Jawaban

22 2 0
                                    

"Jadi gini bang, ana mau cerita dan minta pendapat abang." Faisal, adik kelas yang sudah dianggap adik kandung oleh Ahmad memulai pembicaraan. Malam ini dia mentraktir Ahmad di sebuah cafe, sepertinya ada hal penting yang ingin ia diskusikan.

  "Cerita aja. Insyaa Allah akan abang kasih saran semampu bang." Balas Ahmad.

  "Mmm..jadi gini bang, dulu kan ana dekat dengan seorang akhwat. Nggak pacaran sih, tapi yaa gitulah. Dan setelah beberapa bulan, akhirnya dia benar-benar sadar kalau apa yang kami lakukan ini salah jadi dia nggak ingin ada hubungan apa-apa lagi diantara kami. Dia minta untuk batalkan semua janji-janji yang ada diantara kami. Dan setelah itu kami mencoba untuk berkomukasi layaknya berteman biasa saja. Namun tetap aja bang, bagi ana pribadi, perasaan itu masih sangat besar, jadi berat rasanya menjadi seolah-olah tak ada apa-apa itu. Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk mem-block semua akun-akunnya biar lebih mudah untuk menjaga hati.

  Kadang ada rasa ingin mengikatnya dengan perjanjian jikapun kami berhenti komunikasi, tapi dia pernah bilang, seperti itu sama saja kami tidak bisa menjaga hati. Tapi, dalam hati ana tetap berjanji untuk menghalalkannya disaat ana udah siap dan secepatnya. Jujur bang, tak jarang ada rasa takut nanti dia akan bersama orang lain, namun ana sadar, disana letak ujiannya. Ana tau Allah ingin melihat sebesar apa perjuangan na. Dan ana percaya janji Allah itu pasti." Faisal kemudian bercerita panjang.

  "Alhamdulillah.. Berarti antum sudah memilih keputusan yang tepat." Respon Ahmad. "Emang seperti apa sih akhwatnya sampai bisa membuat antum seperti ini?" Tanyanya penasaran.

  "Dia sangat mengagumkan bang. Hafidzah, pintar, aktivis, cantik, lembut, santun, pokoknya hampir sempurna lah bang walaupun memang kesempuraan hanya milik Allah." Balas Faisal seraya menerawang dan terseyum. "Dan sekarang rasanya ana udah siap bang. Tabungan ana udah cukup untuk biaya pernikahan, dan beasiswa pun alhamdulillah sangat cukup untuk menafkahinya." Sambungnya.

  "Kalau gitu tunggu apalagi, langsung aja datang ke rumahnya." Seru Ahmad santai. "Abang juga sedang menunggu jawaban seseorang atas lamaran abang," Sambungnya tertawa.

  "Serius bang??" Faisal tampak terkejut.

  "Ngapain abang bohong, seminggu lalu abang minta tolong sama ortu bang buat ngelamar dia, soalnya Umminya tu sahabat Mami bang. Trus dia minta waktu seminggu buat menjawabnya. Jadi sekarang abang lagi deg deg an nunggu jawabannya." Ahmad tertawa menutupi rasa gugup yang datang tiba-tiba saat menyadari bahwa hari ini adalah penentuan kelanjutan pinangannya. Saat Faisal bercerita tentang akhwat yang ia idamkan itu, Ahmad langsung teringat dengan orang yang sedang dipinangnya, mereka mirip, hampir sempurna. Karena itu Ahmad sangat berharap dialah yang menjadi ibu dari anak-anaknya nanti, dan ia juga berdo'a semoga adiknya itu mendapatkan juga orang yang ia idamkan tersebut.

  "Masyaa Allah.. Semoga diterima bang." Seru Faisal antusias.

  "Haha.. Aamiin.."

  Tiba-tiba handphone Ahmad berbunyi, dengan semangat bercampur gugup ia mengangkat telfon itu.

  "Bentar ya" Ucapnya pada Faisal yang dibalas dengan anggukan.

  "Assalamu'alaikum Sayang.." Sapa seseorang di seberang sana.

  "Wa'alaikumsalam Mam. Gimana Mam?? Udah ada jawabannya??" Tanya Ahmad tak sabar.

  "Masyaa Allah.. Anak Mami nggak sabaran banget." Tawa ibunya itu.

  "Hehe..maaf Mam.. Deg-deg-an banget soalnya.." Balasnya.

  "Ahmad, apapun hasilnya Mami harap kamu dapat mensyukurinya." Ujar Mami lembut.

  "Insyaa Allah Mam. Ahmad udah siap apapun hasilnya." Balas Ahmad mantap, sebab ia yakin yang namanya jodoh tidak akan tertukar.

  "Tadi Mami udah nelfon Sofia, dia menyampaikan maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga kita, terutama kepada Ahmad, karna dari hasil pertimbangan dan istikharah, sepertinya bukan dia yang terbaik untukmu." Kata Mami lembut dan nampak terkesan sangat tegar. Ya, Ahmad tau Mami sangat menyayangi Sofia, bahkan Mami telah berharap gadis itu menjadi menantunya jauh sebelum pemuda ini punya perasaan padanya. Karena itu Mami sangat senang ketika Ahmad menyatakan bahwa ia ingin melamar gadis tersebut. Tapi apa boleh buat, itu adalah keputusan Sofia, tak mungkin Ahmad memaksanya untuk menerima. Ya, seperti yang dikatakannya tadi, ia percaya bahwa jodoh itu tak akan tertukar, jadi jika Sofia menolaknya seperti saat ini, itu artinya gadis itu bukanlah jodohnya. Berarti sudah cukup sampai disini perasaannya atas Sofia, meski terasa sakit, namun ia akan mencoba untuk menghilangkan perasaannya itu. Ahnad hanya berdo'a, semoga Allah segera memberikan seseorang yang lebih baik dari Sofia untuknya dan seseorang yang lebih baik darinya untuk Sofia.

  "Sabar ya bang. Berarti Allah telah menyiapkan seseorang yang lebih baik darinya." Faisal menepuk pundak Ahmad setelah pemuda itu memutukan sambungan telfon.

  "Iya Sal. Semoga segera Allah pertemukan ana dengan jodoh yang lebih baik darinya untuk ana." Balasnya. "Pesan ana, saat antum melamar akhwat nanti, siapkanlah hati antum untuk ditolak, agar tidak begitu kecewa jika itu terjadi." Sambungnya berpesan.

  "Insyaa Allah bang. Do'akan saja agar ana dapat hasil terbaik, dan semoga yang terbaik itu adalah yang ana harapkan juga." Pinta Faisal.

  "Insyaa Allah, ana akan dukung antum."

💗💗💗💗💗

.

.

Yaahh.. Ternyata Sofia menolak Ahmad😫😫
Sepertinya Sofia memang sedang menunggu seseorang.. Kira-kira siapa yaa🤔
Atau jangan2 orang yang ditunggu Sofia itu adalah Faisal??😱

.

.

To be continue..

Our Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang