Part 3

16K 1.5K 79
                                    

    Jangan lupa meninggalkan jejak :D

Abil

" Ya elo sih Bil, kesempatan emas kok dilewatin gitu aja. Terus gimana nasib lo sekarang?" Ivi menyeruput lagi jus buah naganya.

" Ya coba lo jadi gue waktu itu. Masak iya gue masa bodoh sementara liat ada orang habis ketabrak di depan gue?"

" Iya juga sih. Lo bilang yang ditabrak cowok kan? Cakep nggak?" Ivi menaik turunkan alisnya. Aku memutar bola malas.

" Nggak tau. Wajahnya ketutup darah. Yang jelas orangnya tinggi dan waktu itu pake kemeja biru laut."

" Yah sayang banget..."

Aku hanya mengedikkan bahu tidak peduli. Oh iya, perkenalkan, yang lagi ngobrol sama aku ini namanya Ivi. Dia asli Jakarta. Kami temen satu organisasi waktu kuliah di Jogja. Meskipun kami beda jurusan, tapi kami masih satu fakultas. Jadinya kami sering kemana-mana bareng. Aku anak Ilmu Komputer sementara Ivi anak geofisika. Jadi ya, waktu dia tahu aku pindah ke Jakarta beberapa bulan lalu, dia senang bukan main. Ivi ini anak orang kaya. Dia anak dari pemilik perusahaan elit di Jakarta. Dan perlu kalian ketahui, wawancara yang waktu itu gagal, aku melamar pekerjaan di perusahaan orang tuanya. Sebenarnya dia sudah menawariku untuk masuk lewat jalur dalam, tapi aku nggak mau. Aku menghargai maksud baiknya, tapi aku nggak bisa menerima begitu saja.

"Jadi beneran lo nggak mau kerja di perusahaan papa gue, Bil?"

" Ya mau lah. Nyatanya gue ikut daftar kan, kemarin..."

" Ih bukan itu. Maksud gue, lo beneran nggak mau kalau gue bilang papa supaya lo bisa kerja di---"

" Stop! Gue baik-baik aja. Gue bisa cari kerja di perusahaan lain Vi, thanks buat tawaran baik lo." Ivi mengangguk tanda dia mengerti.

" Good luck ya Bil, pokoknya bilang aja kalau lo butuh apa-apa."

" Makasih banyak Vi,"

" Sama-sama."

Aku menghabiskan jus alpokat milikku. Untuk sejenak aku dan Ivi hanya diam dan sibuk dengan pikiran kami masing-masinng.

" Eh iya Bil, bentar lagi gue harus ke rumah sakit." ucap Ivi tiba-tiba.

" Loh, siapa yang sakit?"

" Nggak, nggak ada. Gue mau jemput sepupu gue. Dia kan lagi koas, jadi sering pulang malem. Kakaknya lagi sibuk. Habis kecelakaan sih, jadi kerjaan numpuk."

" Wah. Kok kasian. Emang kakaknya kerja apa?"

" Sama kaya papa gue. Tapi keren deh, sepupu gue tuh. Dia masih muda, tapi udah jadi pimpinan perusahaan gitu."

" Kok bisa?"

" Singkatnya ya, Om Eza itu dosen. Jadi urusan kantor diserahin sama Juna."

"Juna yang lo maksud itu sepupu lo, gitu? terus Om Eza itu ayahnya?"

" Iya, Juna itu adik sepupu gue. Papa gue kakak kandung mamanya."

" Adik sepupu? Waaah, berarti dia lebih muda dari elo tapi udah jadi pimpinan perusahaan?!" mataku melebar nggak percaya.

" Enggak. Juna malah lebih tua dari gue empat tahun."

" Kok gitu? Kata lo dia dik sepupu?"

" Jadi ya, nih gue jelasin. Juna itu adik sepupu gue, tapi dia lebih tua. Kenapa? Mamanya Juna itu nikahnya duluan. Juna udah berumur hampir dua tahun, papa gue baru nikah. Terus, Juna punya adik namanya Risa. Si Risa itu lahirnya beberapa bulan setelah gue. Dan si Risa ini yang mau gue jemput."

Cherry Blossoms [END] (Sequel 'I Love You Sir')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang