Tajwid Cinta

2.9K 270 23
                                    

Disebuah negeri nun jauh disana, terdapat sebuah sekolah SMA yang menampung para pelajar anti-mainstraim di dalamnya. Kenapa disebut anti-mainstream? Karena memang kelakuan para murid disana yang anti-mainstream. Jika ditanya, apakah ada murid yang memarahi gurunya karena sang pengajar tersebut terlambat? Jawabannya tentu saja ada, dan itu hanya terjadi di SMA Kaguya. Sebuah sekolah berbasis shinobi yang berada dipelosok desa Konoha.

"Eh Nar, emang bener ya lu udah nembak Hinata? Si anak IPS yang aduhai itu?" Sebuah pertanyaan keluar dari seorang laki-laki berambut coklat pada laki-laki jabrik yang duduk di depannya. Yang ditanya mengangguk sambil terus memakan cimolnya dengan lahap karena memang ia sangat lapar.

"Terus diterima?" Tanya laki-laki itu lagi yang disinyalir bernama Kiba Sape'i Diningrat. Sebenarnya nama laki-laki berusia 16 tahun tersebut hanya Kiba Sape'i, Diningrat hanya pengakuan sepihak saja. Biar elit dikit, katanya.

"Yaiyalah, Naruto gituloh." Jawab Naruto bangga.

"Berani juga lu Nar." Kiba berdecak kagum. "Padahal tampang lu ga ganteng, otak lu juga kadang kegeser. Apa waktu nerima lu, Hinata dalam keadaan sadar? Sehat wal-afiat? Jasmani dan rohani?"

"Itu pujian atau hinaan sih?" Sungut Naruto tidak terima. "Seenggaknya gue bertindak. Gak kayak seseorang yang hobinya kode-kodean terus." Lanjutnya dengan lirikan yang tertuju pada seorang laki-laki yang tengah memakan somay dengan tenang dan elegan. Tampaknya laki-laki bergaya rambut tak lazim itu menerapkan tabble manner ketika makan dimanapun dirinya berada, bahkan dikantin yang suasana nya bak pasar malam yang kebakaran di malam minggu.

Mendengar penuturan laki-laki yang memiliki tiga garis dipipi bak kucing garong tersebut, sontak semua mata tertuju padanya.

"Gue ga kode-kodean tuh." Jawab laki-laki tersebut dengan tenang.

Peka juga nih orang.

"Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti Idzhar, Jelas dan terang. Tapi mungkin karena aku di matanya bagaikan Nun Mati di antara idgham Billaghunnah, terlihat, tapi dianggap tak ada. Jadi Sakura mengabaikannya." Jawab laki-laki bernama Sasuke itu tenang.

Semua pasang mata langsung berpindah pada seorang gadis yang kini tersedak mendengar namanya di sebut oleh laki-laki yang duduk di seberang mejanya itu.

"Sakura mungkin ngga tau saat pertama kali aku bertemu dengannya, aku bagaikan berjumpa dengan Saktah. Hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar."

Sasuke mendongak memandang teman-teman ababilnya, lebih tepatnya memandang seorang gadis bermata hijau yang juga tengah menatapnya dengan rona tipis menghiasi wajah gadis itu.

"Sakura, jika Mim Mati bertemu Ba disebut ikhfa Syafawi, maka jika aku bertemu kamu, itu disebut cinta."

Sorakan seperti 'eaakkk' dan 'cieeee' sontak menggema keseluruh pelosok kantin SMA Kaguya.

"Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba-tiba semua itu seperti Idgham. Mutamaatsilain ... melebur jadi satu. Cintaku sama kamu seperti Mad Lazim. Paling panjang di antara yang lainnya. Setelah kamu terima cintaku nanti, hatiku rasanya seperti Qalqalah Kubro. Terpantul-pantul dengan keras. Dan akhirnya setelah lama kita bersama, Cinta kita seperti Iqlab. Ditandai dengan dua hati yang menyatu. Sayangku padamu seperti Mad Thobi'i dalam AL-Qur'an."

"Banyak amat." Potong Naruto yang diabaikan begitu saja oleh Sasuke.

"Semoga dalam hubungan, kita ini kayak idgham Bilaghunnah ya. Cuma berdua, Lam dan Ro'. Layaknya Waqaf Mu'annaqah, kamu hanya boleh berhenti di salah satunya, dia atau aku. Meski perhatianku ga terlihat kaya Alif Lam Syamsiah, Cintaku padamu seperti Alif Lam Qomariah, terbaca jelas. Kamu dan aku seperti Idghom Mutajanisain. Perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya tapi berlainan sifatnya. Aku harap cinta kita seperti Waqaf Lazim, terhenti sempurna di akhir hayat. Sama halnya dengan Mad 'Aridh dimana tiap mad bertemu Lin Sukun, Aridh akan berhenti, seperti itulah pandanganku ketika melihatmu. Layaknya huruf Tafkhim, namamu pun bercetak tebal di fikiranku. Seperti Hukum Imalah yang dikhususkan untuk Ro' saja, begitu juga aku yang hanya untukmu. Semoga aku jadi yang terakhir untuk kamu seperti Mad Aridlisukun."

Sasuke tersenyum ganteng pada Sakura yang hanya bisa menunduk dengan wajah yang semakin memerah bak tomat matang yang siap dipetik.

"Pinter juga lu Sas, biasanya kalo disuruh ngaji lu megap-megap kayak ikan terdampar didaratan yang kering dan tandus." Naruto berkata pada Sasuke yang kini sudah kembali menekuni kegiatannya yang sempat tertunda.

"Selama kita mau berusaha, apapun bisa dilakukan." Kata Sasuke bijak. "Gue belajar ngaji karena gue sadar, wajah ganteng aja gak cukup buat ngelamar Sakura. Belajar itu ibadah. Ibadah itu karena Allah. Kalau dengan belajar gue jadi kaya, terkenal, terus dapetin Sakura, itu cuma bonus."

"Gue emang gak ngajak Sakura pacaran. Karena gue gak setega itu buat ngejerumusin orang yang gue sayang kedalam kubangan dosa yang disukai Setan. Suatu saat nanti gue pasti ngelamar dia, Insyaallah." Sasuke mendongak dan kembali menatap Sakura di seberang mejanya. "Jadi Sakura, aku harap kamu mau bersabar sampai kita sama-sama siap. Kamu gak perlu iri atau baper liat teman-teman jalan atau gandengan sama pacar mereka, karena harusnya mereka yang iri sama kamu karena kamu mampu membentengi diri dari bahayanya pacaran."

Kalimat akhir Sasuke membuat seisi kantin kicep seketika. Mereka tidak menyangka, cowok songong kayak Sasuke bisa mengatakan hal yang begitu manis dan terlampau bijak seperti itu.

Para siswi yang tersadar dari keterpanaan mereka, langsung bersorak pada laki-laki yang kembali sibuk memakan somay nya.

"SASUKE SOSWIT BANGET SIEHHH!"


Selesai

Oneshoot SasuSaku FF [Islami-Content] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang