Kecemburuanmu Tak Beralasan

8.2K 1.2K 643
                                    

Typo(s)!

.

.

Suara air yang mendidih dalam teko terdengar seperti peluit panjang di peron stasiun kereta api. Uap airnya mengepul kala seorang barista menuangkan air panas itu ke atas bubuk kopi yang sebelumnya dia racik hingga harum. Seorang lainnya bergerak dengan gesit dari arah dapur menuju etalase untuk meletakkan berbagai macam kukis di rak saji. Pagi itu cafe milik Ten ramai seperti biasanya. Sejak sang pemilik beberapa kali muncul di TV, cafe itu pun ikut berkembang.

Ten duduk di salah satu bangku sambil menunggu Doyoung yang katanya akan datang. Sahabatnya yang sibuk itu akhirnya bisa meluangkan waktu untuk bertemu Ten setelah sekian lama.

Suara gemerincing lonceng yang sengaja Ten pasang di pintu membuat seluruh pekerja di sana mengucapkan salam.

"Akhirnya kau datang." ucap Ten sambil memandang satu-satunya sahabatnya yang seakan sedang kesal.

"Beri aku kopi! Aku tidak tidur lebih dari 2 jam setiap hari dan itu membuatku gila! Belum lagi si brengsek Han yang ternyata mempermainkanku dan memilih laki-laki lain."

Sudah kelima kalinya dalam tahun ini Ten mendengar nama laki-laki yang berbeda dari mulut Doyoung. Di primadona itu memang sangat mudah mendapatkan kekasih, semudah dia memutuskannya atau diputuskan. Ten agak khawatir jika hal ini terus berlanjut, sahabatnya itu akan mati muda karena HIV/AIDS.

"Aku akan pesankan susu hangat."

"Gzzz.... Aku membencimu, Ten." Ucap Doyoung sambil mengambil iPadnya. Dia menggambar sesuatu di sana yang Ten yakini sebagai rancangan busana terbarunya. "Oh iya, apa kabar kau?"

"Baik." Dua mug berisi susu hangat tersaji di depan mereka. Ten langsung menyesap isinya perlahan sambil memperhatikan Doyoung yang sibuk. Jujur saja, sekarang dia sedang iri melihat temannya ada di puncak karir sementara Ia baru saja menyerah pada impiannya. "Sebenarnya tidak juga. Aku menolak kontrak ekslusive dengan manajemen itu."

Mata bulat Doyoung makin terbuka lebar mendengar tuturan sahabatnya.

"Kenapa!? Ini kan kesempatanmu, Ten."

Doyoung mencampakkan iPadnya begitu saja. Matanya fokus menatap Ten yang kebingungan dan terlihat tidak ingin membicarakan hal ini. Namun tetap saja Doyoung yang penasaran tidak pernah bisa dilawan.

"Ya... banyak hal tidak terduga terjadi selama kau sibuk."

"Ceritakan!" Doyoung sampai-sampai memegang tangan Ten diatas meja seakan-akan pemilik cafe itu akan lari terbirit-birit jika tidak Ia tahan.

"Jungwoo dan ibunya pindah ke rumahku dua minggu lalu."

"Hah!?"

Jeritan Doyoung membuat mereka menjadi pusat perhatian seketika. Bodohnya lelaki itu bahkan tidak peduli pada tatapan aneh pengunjung cafe lainnya. Dan seakan belum cukup dengan teriakannya, Doyoung malah cepat-cepat mendekatkan duduknya dengan Ten lalu menatap sahabatnya itu tak percaya.

"Apa yang terjadi?"

"Jungwoo sakit. Leukimia akut stadium 2."

Tidak perlu menunggu waktu lama untuk mendengar pekikan Doyoung yang kedua. Ten juga tidak berpikir mau repot-repot menanggapinya. Matanya menelisik ke segala arah dimana beberapa karyawannya menatap dengan sedih. Ya, sebelum hari ini, dia sudah menceritakan masalahnya itu pada karyawannya.

"Johnny membawa Joohyun noona dan Jungwoo ke sini untuk pengobatan yang lebih baik."

"Tidak! Ini tidak masuk akal! Bagaimana bisa anak kecil itu sakit separah itu dan baru ketahuan sekarang? Apa saja yang dilakukan wanita itu? Dia bodoh ya!?"

Sad Love Story | JohntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang