Penasaran - Kelabu 4

401 8 3
                                    

Halo...

maaf sebelumnya mungkin ada yang nungguin part selanjutnya. saya akhir-akhir ini dan seterusnya lumayan disibukkan kegiatan dan tugas kulah yang baru dimulai. mungkin untuk part ke lima dan seterusnya saya tidak bisa janji update dalam waktu dekat. terima kasih untuk para pembaca, yang memberi vote, dan comment. saya harap yang vote dan comment lebih banyak lagi untuk memotivasi saya dalam menulis. 

Happy reding...

Jakarta

April 2040

Cenna POV

Hari Sabtu ini aku ada undangan pernikahan salah satu temanku di perusahaan kakek. Dia salah satu teman terbaikku. Aku sudah menganggapnya sebagai kakak karena memang aku tidak punya saudara kandung. Temanku itu Jodi namanya. Pria usia 26 tahun itu melepas masa lajangnya dengan seorang gadis usia 21 tahun yang tak lain mahasiswinya di universitas swasta tempat ia bekerja selain di perusahaan. Nama gadis itu Annisa. Gadis dengan perangai yang sangat baik, tahu sopan santun, dan tubuhnya yang tak terlalu tinggi membuat kesan tubuhnya terlihat mungil jika dibandingkan dengan Jodi. Tinggi gadis yang dipersunting Jodi itu tak lebih dari pundak Jodi. Usia yang cukup muda untuk seorang wanita menikah, tapi ku rasa dia akan mampu melihat kedewasaan sikapnya seperti pertama kali aku dipertemukan dengan calon istri teman dekatku itu.

Saat itu jam makan siang dan kami masih bertemu dengan klien dari Jepang di salah satu rumah sushi yang terkenal di Jakarta. Pertemuan kami selesai setelah jam istirahat makan siang hampir habis. Seusai pertemuan, Jodi mengajakku ibadah sholat dzuhur di masjid dekat rumah sushi tersebut. Memang Jodi adalah satu dari sepersekian karyawan di perusahaan kakek yang taat beribadah. Aku saja yang sudah lama meninggalkan ibadah yang satu itu menjadi rajin kembali karena ajakan Jodi. Saat itu simple, ia mengatakan sholat membuat hati kita tentram dan semua kegiatan lebih diperlancar.

Awalnya aku tak semerta-merta percaya begitu saja. Setelah beberapa kali melihatnya sholat dengan khusuk dan terlihat wajahnya tampak lebih cerah setelah sholat membuatku mulai memikirkan perkataannya. Aku mulai mencari beberapa artikel mengenai sholat dan aku semakin mendapat pencerahan. Dan di suatu pagi, saat itu masih jam setengah lima pagi. Aku mendengar suara adzan dari masjid di komplek tempat tinggalku. Aku saat itu sungguh gelisah. Aku sulit tidur dan hanya bisa berguling-guling di tempat tidur. Aku memutuskan untuk bangun dan mandi. Setelah mandi, aku bingung apa yang aku lakukan. Biasanya aku bangun paling pagi jam enam, paling telat jam setengah delapan. Aku mengingat perkataan Jodi tentang sholat yang dapat mententramkan diri. Akupun mulai mengambil air wudhu, kemudian sholat subuh yang berjumlah dua rakaat. Entah bagaimana ceritanya, setelah sholat rasa gelisahku hilang dan berganti dengan rasanya nyaman yang aku sendiri tak dapt mendefinisikan dengan kata-kata. Mulai saat itu aku mulai rajin sholat walau kadang masih harus diingatkan Jodi.

Setelah sholat, Jodi tampak menelpon seseorang. Sepertinya mereka sedang janjian. Setelah telpon ditutup, Jodi mengatakan bahwa ia akan memperkenalkan calon istrinya padaku. Ia mengajak kami makan siang bersama di rumah sushi tadi. Katanya kali itu ia yang traktir. Aku setuju saja dan menelpon kakek dan mengatakan jika aku dan Jodi telat masuk karena ada pertemuan penting. Jangan kalian kira aku bohong karena memang betul aku sangat ingin bertemu dengan wanita yang beruntung akan menikah dengan teman dekatku. Aku tidak ingin Jodi dipermainkan wanita yang hanya memanfaatkan kebaikanya saja.

Tak sampai 10 menit, ada seorang wanita dengan rok bunga semata kaki dengan kemeja marun lengan tiga perempat mendekat ke arah meja kami. Wanita itu ternyata calon istrinya Jodi. Diperkenalkan wanita itu. Suaranya lembut dan tampak pembawaannya anggun dengan pakaiannya serba tertutup. Aku mengatakan itu karena aku dikelilingi oleh wanita-wanita yang roknya tak lebih dari lutut dan atasan yang tipisnya tak kalah dengan kelambu tidur. Kami mengobrol dan tampaknya dia tentang mengobrol yang baik. Ia mendengarkan dengan seksama dan menanggapi obrolan kami dengan sopan walaupun itu hanya candaan. Aku rasa wanita macam itu hanya tinggal sedikit di kota metropolitan semacam Jakarta.

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang