Chapter 6 - Why with Staren?

67 6 0
                                    

Happy reading 👀📖

"You must do what others don't, to achieve what others won't " - Starendela

Hari hari berikutnya
Gevariel menemani ketiga sahabatnya menghabiskan waktu liburannya dengan game, bermain sepeda, dan sekedar berjemur santai ditepi kolam renang rumah si kembar.
"Besok hari pertama sekolah" barren mendengus malas.
"Aku masih ingin liburan..memang si kutu buku itu!" Ketus barren
Darren yg merasa diejek melemparkan selembar kertas yang dibentuk seperti bola pada barren, lalu kembali melanjutkan membaca buku arsitekturnya.
"Siapa yg akan menjemput Jonathan besok?" Gevariel melirik Delano dan barren
"Aku saja," gumam daniel sambil memainkan game di ponselnya
"Kau sudah tak sabar ingin menggunakan Mercedes barumu, ya?" Goda barren
"Kapan2 kita harus adu balap berempat. Aku mulai menebak-nebak mobil apa yang akan Jonathan pilih."
"Aku lapar. Kalian mau makan atau tidak? Aku akan minta bibi membuatkan Pisang goreng." Darren beranjak dari kursi ayunan besar tempat ia membaca tadi.
"Masih kenyang," jawab lainnya serempak
"Kita baru makan spaghetti dua jam yg lalu. Dasar rakus!" Celoteh Barren.
Darren mengangkat bahu."Otakku butuh asupan lebih."
Setelah Darren masuk ke rumah, Gevariel melirik Barren.
"Darren masih belum bisa mengendarai mobil?"
Barren mengangguk. "Kejadian di Singapore membuat dia trauma."
"Wajar kalau dia begitu. Untung saja dia punya sopir pribadi sepertimu." Gevariel dan barren tergelak.

~••~

"Aku mau keluar sebentar. Kau masuk duluan saja?" Kata Gevariel.
Daniel menatap curiga. "Tidak mau ku temani?"
"Tidak perlu."
"Baiklah. Hati-hati. Jangan kembali ke rumah barren dan menantangnya balapan!" Daniel memperingati
Gevariel tertawa. "Tenang Saja. Kau juga, berhenti lihat foto itu. Melamun terus-terusan tidak baik untuk kesehatanmu.
"Baiklah. Pergi sana!"
Gevariel melaju pelan ke 3RD Avenue. Ia memberhentikan mobil di seberang kafe sebelum melirik jam tangannya.
"Sudah waktunya pulang, kan?" Gumamnya sendiri
Gevariel menyipitkan mata mencari sosok Staren. Tak lama, ia melihat sosok gadis itu sedang mengepel lantai.
"Starendela... mungkinkah kau ini.."
Setengah jam kemudian, lampu kafe padam. Semua pelayan keluar dan saling melambaikan tangan. Mata Gevariel terkunci pada staren yang berjalan sendirian. "Semoga dia tidak naik Subway..."
Gevariel menyalakan mesin mobil dan mulai mengikuti gadis itu. Ketika dilihatnya tangga turun ke stasiun MRT, spontan ia bicara sendiri , "jangan turun.."
Tapi tidak ada uang mendengarnya, dan staren memang turun ke MRT. Ia terpaksa berhenti di depan mesin T-Money terlebih dulu karena ia memang tidak pernah naik MRT sebelumnya.
Secepat kilat Gevariel berlari. Untunglah berhasil naik kereta yang ditumpangi Staren. Di dalam tidak banyak penumpang. Gevariel duduk agak jauh, tapi di tempat yang masih memungkinkannya untuk mengawasi staren. Melewati beberapa stasiun, Staren pun turun.
"Sudah sampai? Atau transit?" Gevariel ikut turun melalui pintu lain setelah mengambil sebuah koran dari kereta. Staren kembali masuk ke MRT di Jalur dua.
"Di mana sih rumahnya?". Gevariel melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. "Aku harus kembali naik taksi kalau begini ceritanya."
Staren turun di ISTORA. Itu adalah jadwal terakhirnya untuk hari itu. Gevariel hanya bisa pasrah memikirkan Porsche-nya yang terparkir dipinggir jalan. "Pussy, tunggu sebentar ya.."
Staren mampir di sebuah minimarket. Gevariel mengikutinya masuk dan pura pura berbelanja. Ia juga mengikuti ketika gadis itu duduk di depan bersama satu kantong plastik berisi aneka minuman.
Staren mengeluarkan mix max vodka rasa Cranberry Grapefruit, Exotic Blue, Sparkling Wine. Staren langsung menggambungkan ketiga rasa mix max vodka di gelas karton , dan mengocok isinya dengan gaya bartender
Gevariel mematung beberapa saat hingga sudut bibirnya membentuk lengkungan senyum. "Ternyata kau memang staren."
Braakk!!
Tiba-tiba staren mengebrak meja sambil mengumpat,
"Brengsekk! Kenapa aku bodoh sekali!" Gadis itu menutupi wajahnya dengan kedua tangan lalu menegakkan isi gelas karton hingga habis.
Gevariel hampir beranjak dari kursinya untuk menghentikan tindakkan Staren, namun akal sehat segera menahannya
"Berbakat? Berbakat apanya? Pria mengerikan! Menjijikkan!" Suara staren meninggi, membuat Gevariel melihat sekeliling.
"Untung saja sudah sepi." Gevariel menggelengkan kepala.
"Seharusnya aku tahu sejak awal! Pria gila!" Kepala staren terkulai ke meja.
Gevariel tidak tahan lagi. Ia menghampiri gadis itu dan menguncang bahunya. "Starennn!, Starendela!"
Staren tidak menjawab. Mulutnya masih bergumam tidak jelas.
"Haduh!" Gevariel menggaruk kepalanya, bingung . "Stare, Dimana rumahmu?"
Staren sudah terlalu mabuk untuk menjawab.
Gevariel menggaruk kepalanya lagi, sebelum memutuskan untuk mencoba bertanya pada penjaga toko. Penjaga toko pun tidak tahhu, dimana rumah gadis itu. Gevariel keluar lalu menaikkan Staren ke punggungnya. "Ayo pulang tuan puteriku."
"Kenapa?"
Gevariel berhenti melangkah. "Kau sudah sadar?"
"Kenapa sulit sekali?"
"Apanya?"
"Pergi, tinggalkan aku! Pergi!".
Gevariel menjauhkan telinganya yang berada di dekat bibir Karen.
"Oke, oke, aku akan pergi setelah mengantarmu pulang."
"Aku mau muntah."
"Apa? Tidak bisa! " Gevariel mulai panik bukannya menurunkan staren, malah berjalan berputar putar di tempat.
Staren muntah sebelum Gevariel sempat menurunkannya, tepat di baju pemuda itu. Gevariel berdiri terpukau sambil menahan napas.
"Astaga! Kenapa aku mengikutinya sampai kemari dan meninggalkan mobilku sih?!"
"Starenn!"
Seorang remaja perempuan dikepang satu menghampiri Gevariel. "Siapa kau?"
"Kau sendiri ?" Balas Gevariel galak
"Aku sahabatnya. Kau siapa?"
Gevariel bernapas lega. "Oh, Saya Gevariel, saya menemukan wanita ini di minimarket. Dia sedang mabuk, dikarenakan mabuknya sudah terlalu parah membuat wanita ini terjatuh dan tidak sadarkan diri. akhirnya saya memutuskan untuk mengantarnya pulang. Eh untung saja bertemu denganmu jadi saya tak perlu menanyakan kepada masyarakat Dimana wanita ini tinggal"
Sahabat Staren melihat muntahan di baju gevariel. " terima kasih kamu baik sekali. Oh Tuhan, Staren memuntahi bajumu!"
Gevariel tersenyum kecut, mulai mual dengan bau menyengat yang menguar
"Ayo cepat ke rumahku. Ku pinjami kau baju.
Rumah kecil sahabat Staren terletak diatas gedung berlantai 5. Sahabat staren membawanya masuk ke rumah, sementara gevariel menunggu di teras. Tak lama kemudian sahabat staren kembali membawa sweter Hitam bergambar Wonderwoman .
"Maafkan kelakuan sahabatku. Aku akan mencuci baju kotormu." Sahabat staren menyodorkan sweter itu.
Gevariel menerimanya sambil meringis
"Wonderwoman?"
"Maaf, tampaknya cuma baju itu yg ukurannya cukup untukmu."
Gevariel menghembuskan napas pasrah. "Baiklah." Gevariel dengan cepat mengganti bajunya dan menyerahkannya pada sahabat Staren. "Kalau begitu, aku permisi dulu."
Sahabat staren membungkuk dan mengucapkan terim kasih. "Hati hati di jalan."
Jam sudah menunjukkan pukul setengah 2 lewat saat Gevariel turun dari taxi di dekat mobilnya. "Oh pussy, aku merindukanmu." Ia memeluk pintu Porsche-nya. "Ini hari yang berat, kau tahu?"
~•~
Keesokan harinya
Staren menggeliat di kasur sambil mencari cari ponsel, lalu membuka matanya sedikit. "Astaga!!" Ia Sontak terbangun setelah melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 07.30.
"Mati aku!" Ia berlari ke kamar mandi dan dengan asal mengambil sikat gigi sebelum memilih baju olahraga yang akan di pakainya ke sekolah . Sepuluh menit kemudian ia sudah siap keluar sembari menggendong ransel kulit dan bola basket. "vall, gw terlambat!"
"Minum supnya dulu!" Teriak Vallerie sahabatnya dari kamar. "Semalam Lo mabuk lagi!"
Staren menyeringai minta maaf sambil meminum cepat sup buatan ibu dari sahabatnya, langsung dari mangkuk, lalu mencomot satu roti tawar yang langsung di jejakkan ke mulut. "Gw pergi dulu, sampai nanti!"
Staren berlari lari, masih dengan roti tawar terkepit di gigitannya.
"Kenapa denganku sih?" Di hari pertama sudah bangun kesiangan."
Kau terlambat?
Kau siswa baru di ekskul basket ini?
Staren menggeleng-geleng saat teringat masa SD-nya. "Lupakan! Lupakan! Jangan ingat ingat dia lagi, Starendela!" Ia memukul kepalanya berulang kali.


⚜️⚜️⚜️

Vote + Comment 🙏🏻❣️

Gavaren | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang