Juna
Kalau kalian bertanya tempat manakah yang paling tidak ingin aku kunjungi, maka dengan cepat aku ingin menjawab bahwa tempat itu adalah rumah sakit. Tempat dengan segala bau obat-obatan bercampur jadi satu. Belum lagi, masakan yang disajikan sama sekali tidak membangkitkan selera makan. Dan perlu kalian tahu, setelah kurang lebih delapan hari aku di rawat di rumah sakit, akhirnya hari ini dokter membolehkanku pulang. Aku bersyukur karena tidak ada bekas luka di bagian wajah. Hanya saja kepala bagian samping agak kebelakang ada beberapa bagian yang harus dijahit. Dokter bilang itu baik-baik saja dan lagi-lagi aku bersyukur akan hal itu.
" Mas Juna, beneran nggak papa kalau pulang sendiri?" Untuk kelima kalinya Dek Risa menanyakan hal yang sama.
" Mobilnya udah di anter kan?"
" Masss, jawab dulu. Beneran nggak papa kalau pulang sendiri? Kepalanya masih suka pusing nggak?"
" Enggak dek, enggak. Aku udah baik-baik aja. Buktinya dokter udah ngebolehin aku pulang."
" Tapi kamu masih pucet loh mas,"
" Kurang minum paling."
" Pulangnya nunggu aku selesai aja gimana? Biar aku yang nyetir..."
" Nggak. Aku udah nggak betah kalau lebih lama disini. Bau obatnya bikin mau muntah."
" Mas Juna ini bener-bener kaya mama. Anti banget sama obat."
" Udah ya dek, aku pulang dulu." Aku mengambil jaket yang tadi Dek Risa bawa dari rumah.
" Coba aja papa sama mama nggak lagi ada acara di Semarang, pasti Mas Juna nggak bakal pulang sendiri kaya gini."
" Ssst! Berisik mulu dari tadi. Udah ya, aku pulang dulu."
" Okedeh. Ati-ati mas,"
Dek Risa mengantarku sampai parkiran rumah sakit. Dia langsung melambaikan tangan begitu aku masuk dan menyalakan mesin.
" Ati-ati mas!"
" Ya!"
Aku bernapas lega begitu keluar dari gerbang. Tempat pertama yang aku tuju setelah pulang dari rumah sakit adalah kantor Om Danu. Gara-gara aku mengalami kecelakaan, janjiku pada Om Danu belum sempat aku laksanakan. Aku mengendarai mobil dengan kecepatan lebih agar cepat sampai. Aku tersenyum begitu tiba di kantor. Senyumku semakin lebar begitu melihat Om Danu ternyata ada di luar bersama beberapa karyawannya.
" Om!" panggilku agak keras begitu turun dari mobil.
" Loh Juna!" Om Danu tampak terkejut melihatku.
" Kok disini? Kepala kamu gimana?" tanya Om Danu kemudian.
" Baik-baik aja kok om. Ya masih agak nyeri dikit. Tapi kata dokter nggak papa."
" Bagus kalau gitu. Ayok masuk." Om Danu merangkulku dan mengajakku masuk ke kantornya.
" Tante Rara mana om?"
" Biasa, nganter si bontot beli tas sama sepatu baru. Ngambek kemarin, gara-gara kakaknya dibeliin hape baru tapi dia enggak. Ya Om mana boleh lah, orang hape masih bagus minta ganti baru kaya punya kakaknya. Punya kakaknya kan nyebur di kolam renang. Terus mati. Makanya om beliin yang baru."
" Haha! Aku bisa bayangin gimana kalau si bontot lagi ngambek."
" Ya gitu Jun." Om Danu mengedikkan bahu.
" Jadi gimana Om, proyek kemarin berjalan lancar?" tanyaku begitu kami sampai di ruang kerja Om Danu.
" Diundur. Mereka maunya kamu juga ikut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry Blossoms [END] (Sequel 'I Love You Sir')
General FictionMy Love Belongs to You❤️ (dianjurkan membaca "i love you, sir" terlebih dahulu)