maaf sebelumnya buat semua yang mungkin nunggu cerita yang saya aja updatenya nggak tentu. terima kasih buat yang udah vote and comment. saya nggak bisa janji bisa segera update terus karena kegiatan saya yang mulai padat. selamat membaca part 5 ini. diharapkan saran yang membangun. terima kasih.
happy reading....
Berlin
Maret 2040
Devan POV
aku sekarang duduk di kursi dalam rapat direksi yang aku adakan pagi-pagi ini. tidak biasanya aku mengadakan rapat penting sepagi ini. waktu masih menunjukkan pukul 4.30 waktu Berlin. terlihat wajah mengantuk yang tercetak jelas di wajah para pemegang saham dan bawahanku. hari ini aku akan mengambil keputusan besar. aku tidak mau menunggu lebih lama dengan penyesalan yang sudah menjadi penyakit kronis dalam diriku. aku akan menyerahkan dan melepaskan semua urusanku di Berlin hari ini. setelah membuka rapat, tanpa menunggu lama aku langsung mengatakan tujuan rapat direksi pagi ini. aku menyatakan maksudku mengadakan rapat sepagi ini. wajah kantuk dan muram karena kurang tidur yang tadinya ada menghilang berganti wajah terkejut dan heboh. tak sedikit aku mendengar suara lirih namun terdengar olehku makian dan kejengkelan yang diucapkan bawahan dan para pemegang saham dengan aksen Jerman yang cukup kental. walau sudah lama tinggal di Jerman dan cukup fasih bahasa Jerman masih saja aku menggumam geli melihat ekspresi keterkejutan mereka dengan aksen yang aku anggap itu lucu. seluruh tugasku yang berada di Berlin aku serahkan pada Billy, salah satu sahabatku yang sama-sama merintis perusahaan ini dari awal. ya memang perusahaan di bidang industri perakitan mobil ini aku bangun bersama kedua sahabatku selama mengambil gelar master di Jerman. aku, Billy Yoon, dan Ritter Schmidt. dari kami bertiga hanya Ritter orang asli Jerman. sedangkan aku dari Indonesia dan Billy dari Korea. setelah aku meninggalkan Indonesia dulu, aku sengaja memutus semua akses berkaitan dengan diriku dari keluargaku. aku meninggalkan seorang perempuan yang aku hancurkan masa depannya dengan seorang gadis yang tak lain darah dagingku sendiri.
aku kembali ke Jerman sesungguhnya bukan benar-benar karena Marie. masalah Marie, ia sudah menikah dengan laki-laki kebangsaan Prancis teman kuliahnya di jurusan seni. aku bahkan hadir saat pernikahan mereka. Marie sudah punya hidupnya dan aku...? aku justru kehilangan hidupku. maksudku semangat hidup. aku kembali karena sebenarnya aku mengidap penyakit. penyakitku agak langka dan pengobatannya yang terbaik berada di Jerman, aku sudah divonis menderita penyakit tersebut sejak aku masih mengambil studi sarjana di tingkat 2. tidak ada yang tahu. dan saat aku meninggalkan Indonesia, dokter di Indonesia sudah "angkat tangan". mungkin kalian tidak akan percaya kalau aku menderita penyakit mematikan saat melihatku saat itu. saat biasa aku akan terlihat seperti orang normal, tapi jika penyakit itu menyerang aku merasakan sakit yang sangat amat dan rasanya seperti dicabut tulang belulangku dari tubuhku
pukul 7 pagi waktu Berlin aku akan berangkat untuk pulang ke Indonesia. pulang.... rasanya saat mengingat kata itu ada secercah rasa lega sekaligus rasa takut. entah apa itu tapi aku yakin aku harus pulang dan kembali pada Tasya. kembali? apa masih ada kesempatan? tapi aku masih yakin jika Tasya masih menerimaku terbukti dari surat cerai yang 25 tahun lalu aku kirim ke rumah belum kembali dikirim ke pengadilan agama. aku yakin Tasya mungkin saja membuang, merobek, atau..... menyimpannya?
***
rasanya cukup pegal setelah sekitar setengah hari duduk di pesawat ditambah usiaku yang cukup renta. aku mengakui di usia mulai diatas kepala 5 aku mulai merasa tubuhku sangat tua. tak sedikit rasa pegal yang muncul setelah melakukan kegiatan yang agak berat, mengangkat box barang barangku saat mau pindah kemarin misalnya. aku mengecek ponselku. ada beberapa email yang masuk dan satu pesan singkat. Ah.. ini Daren. Daren adalah anak salah satu temanku saat SMA. bisa dibilang hubungan ku dengan Angga, sahabatku itu cukup akrab. aku minta tolong pada Daren untuk mencari alamat baru Tasya dan Mentari tinggal. aku tau sejak 1 bulan aku meninggalkan mereka, mereka pindah dan rumah kami di Jakarta Tasya jual pada seorang perempuan. aku mengetahuinya karena saat aku mencoba menghubungi nomor telpon rumah kami, yang mengangkat seorang wanita yang mengaku pemilik rumah tersebut. aku tidak terkejut mengetahui Tasya menjual rumah kami. pasti dia mau membuang memori buruk yang aku torehkan. perempuan yang mengangkat telpon tadi mengatakan membeli rumah itu dari teman sepupunya yang makelar rumah dan pemilik rumah sebelumnya pindah seminggu sebelum dia pindah ke rumah itu, jadi dia tidak tahu siapa dan dimana pemilik rumah sebelumnya. perempuan itu mengatakan tanggal, bulan, tahun dia pindah dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelabu
RomanceCerita cinta dua generasi wanita yang saling keterkaitan satu sama lain. 1. Tasya, seorang dari salah satu kembar yang harus menelan pil pahit dalam kehidupan percintaanya. Hamil di luar nikah, perceraian, hingga keguguran tak dapat dihindari dari...