Takdir Orang Kedua

7.5K 1.1K 404
                                    

Mungkin kognitifku terdistorsi. Mungkin otakku ini mulai konslet. Mungkin aku memang seharusnya mencari psikolog dan membicarakan preokupasiku ini kepadanya. Doyoung berkali-kali menyuruhku untuk pergi ke ahli jiwa itu. Namun aku tak juga beranjak. Takut Johnny mengetahuinya, dan menghujaniku dengan pertanyaan. 

Aku ini hanya yang kedua.

Pikiran itu bersliweran di kepalaku setiap saat. Masalahnya adalah pikiran itu membuatku berkali-kali tidak fokus. Pekerjaanku di cafe berantakan. Beberapa kali aku membuatkan minuman yang salah untuk pengunjung. Untung saja pelangganku itu sudah kenal baik denganku, dan bukannya marah malah menyuruhku untuk beristirahat. 

Ah.... Orang kedua memang harus dikasihani.

Karena pikiran yang tak kunjung hilang sejak seminggu itu, hari ini aku memutuskan untuk beristirahat di rumah. Tubuhku ikut lemah seiring dengan pikiranku yang kacau. 

Dasar otak tidak berguna. 

Johnny Hyung masuk ke dalam kamar dengan nampan berisi mangkuk mie kerang yang kusukai. Hari Sabtu ini akhirnya dia benar-benar memutuskan untuk libur dari pekerjaannya dan menemaniku.

"Merasa lebih baik?" Dia duduk di sampingku. Memberikan mangkuk mie untukku.

"Lebih baik apanya? Aku ini tidak sakit apapun. Kau ingat kata dokter kemarin malam."

"Tetap saja kau terlihat tidak baik. Bisa makan sendiri kan?"

Aku mengangguk sambil tersenyum kepadanya. Setelah aku mengucapkan terima kasih, aku memakan makananku dengan lahap.

"Haruskah kita ke OBGYN?" Katanya tiba-tiba.

Kata terakhir dari kalimatnya itu nyaris membuatku menyemburkan kerang ke wajahnya. Ada angin apa sampai Ia mengajakku ke dokter kandungan? Sepertinya bukan hanya aku yang otaknya konslet, suamiku juga. Aku curiga ada energi negatif di dalam rumah ini yang membuat kami jadi setengah aneh.

Johnny Hyung meraih tanganku, lalu menggenggamnya dengan erat. Matanya melihat ke sana kemari dan jujur saja hal itu membuatku berdebar.

"Kamu aneh. Mungkinkah kamu sedang hamil?"

Heol, padahal jelas-jelas kemarin dokter yang memeriksaku tidak mengatakan ada yang salah pada tubuh ini. Suamiku mengada-ada.

"Jangan mengada-ada."

"Kalaupun kamu tidak hamil aku ingin membuatmu hamil."

Suara cicitan anak burung yang sarangnya tepat di depan balkon kamar, pagi ini tak lagi terdengar nyaringnya. Harum aroma rumput yang dipotong saat segar milik tetangga pun, pagi ini tak tercium nyata. Entah karena memang stimulus itu tak lagi ada, atau karena organ sensoriku tak lagi berfungsi normal. Jika benar panca indraku tak lagi berfungsi, aku tahu benar apa penyebabnya. Pernyataan Johnny Hyung yang menginginkan seorang anak.

"Apa hyung tidak cukup dengan Jungwoo?"

Lalu dengan bodohnya, disaat seperti ini aku malah mengingat anak laki-laki kurang ajar itu dan membuat Johnny Hyung agak mengernyitkan dahinya. Ah... Ini pasti karena kebiasaan kami berdua saat ngobrol yang ujung-ujungnya selalu membicarakan Jungwoo dan Joohyun.

"Dia kan bukan putramu. Bukan milik kita. Aku ingin memiliki satu bersamamu. Oh tidak-tidak! Mungkin dua, atau tiga?"

Aku tidak bisa menahan tawa karena bahagia. Dengan tanpa pertimbangan, aku mengangguk.

Persetan dengan ketidaksiapanku, aku ingin satu bayi kecil diantara kami.

.o0o.

Sad Love Story | JohntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang