First

84 4 1
                                    

"Sayang,, besok Fia libur kan?" Tanya Ummi saat memasuki kamar anak gadisnya.

"Iya Mi,, kenapa Mi?" Gadis yang baru saja berulang tahun ke-17 itu bertanya balik.

"Tadi tante Lia menelfon, dia mau ngajak Fia ke Padang Panjang besok, nginap beberapa hari. Gimana? Mau?" Ummi menjelaskan.

"Boleh Mi?" Tanyanya.

"Kalau sama tante Lia sih nggak masalah." Jawab ummi. Tante Lia ini adalah sahabat ummi sejak lama, karna itulah beliau mengizinkan.

"Hmm..nggak papa deh Mi." Kata Sofia setelah berpikir beberapa saat.

"Oke. Biar Ummi pastikan ke tante Lia." Ujar Ummi lalu melangkah keluar kamar.

💗💗💗💗💗

Keesokan harinya,, pukul 7 tepat,, tante Lia sudah tiba dihalaman rumah Sofia. Setelah memasukkan barang-barang dan berpamitan pada orang tua, gadis itu memasuki mobil tersebut dan duduk disamping tante Lia.

"Assalamu'alaikum, Sayang.." Sapa Tante Lia saat Sofia memasuki mobil.

"Wa'alaikumsalam, Tante" Balasnya tanpa lupa tersenyum manis.

"Udah berapa kali mami bilang nak,, jangan panggil Tante,, panggil mami saja..!" Tegur tante Lia. Eh,, mami Lia deh😅

"Hehe..iyaa mami.. Maaf.." Jawab Sofia.

"Iyaa..nanti jangan lupa-lupa lagi yaa" Ucap mami Lia seraya tertawa kecil.

"Oke Mam." Balasnya.

Percakapan dilanjutkan dengan membahas banyak hal. Ya, mami memang seru untuk diajak mengobrol. Ia juga pintar, sehingga asik berdiskusi tentang banyak hal. Karena itulah Sofia sangat nyaman bersama wanita itu (namun tetap tak akan bisa menandingi kenyamanannya bersama ummi😂)

"Mau ngapain mam?" Tanya Sofia saat mami berhenti disuatu tempat.

"Menjemput Ahmad." Jawaban mami yang membuat gadis itu terkejut.

Sofia hanya mengangguk. Kenapa ia tidak terpikir bahwa Ahmad akan ikut juga?? Ahmad ini adalah anak mami. 'Huuh.. Aku bisa canggung kalau ada laki-laki seperti ini,, tak bisa sebebas tadi bercerita dengan mami Lia. Tapi yasudahlah,, toh memang dia yang lebih berhak untuk ikut dengan mami' pikirnya.

Ahmad lalu menaikkan barang-barangnya dan duduk di kursi kemudi, sedangkan mami duduk disamping Sofia yang telah lebih dulu pindah kebangku tengah.

"Sofia sekarang kelas berapa?" Tanya mami setelah beberapa saat berbicara dengan anaknya.

"Kelas sebelas, Mam." Jawab Sofia.

"Masyaa Allah, setahun lagi berarti." Ucap mami dengan berbinar.

"Uhuk..uhuk.." Entah kenapa Ahmad langsung terbatuk saat mami bilang itu.

"Memangnya kenapa Mam?" Tanya Sofia tak mengerti.

"Tak apa. Tunggu saja." Mami tersenyum penuh misteri sekaligus dengan kebahagiaan yang tak bisa ia sembunyikan.

Sofia sebenarnya penasaran. Sangat. Namun tak mungkin ia merengek didekat Ahmad. Gengsi lh😂. Akhirnya gadis itu hanya bisa menahan rasa penasarannya.

💗💗💗💗💗

Ketika ada yang bertanya apa yang lebih berat dari pada ditinggal saat sayang-sayangnya,, jawabannya adalah "meninggalkan disaat kamu dan dia sedang sayang-sayangnya". Jika kamu ditinggalkan, kamu bisa saja menggunakan logikamu untuk melupakan orang yang telah meninggalkanmu karna dia telah menyakitimu. Namun, apa rasanya jika ia bahkan masih sangat mencintaimu, namun kamu harus meninggalkannya?? Tentu saja sangat berat. Tak akan bisa dilakukan kecuali dengan keimanan yang kuat.

Itulah yang sedang kualami kini. Kami terjebak pada hubungan yang tidak diridhoiNya. Tidak. Kami tidak pacaran. Tapi apa yang kami lakukan sama saja dengan orang yang pacaran. Untunglah kami dipisah oleh jarak yang terbentang jauh, sehingga komunikasi kami hanya lewat chat atau palingan menelfon sesekali. Tapi kami saling tau perasaan masing-masing, dan tak jarang juga mengungkapkannya. Kami juga sering membahas masa depan, karna sejak awal ia mengungkapkan perasaan padaku, ia telah mengatakan bahwa ia serius. Kami juga saling cemburu. Dan lain sebagainya. Bukankah itu sama saja dengan pacaran?? Yaa.. Aku menyebutnya "pacaran tanpa status".

Kami bahagia dengan perasaan ini. Kami bahagia dengan kedekatan ini. Namun kami sama-sama sadar bahwa hubungan ini tidak baik dan tidak disukaiNya. Terlebih aku sendiri, yang sejak dulu selalu menjaga hati. Bahkan tak pernah aku terpikir akan terjebak pada hal seperti ini. Orang-orang yang mengenalku juga sangat terkejut saat mengetahui hal ini. Mungkin untuk sebagian orang hal ini biasa saja,, tapi untukku ini benar-benar tidak pantas.

Dengan semua keberatan itu,, aku tetap beranikan diri untuk mengakhiri hubungan ini. Cukuplah kami sebagai teman biasa tanpa ada lagi rasa-rasa itu, kalaupun masih ada, cukuplah kami pendam masing-masing. Berat memang,, karna tak jarang aku ingin mengungkapkan rinduku, memgungkapkan rasaku, menunjukkan kecemburuanku, namun semua itu harus kutahan. Iapun juga kadang seperti hampir mengungkapkan rasanya,, namun juga jelas bahwa ia menahannya. Namun satu hal yang tak jarang masih disebutnya, niat dan tekadnya untuk menghalalkanku masih tetap berkobar dalam dirinya. Jika dulu aku segera mengaminkannya,, namun kini kutahan,, aku hanya meresponnya dengan singkat bahkan tak jarang aku tak membalasnya. Iapun juga tak peduli aku balas atau tidak, setelah mengatakan itu ia akan mengganti topik lain.

Flashback off.

Sofia termenung mengingat semua itu. Begitulah kisah mereka. Namun beberapa bulan terakhir, mereka sudah sangat jarang berkomunikasi, bahkan bisa dibilang tak ada lagi. Entahlah, Sofia tak tau bagaimana perasaan pemuda itu kini padanya. Tapi jujur, Sofia pribadi masih memiliki perasaan itu, meski tak lagi sebesar dulu bahkan sudah jauh berkurang. Bukan karna apa-apa, tapi karna memang itu pintanya pada Rabb-nya. Ia minta untuk dihilangkan perasaan pada seseorang yang tak halal baginya, dan memohon agar segera dikirimkan seseorang yang dekat denganNya dan mencintai Sofia karenaNya, serta ia akan mencintai orang itu dengan sepenuh hatinya karenaNya juga. Siapapun orangnya. Meski Sofia berharap, dia lah orangnya.

.

.

.

To be continue..

Our Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang