Pendendam - Kelabu 3

571 10 2
                                    

hallo semua...

kali ini saya mau update part baru. mohon bagi readers yang masih di bawah 18 tahun dapat menyikapi part yang agak 'mencolok' di sini. terima kasih untuk yang udah baca, vote, dan comment.

happy reading

Puncak

Juni 2014

Tasya POV

Hari ini adalah perpisahan kelasku setelah kami semua dinyatakan lulus 100%  dalam ujian nasional. Kami pergi ke Puncak untuk perpisahan sebelum kami berpisah ke perguruan tinggi. Setelah kegalauan sekian lama, akhirnya aku memilih fakultas kedokteran di salah satu perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia dan aku bersyukur dapat masuk melalui jalur prestasi. Sedangkan Rasya masih harus berjuang untuk masuk fakultas teknik arsitektur melalui tes bersama masuk perguruan tinggi negeri atau biasa disebut SBMPTN.  Semoga saja saudara kembarku itu bisa masuk perguruan tinggi dan fakultas yang diinginkannya. Aamiin.

Sore ini aku dan beberapa temanku yang perempuan menyiapkan bahan makanan untuk kami makan malam. Tidak sulit, hanya mie goreng, telur dadar, dan nasi putih. Tak lupa krupuk yang sudah digoreng dari rumah oleh Cindy, temanku. Aku kini sedang sibuk memotong sayuran dan bakso untuk pelengkap mie goreng nanti.

Dari arah samping kananku, ada Rani yang sedang mengocok telur bicara padaku.

“eh Tas, siapa sih cowok yang tadi nganterin kita ke puncak itu? Pacar kamu ya? Ganteng dan baik banget dia.. kok nggak dikenalin sama kita-kita sih?”

Pasti Kak Devan.

“nggak kok. Dia itu anaknya temen papaku. Namanya kak Devan. Dia diminta papaku nemenin kau pergi soalnya si Rasya 'kan focus belajar buat SBMPTN, jadi dia nggak boleh keluar rumah sementara, Cuma keluar pas les doang.”

“kok dia baik banget sih mau nganterin lo kesini? Masa’ sih nggak ada apa-apa”, tanya Mirna sambil mencolek bahu Tasya.

“dia itu selama beberapa bulan ini tinggal sama keluarga aku karena orang tua sama adiknya tinggal di Inggris dan rumah mereka lagi direnovasi. Jadi sampai rumahnya jadi, di tinggal di rumahku sekamar sama Rasya.”

“jadi kakak gantengnya masih free dong ya.. boleh dong gue deketin? Hehehe…”, celetuk Winda.

“boleh aja, tapi kalau mau jadi yang kedua ya… sorry, he’s taken by Marie, pacarnya pas di Jerman. Udah 3 tahun, masih awet aja.”

“yaaaahh… hopeless deh.”, kini giliran Muthia.

Selajutnya acara masak-masak kami dilanjutkan dengan candaan ringan lainnya.

**

Malam ini kami berkumpul di halaman belakang villanya si Candra. Yap, kami akan menginap di villa ini. Walaupun nggak semua datang, acara tetap seru. Setelah main tebak kata, atas usulan Fando kami main truth or dare. Sebenarnya mainnya biasa aja, tapi pas dapat giliran pasti langsung deg-degan. Kalau pilih truth, penasaran ditanya apa. Tapi kalau dare, disuruh macem-macem juga ogah. Kak devan daripada jadi ‘kambing congek’ yang hanya ngeliatin kami main juga ikut permainan kami.

“mainannya gimana sih? Aku belum pernah main.”, kata kak Devan.

“gini loh kak… truth or dare artinya 'kan jujur atau tantangan. Mainnya kita pake botol minuman. Kalau mulut botolnya nunjuk ke satu orang, orang itu haus pilih truth atau dare.Jadi kalau ditanya sama salah satu di antara kita, yang pilih truth harus jawab sejujur-jujurnya. Kalau dare, harus mau melakukan apa aja yang disuruh salah satu di antara kami.”, jelas Noni.

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang