Part 43

7.8K 414 8
                                    

Jaka dan Lintang duduk di ruang Pengadilan Agama. Jaka sangat berharap Lintang tidak mempersulit proses perceraiannya. Ibu Ratna masih memilih menyembunyikan kesembuhannya dari semuanya. Hanya Desi yang mengetahui. Bagi bu Ratna, Jaka bisa lepas dari Lintang itu sudah cukup. Karena bu Ratna memikirkan perasaan bu Gita dan Himaira kalau sampai Jaka memenjarakan Lintang.

Hari ini sidang pertama, adalah sidang mediasi. Di ruang sidang Lintang bersikeras tidak ingin bercerai.

"Saya tau suami Saya sudah menikah lagi tanpa seizin Saya. Dia lebih mencintai istri keduanya Pak. Makanya dia ingin menceraikan Saya. Bahkan dia tega memukul Saya." Ucap Lintang sambil berderai air mata untuk mendapatkan simpati dari Hakim.

"Apa benar itu Pak Jaka?" Tanya Hakim.

"Iya itu benar Pak. Saya memukulnya karena refleks Pak. Dia selalu menghina istri muda Saya di hadapan Saya. Bahkan dia memukuli istri muda Saya." Jawab Jaka membela diri.

"Saya hanya ingin istri mudanya mendapat pelajaran karena sudah merebut suami Saya Pak." Lintang tidak mau kalah.

"Sepertinya sidang kali ini tidak akan menemukan titik temu. Bapak dan Ibu akan didampingi petugas kami untuk melakukan mediasi di luar ruangan sidang." Ucap Hakim.

Kemudian Jaka dan Lintang ke luar ruangan sidang bersama petugas Pengadilan Agama, mereka diajak masuk ke dalam ruangan lain untuk dimediasi.

Lintang dan Jaka sama-sama bersikeras dengan keputusannya. Namun, kali ini Jaka dianggap salah oleh pihak Pengadilan Agama karena dia menikah tanpa seizin Lintang, dan dia pun dinilai tidak bisa adil.

"Seharusnya dia menceraikan istri mudanya, bukan Saya istri sahnya." Ucap Lintang sambil menangis.

"Lintang, Aku sudah tidak sanggup lagi jadi imammu. Pak apa pun yang terjadi Saya sudah tidak ingin hidup dengan dia. Saya akan tetap bertanggung jawab memberikan nafkah materi untuk dia Pak."

Karena mediasi benar-benar tidak menemukan titik temu, akhirnya petugas pengadilan mengakhiri proses mediasi.

"Pak, sidang berikutnya agenda saksi, silakan nanti Bapak bawa saksi-saksi Bapak!" Ucap petugas pengadilan.

*****

Jaka menemui Wati di rumah bu Lastri. Sejak Jaka melayangkan gugatan cerai, dia tidak pernah pulang ke rumahnya lagi. Baju-bajunya sudah diangkutnya ke rumah ibunya. Dia tidak perduli kalau rumah itu nantinya diminta Lintang.

"Bagaimana dengan Humaira Bang?" Tanya Wati.

"Abang juga bingung Wati. Mau Abang Humaira bisa sama Abang, biar dia bisa kamu didik. Abang khawatir Humaira akan mewarisi sifat Lintang kalau dia bersama Lintang." Ucap Jaka. Wati bingung harus berkata apa. Karena yang dia tau, Humaira bukan anak kandung Jaka. Dia takut Jaka suatu saat mengetahuinya dan tidak dapat menerima hal tersebut. Semua akan berdampak pada Humaira.

"Wati terserah Abang saja. Wati siap kalau harus membesarkan Humaira bersama Aditya dan Habibi Bang."

"Terima Kasih." Jaka mengecup kening Wati.

"Apa Abang akan menginap di sini malam ini?"

"Anak-anak tidur di mana kalau Abang menginap di sini?" Jaka melihat ke sekeliling kamar. Kamar Wati hanya cukup untuk satu kasur berukuran seratus delapan puluh kali dua ratus senti meter dan satu meja kecil.

"Ma'af ya Bang, kamar Wati sempit." Ucap Wati tersenyum.

"Trus?"

"Kalau Abang mau nginep sini, anak-anak Wati ungsikan ke kamar ibu." Jawab Wati tersipu malu.

"Kamar ibu disebelahkan sayang?" Tanya Jaka. Wati mengangguk. "Kamu kan suka teriak-teriak Sayang. Kan malu kedengaran ibumu." Goda Jaka.

"Abang!!!" Wati mencubit pergelangan tangan Jaka.

"Aw... Sakit sayang." Jaka meringis.

"Habis mau tidur dimana Bang?"

"Kita ke hotel saja ya? Tapi bukan buat tidur, melainkan bercinta." Bisik Jaka di telinga Wati.

"Abang genit ah. Boros Bang ke hotel terus."

"Buat istri tersayang Abang ngga ada istilah boros." Ucap Jaka manis.

Wati akhirnya setuju diboyong Jaka ke hotel yang tidak jauh dari rumahnya. Mereka memadu kasih di kamar hotel semalaman. Sudah dua bulan lebih Jaka libur menyentuh Wati, karena dia harus kembali bekerja di Berau.

*****

Bu Ratna sudah sembuh total. Lintang masih belum mengetahuinya karena Jaka melarangnya menemui bu Ratna apa lagi sampai mengusik bu Ratna. Jaka dan Wati sudah mengetahui kesembuhan bu Ratna. Bu Ratna berbohong kepada Jaka tentang jatuhnya dari tangga rumah Jaka.

"Bu, bagaimana dengan Humaira? Desi dengar mas Jaka akan meminta hak asuh Humaira." Tanya Desi khawatir.

"Ibu kasian dengan Humaira Des. Anak itu tidak tau apa-apa. Ibu khawatir kalau Jaka tau Humaira bukan anaknya, Jaka akan membenci Humaira. Sedangkan kita tau, Humaira sangat lengket dengan Jaka."

"Apa memang Humaira bukan anak mas Jaka Bu?" Desi sedikit ragu.

"Ibu bisa pastikan itu dari usia kehamilan Lintang saat mengandung Humaira. Kamu kan tau, masmu cuti setiap tujuh puluh hari kerja. Stelah masmu selesai cuti ternyata Lintang sudah hamil dua bulan. Lintang tidak pernah mau periksa kehamilan bersama Jaka. Karena dia takut usia kandungannya membuat Jaka curiga."

"Ternyata mba Lintang sudah menyiapkan semuanya. Tapi Bu, kata mas Jaka, mba Lintang bersikeras menolak diceraikan. Apa Ibu akan membocorkan perselingkuhan mba Lintang jika pengadilan tidak menyetujui gugatan mas Jaka?"

"Ibu harus berpikir berulang kali kalau harus mengungkapkan perselingkuhan Lintang. Ibu kasian dengan Humaira. Ibu tidak mengerti kenapa Lintang begitu keras kepala. Padahal masmu siap memberikan nafkah materi walau pun sudah mencerainya. Bahkan rumah yang dibangunnya untuk Wati pun siap dia berikan. Apa lagi yang dia inginkan dari masmu?"

"Desi rasa mba Lintang sudah tidak waras Bu."

"Iya, dia memang tidak waras. Kalau dia tau ibu sembuh pasti dia ketakutan. Apa ibu perlu mengancamnya kali ini biar dia mau melepas masmu?" Tanya bu Ratna pada Desi.

"Sepertinya ibu memang harus turun tangan Bu!" Setuju Desi.

*****

Mohon votenya ya readers
Mohon kritik dan sarannya
Penulis masih sangat-sangat amatiran dan perlu banyak belajar.
Terima kasih readers
Happy reading!!!

Istri Kedua (Tamat di Channel Youtube : Mitha MDN Channel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang