Part 26

7.2K 312 0
                                    

Wati pergi ke dokter kandungan langganannya tanpa sepengetahuan ibu dan suaminya. Dia izin ke ibunya mau ke rumah Rini sahabatnya, karena tidak ingin ibunya mengira dia sedang hamil atau ada masalah dengan rahimnya.

"Ibu saya resepkan obat untuk membersihkan rahim ibu. Semoga nanti bisa secepatnya hamil lagi ya bu." Ucap dokter kandungan.

"Aamiin... Terima kasih banyak dok." Wati beranjak dari ruangan dokter kandunga. Di luar ruangan dia bertemu Rini sahabatnya bersama suami dan anaknya.

"Wati?" Sapa Rini terkejut.

"Rin, kamu periksa kandungan?" Tanya Wati menutupi keterkejutannya. Memang Rinilah yang mereferensikan dokter kandungan ini buat Wati.

"Iya Wati. Ternyata aku hamil anak kedua." Jawab Rini penuh bahagia. "Kamu ke sini apa sedang hamil juga?"

"Bukan... Nanti aku ceritakan." Jawab Wati dengan nada sedih.

"Kamu buat aku khawatir Wati. Kapan kamu mau cerita?"

"Secepatnya Rin. Aku janji. Selamat ya Rin. Selamat ya Ben. Sehat terus ya! Aku mau nebus obat dulu." Wati meninggalkan Rini dengan mata yang mulai basah.

"Terima kasih Wati. Kamu juga baik-baik ya." Jawab Rini gusar melihat mata sahabatnya yang basah.

"Wati sepertinya tidak bahagia mah?" Tanya Beni.

"Sepertinya begitu pah. Tapi dia belum mau cerita. Aku khawatir dia kenapa-kenapa. Akhir-akhir ini dia jarang komunikasi denganku pah. Padahal biasanya tiap hari dia selalu hubungi mamah, cerita apa saja."

"Mamah jangan kepikiran Wati ya! Mamah kan lagi hamil."

"Iya papah sayang." Jawab Rini tersenyum ke arah Beni suaminya sambil menggenggam tangan suaminya.

*****

"Sepuluh juta?" Wati terkejut melihat pesan SMS Banking yang masuk. Ada kredit sepuluh juta ke rekeningnya. Tidak tau siapa yang mengirimnya.

"Dreeeet... Dreeeet... " Hape Wati bergetar, panggilan masuk dari Rendra.

"Assalamu'alaikum." Sapa Wati.

"Aku kirim uang sepuluh juta buat beli perabot. Minggu depan kamu sudah harus tinggal di rumah baru kita!" Cerocos Rendra tanpa membalas salam Wati.

"Kenapa?"

"Apanya yang kenapa?" Tanya Rendra emosi.

"Ya tiba-tiba mas kirim uang."

"Dasar bawel. Mamah tadi menelpon, katanya kapan mau pindah? Mamah ngga mau tau, pokoknya kamu harus pindah secepatnya, kalau tidak rumahnya dijual mamah. Perempuan dimana-mana bawel."

"Iya...iya..." Jawab Wati sambil tersenyum mendengar keluhan suaminya.

"Belanja yang perlu-perlu saja!!!"

"Iya mas." Jawab Wati senang. Kemudian telpon dimatikan begitu saja oleh Rendra. "Eh, ngga pake salam langsung dimatikan." Gumam Wati.

Sepulang kerja Wati mampir ke toko meubel. Dia memilih kasur dan lemari pakaian. Kemudian dia juga pergi ke pasar membeli horden, karpet, kompor gas, piring, gelas, dan perabotan lainnya.

Wati sampai ke rumah ibunya dengan membonceng barang-barang yang bisa dia bawa.

"Kok malam pulangnya Nak?" Tegur ibunya yang menunggunya di teras. "Bawa barang apa itu?"

"Ma'af Bu, Wati ke pasar dulu beli perabot buat di rumah Wati. Mas Rendra minta Wati minggu depan sudah menempati rumah kami."

"Alhamdulillah... Ibu senang mendengarnya Wati."

"Nanti bantuin Wati ya Bu nyiapin barang-barangnya!"

"Pasti Wati."

*****

Rumah baru Wati dan Rendra sudah siap untuk ditinggali. Perabot-perabot bernuansa putih turut menghiasi rumah tipe empat lima yang berwarna putih.

"Apa Rendra ngga masalah, semua warna kesukaanmu?" Tanya ibunya.

"Ntah lah Bu. Wati merasa damai melihat warna putih. Wati harap mas Rendra tidak keberatan.

"Kapan Rendra pulang?"

"Besok Bu. Dia minta Wati besok sudah ada di sini, jadi kami tidur di sini Bu. Ibu tidak keberatankan Wati pindah besok?"

"Ibu tidak mungkin keberatan. Ibu malah senang, anak ibu akan benar-benar membina rumah tangga dan akan mandiri. Kalau kamu perlu apa-apa hubungi saja ibu. Kalau kamu kesepian saat Rendra tidak ada, kamarmu selalu siap untuk kamu."

"Terima kasih banyak Bu."

"Pesan ibu, kamu jangan terlalu capek! Biar bisa cepat dapat momongan. Mertuamu pasti sangat mengharapkan cucu karena suamimu anak pertama."

"Iya Bu." Jawab Wati singkat. Ada rasa hancur di hatinya mengingat baru saja dia kehilangan janinnya. Ntah apa dia bisa hamil secepatnya. Kalau pun hamil, apa dia bisa melindungi anaknya dari suaminya. Dia tidak ingin kehilangan lagi. Jika hamil, Wati harus memikirkan cara untuk melindungi kehamilannya.

Sebuah mobil inova memasuki halaman rumah baru Wati. Ibu mertuanya yang datang bersama adik iparnya. Wati mencium tangan ibu mertuanya. Ibu Lastri cipika cipiki dengan ibu Linda mertua Wati.

"Terima kasih banyak Bu Linda atas perhatiannya terhadap anak-anak." Ucap bu Lastri.

"Kami cuma bisa bayarkan uang mukanya saja Bu."

"Ibu bisa saja merendah."

"Yang penting anak-anak bahagia rumah tangganya Bu, kita orang tua juga turut bahagia melihatnya."

"Betul Bu. Saya sangat senang anak saya punya suami yang baik dan mertua yang baik." Puji bu Lastri.

"Biasa saja Bu. Sekarangkan Wati anak saya juga Bu."

Wati bersyukur setidaknya mertuanya sangat baik walau pun suaminya sangat tidak bisa menghargainya.

"Mba Wati kapan pindah ke sini?" Tanya Radit adik iparnya.

"Besok Insya Allah. Masmu pulang besok katanya."

"Radit bolehkan main-main ke sini?"

"Tentu boleh dong."

"Bawa cewek boleh ngga mba?" Bisik Radit.

"Radit!!!" Teriak mamahnya sambil melotot.

"Ih mamah apaan sih. Radit kan pengen kenalin cewek Radit ke mas Rendra dan mba Wati."

"Selesaikan dulu kuliahmu! Jangan kebanyakan pacaran!" Tegas mamah. Radit cemberut.

"Anak-anak zaman sekarang ada-ada aja ya Bu, kalau kita dulu kan malu-malu." Ucap Bu Lastri.

"Si Radit ini beda sekali Bu sama masnya. Kalau Rendra, memang tidak pernah bawa perempuan ke rumah. Dia tidak pernah mengenalkan pacarnya ke rumah. Jadi ya cuma Wati satu-satunya perempuan yang dia bawa ke rumah."

"Begitu ya Bu?" Ibu Lastri terkejut mendengar cerita Bu Linda.

"Papahnya kan berpesan, kalau dia ngga mau seriusin perempuan, jangan diajak-ajak ke rumah. Kalau dia ngajak ke rumah, sama saja dia kasih harapan sama perempuan. Papahnya ngga mau anaknya begitu. Tapi ya si Radit ini, semua cewek dikenalin ke kami. Ngga jelas yang mana yang diseriusin."

"Mamah apaan sih. Kan cuma ngenalin mah." Protes Radit.

"Pokoknya mamah ngga mau tau, kamu harus selesaikan kuliah dulu, baru mikir mau nikahin perempuan! Memangnya mau dikasih makan apa nanti anak orang?"

"Ya kasih makan nasi lah mah. Masa batu?" Jawab Radit cuek.

"Nah begitu tuh Bu kelakuannya." Kesal bu Linda.

*****

Mohon votenya ya readers
Mohon kritik dan sarannya
Penulis masih sangat-sangat amatiran dan perlu banyak belajar.
Terima kasih readers
Happy reading!!!

Istri Kedua (Tamat di Channel Youtube : Mitha MDN Channel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang