"Nanti aku yang telepon dulu, kamu tunggu aja, Sya."
"Kalau aku kangen kamu gimana?"
"Tunggu, spam aja, nanti aku telepon duluan."
Aku kesal kamu telat menelepon kala itu, apapun yang buruk tentangmu sudah menghantuiku sebelum akhirnya salah satu tangan kananmu yang membuat kita bersatu mengusap bahuku dan mengatakan bahwa kamu akan kembali segera, Nan. Dia baik, tidak hanya bagimu, tapi dia juga temanku.
"Gue kaget waktu dia cerita tentang lo, Sya. Gue tahu dia sayang banget sama lo."
Berbagai macam caramu mendekatiku terbongkar, Nan. Seperti ahli sulap yang memiliki banyak rahasia di balik layar merah, kini aku tahu sihir apa yang kamu gunakan. Suara tawaku dan Aurel yang menceritakanmu cukup membuatku lupa tentangmu yang terlambat dua jam kala itu. Tapi cukup, aku tidak terlalu kesal saat akhirnya kamu menelepon, bunyi maaf yang terus kamu lontarkan membuat cerita Aurel terputar kembali di otakku, Nan. Aku membayangkan bagaimana ekspresimu saat menceritakan aku pada Aurel yang nyatanya temanku tanpa kamu tahu.
Rinduku ditiup beliung, kamu tempatku berlindung, Nan. Apapun yang terjadi setelah empat hari komunikasi kita terhalang kini membentang, kamu tertawa dan aku antusias. Setelah itu aku makin menyukai suaramu kala kamu menyanyikannya,
"I want to breathe you in like a vapor, I want to be the one you remember, I want to feel your love like the weather, all over me all over me."
Ingin rasanya aku tertidur, tapi jantungku tidak mengizinkan hingga kantukku diusir dengan cara ia bergoyang makin kencang. Sejak hari pertama aku mengakuinya itu adalah kesukaanku, aku makin menyukainya saat kamu yang melantunkan nadanya untukku, Nan. Ditambah kemahiranmu menyentuh senar gitar, membuat hatiku bergetar.
Katakan saja aku berlebihan, aku tahu kita tidak akan bisa lebih lama bersama di taman, tapi setidaknya aku ingin kamu bersamaku hingga pagi tertelan. Sekali lagi ada sakit yang menyeruak ingin bebas, tapi aku memaksa otakku untuk diam hingga hatiku selesai dengan urusannya.
Nandra, aku mencintaimu, bahkan untuk tidak menangis walaupun bahagia itu adalah tipuanku. Setiap malam saat kamu memelukku dengan kalimatmu, aku berharap kamu ada, Nan. Aku berharap apa yang kita miliki saat itu adalah nyata milik kita berdua, tapi aku tahu itu hanya harapan, yang mana bukan kenyataan untuk dimiliki.
Nov 22nd 2018
8.40 AM
I love you 22x
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunday
Short StoryBiarkan mereka tahu, pada Minggu pagi aku sudah membuka jalan bagimu untuk mematahkan hatiku. Biarkan mereka tahu, aku menyayangimu dalam diamku agar pada minggu pagiku yang lain kamu tidak akan tahu jika aku masih menyayangimu. A short story by ice...