Astaga ini mulut.
Sebelum deavon sempat membalas ucapannya, Shayla kembali berseru. "Ah... Bodo ah... gw laper, mau makan." Shayla kabur dari pandangan mata deavon yang indah.
"Tunggu aja pembalasan gw!!!" Deavon menendang meja yang ada di hadapannya
Harapan deavon ternyata salah. Ini bukan mimpi. Dan perempuan itu sudah berani menamparnya, walaupun tidak sakit, tapi membuat dirinya cukup kaget dengan reaksi yang diberikan perempuan itu.
Jika bisanya perempuan selalu memujanya, kini ada seorang perempuan yang menantangnya. Jika biasanya perempuan ingin mencari perhatian dirinya, kini ada seorang perempuan yang mencari masalah dengannya. Butuh waktu beberapa detik untuk deavon menyadarinya, perempuan itu berbeda.

⚜️⚜️⚜️

Vote + Comment 🙏🏻❣️

Gavaren | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang