r o s e
hari berikutnya saat gue kembali ke rooftop, gue kembali melihat kak chanyeol, yang juga duduk tepat di posisinya kamarin. hari ini dia keliatan sangat tampan, dengan kaos hitam polos dan kemeja yang dia gulung sampe ke siku lalu dipadukan dengan celana jeans yang robek bagian lututnya dan seepatu vans hitam-putih. dia lagi menggambar sesuatu di sebuah buku gambar."ngapain lo?" gue tanya, sambil duduk di tempat yang sama seperti kemarin, dan kami kembali berhadapan.
"ah, lo lagi. gue lagi pengin gambar aja. biasanya kalo gabut emang gue kesini." kata dia, hanya menatap gue sekilas untuk kemudian kembali fokus menggambar.
satu detik.
sepuluh detik.
"kenapa lo gasuka dibenci? padahal membenci adalah hak semua orang, kan?"
oke, gue lagi yang ngajak dia ngobrol.
"hmmm, emang. tapi gue gasuka aja dibenci sama orang.."
"karena menurut lo mereka gapantes membenci lo?"
"kenapa lo berpikir seperti itu?" dia tanya sambil terkekeh pelan.
"karena lo kelihatan sesombong itu."
"well, gak juga. lo masih sebel aja sama gue makanya berpikir gitu."
gue diem, mulai menutup mata, sambil menikmati angin yang bertiup cukup kencang.
"gue belum bisa cerita banyak sama lo. tapi yang jelas gue gak suka dibenci." kata kak chanyeol.
gue dengar tapi gue memutuskan untuk diam.
"kemarin lo langsung turun kan?"
gue masih diam.
"lo jelas langsung turun karena hari ini lo keliatan baik-baik aja."
gue tetap diam, masih memejamkan mata gue.
"hari ini jelas ujan lagi. lo pulang naik apa?" kak chanyeol ngomong lagi.
"lo gaperlu perduliin gue."
"sapa juga yang perduli? gue cuma tanya."
"oh."
dia ketawa.
"gue punya pacar, namanya linang. linang ini baik banget sama gue, walaupun kita baru ketemu saat masuk kampus. gue sayang banget sama dia."
"hm.."
"linang itu, sempurna banget kalo dijadiin istri. dia cantik, dia pinter, dia baik, dia ramah, punya banyak temen, gak egois, bisa masak, dan masih banyak banget kelebihan dari linang. gue bersyukur banget punya cewe kaya dia."
"hm.."
"gue sayang banget sama linang."
"gue tau. lo punya bakat jadi bucin."
kak chanyeol ketawa miris dan otomatis itu bikin gue melek, untuk mendapati wajah kak chanyeol gak secerah tadi.
"gue sangat mengagumi linang. gue sangat sayang sama linang."
"itu jelas. lo—"
"tapi ternyata linang enggak."
"maksud lo?" gue bingung. gue pikir dia bakal sombong karena punya pacar yang namanya linang ini. tapi?
"linang gak sesayang itu sama gue. dia mutusin gue tadi pagi karena katanya dia memilih orang lain."
gue diam, karena gapercaya.
"dia bilang gue jarang ada buat dia. gue gapernah nunjukin kalo gue sayang sama dia."
gue masih diam.
"padahal, gue sayang banget sama dia."
mata kak chanyeol mulai berkaca-kaca.
"kenapa dia ninggalin gue saat gue lagi sayang-sayangnya?"
jelas, kak chanyeol hancur.
jelas, dia terluka.
"kata bunda gue, cowo gaboleh nangis."
"tanyain sama bunda lo, kenapa? apa cuma perempuan yang boleh nangis saat diputusin pacarnya? apa—"
"karena anaknya gasuka liat lo nangis."
"gue—"
"gimana linang gaminta putus kalo lo malah nangis, bukannya berjuang buat dia?"
"gue—"
"kalo sayang, kejar. jangan jadi pengecut. jangan goblok." gue gapeduli kalo abis ini dia marah karena gue ngatain senior dengan sebutan goblok.
"cowo emang aneh ya. gamau ditinggal tapi gamau berjuang."
"apa dia bakal nerima gue kalo gue berjuang lagi?"
"lo udah nyoba?"
"belum."
"apa salahnya nyoba?"
"oke!" kak chanyeol mulai membereskan barangnya, dan langsung berdiri.
dia langsung berbalik, dan berjalan meninggalkan rooftop.
"rose, makasih. dan bentar lagi pasti hujan. buruan turun, gue gasuka kalo sampe lo sakit."
gitu aja, dia langsung meninggalkan rooftop, dan seperti kemarin, gue menuruti ucapan dia, untuk segera meninggalkan rooftop dan sekali lagi, hujan emang turun setelah itu.
✨
KAMU SEDANG MEMBACA
fuckin hate you | chanyeol-rose
Fanficaku membencimu. membenci kamu yang membuatku jatuh sedalam ini.