Suatu Hari

29 6 1
                                    

Aku tidak pernah berpikir bahwa mengenalmu akan menjadi sepenting ini bagiku. Menuliskan kisah ini sama saja membuatku menahan nyeri yang aku rasakan, pada pikiranku, pada hatiku, pada kenangan, dan tingkah laku yang mulai terbiasa tanpamu. Tidak, aku tidak ingin membuka luka lagi, aku hanya ingin berbagi, itu bukan minggu pagi yang aku sukai, tapi cukup membuatku menghargai perasaan orang lain selagi aku mampu juga untuk mencintai.

Hadirmu membuatku takut, tapi hadirmu membuatku bahagia, tiada ujung. Aku ingin mengenangmu, bukan hanya dalam rangkaian kata menjadi kalimat dalam surat yang kutuliskan untukmu, juga bukan hanya dalam do'aku padaNya, bukan hanya dalam memori otakku yang terbatas ini pula, tapi dalam setiap kata-kata yang akan dibaca oleh semua orang, bahwa kamu adalah orang baik.

Aku tidak akan berakhir padamu, aku tidak hanya akan jatuh cinta padamu. Aku hanya meyakinkan hatiku, bahwa aku jatuh hati padamu, kamu, yang aneh tapi aku tidak tahu sihir apa yang kamu gunakan hingga membuat minggu pagiku terasa lebih indah hanya dengan mendengar suara bangun tidurmu yang khawatir kala itu. Aku ingin tertawa kecil, entah itu untuk menghibur diriku sendiri atau dirimu, atau untuk kita berdua.

"Aku sayang sama kamu."

"Aku cinta sama kamu."

Entah apapun yang aku lakukan, aku tidak bisa menghilangkan rekaman suaramu itu dalam otakku. Pikiranku seakan terhenti memikirkan hal lain yang jauh lebih penting, ia memilih untuk lebih fokus pada kenangan bersamamu.

"Don't leave me, I love you."

Aku menepati janjiku untuk tidak meninggalkanmu terlebih dahulu, bahkan dalam segala kehidupan, aku berjanji akan mencoba untuk selalu menjadi seseorang yang akan selalu berada di belakangmu tatkala kamu terjatuh nanti. Seperti bodoh, tapi tidak, aku tahu apa yang aku lakukan, karena mencintaimu itu seperti sebuah segitiga terbalik. Semakin ke atas, semakin besar pula rasaku padamu. Tapi ada kalanya pula mencintaimu itu seperti segitiga pada umumnya, semakin ke atas aku akan semakin susah untuk berdiri sendiri pada sudut runcingnya.

Tesya tidak akan meninggalkan Nandra, seperti pantai yang berulang kali dihantam ombak, walau hati Tesya berulang kali dihantam sakit, cemburu, dan sedih, Tesya tidak akan meninggalkan Nandra. Itu pilihan Nandra, apa Nandra mau memiliki pilihan yang sama untuk tidak meninggalkan Tesya, atau mau pergi saja. Silahkan, Tesya tidak akan pernah membenci apapun itu keputusan Nandra.



Nov 22nd  2018
05.10
-you call me up for a help-

SundayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang