Ruby tersenyum ketika merasakan rasa nyaman di tidur lelapnya. Ia memeluk guling yang terasa keras namun juga terasa nyaman di saat yang bersamaan.
Astaga, bahkan aromanya terasa nikmat di hidungnya. Sangat jarang ia bisa merasa nyaman dan benar-benar lelap di tidurnya. Ruby merasakan sebuah tangan mengelus punggungnya, membuat dirinya semakin ingin tidur untuk waktu yang lebih lama.
Tunggu, ia merasakan tangan? Tangan?!
Seketika itu juga Ruby membuka matanya dan terduduk hingga kepalanya menjadi pening karena terbangun secara tiba-tiba.
Ruby menoleh dan menatap Tobias dengan horror sedangkan pria itu hanya menatapnya datar dan polos.
Dengan cepat Ruby memeriksa pakaian dan tubuhnya mengingat rekor kemesuman Tobias yang sudah melampaui batas. Setelah merasa semua masih sama seperti sebelum ia tidur, Ruby menghela napas lega.
"Kau membuatku tersinggung."
Ruby mendelik ke arah Tobias. Kesadarannya sudah terkumpul sepenuhnya dan ia kembali mengingat kejadian sebelum dirinya tidur.
"Apa peduliku? Kau juga tidak peduli denganku."
Dalam hati Ruby mengutuk dirinya sendiri. Sekarang ia nampak seperti seorang perempuan yang sedang merajuk pada pacarnya!
Tobias meraih sebelah tangan Ruby kemudian menarik gadis itu hingga tubuhnya dan tubuh Ruby hanya berjarak dua jengkal.
"Aku minta maaf, sayang."
Wajah Ruby memerah mendengar panggilan itu. "Aku bukan sayangmu." Walau ia tidak bisa menampik jika dirinya merasakan senang, tapi tetap saja ia menjaga gengsinya.
"Aku terlalu kesal melihat kau terluka. Kesal pada diriku sendiri yang tidak bisa menjagamu. Makanya aku lebih memilih kau langsung bilang padaku jika ingin pergi daripada harus terluka seperti tadi."
"Jadi sekarang kau mengusirku?!"
Ruby melotot dan segera bergerak menjauh namun Tobias menahannya. "Tapi setelah aku pikir-pikir lagi, lebih baik aku tidak memilih keduanya. Aku akan menjagamu lebih ketat lagi agar kau tidak berhasil kabur seperti tadi."
Tobias mengelus pipi Ruby dengan lembut, membuat gadis itu memejamkan matanya.
Rasanya Ruby ingin bertanya mengenai lukisan perempuan yang dipajang di perpustakaan tapi ia takut akan jawaban Tobias.
Bagaimana jika Tobias hanya menganggapnya sebagai pengganti seseorang? Bagaimana jika perempuan di lukisan itu datang? Apakah ia akan diusir?
"Apa yang kau pikirkan hm?" Suara berat Tobias membuat Ruby membuka matanya. Matanya bertubrukan dengan mata pria itu yang memandangnya dengan lembut dan dengan... sayang?
Ruby menggelengkan kepalanya, ia benar-benar takut akan jawaban Tobias entah kenapa.
Padahal ia benci dengan Tobias kan? Lalu kenapa sekarang ia hanya diam saja saat Tobias mengelus dan sesekali mengecup pipinya yang bersemu?
"Apakah lukanya sakit?" Tobias sedikit berdeham ketika suaranya terdengar serak. Ruby yang setengah berbaring dengan rambut yang sedikit acak-acakan membuat gairahnya meningkat pesat.
"Hanya sedikit perih."
Tobias menatap Ruby dalam, tangannya berpindah ke tengkuk gadis itu dan kepalanya mendekati kepala Ruby.
"A-Apa yang mau kau lakukan?" Ruby berbisik karena jaraknya dan Tobias sudah sangat dekat. Tangannya menahan tubuh Tobias yang semakin mengikis jarak di antara mereka walau hal itu sia-sia karena tubuh Tobias lebih kuat dari tangannya yang terasa lemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
One Kiss a Day ✔️
RomanceWARNING 17+ PLEASE BE WISE!! 'One Kiss is All It Takes' - Dua Lipa YANG GAK SUKA GAUSAH DIBACA, YANG REPORT KUDOAIN GADAPET JODOH! Highest rank : #2 in CeritaPendek (17 Juni 2019) #5 in Shortstory (4 Juli 2019) #31 in Romantis #1 in Girls (22 Mei...