Part 24

7K 317 8
                                    

Ibu Lastri pulang dari menginap di rumah bang Rahman. Setiap Rendra datang ibu akan menginap di sana, agar tidak membuat menantunya canggung.

Ibu menyiapkan makan siang yang dibawa beliau dari rumah Rahman. Semua hidangan sudah tertata rapi di meja. Wati dan Rendra masih berada di dalam kamar. Kedua kelopak mata Wati bengkak karena terus-terusan menangis. Dia tidak mau keluar kamar karena ibunya pasti akan bertanya.

"Wati, Rendra, makan siang sudah siap!" panggil ibu dari depan pintu kamar Wati. Kemudian ibu kembali ke meja makan, menunggu putri dan menantunya. Ternyata hanya Rendra yang keluar dari kamar.

"Lho, Watinya mana, Nak?" tanya ibu.

"Ada di kamar, Bu. Kita makan di kamar saja ya, Bu. Biar Rendra suapin Wati," jawab Rendra manis.

"Tapi Wati ngga sakitkan?"

"Ngga kok, Bu. Cuma kelelahan karena Rendra ajak begadang tadi malam."

"Oh ya sudah kalau begitu. Ayo diambil makanannya!"

"Maaf ya, Bu ngga bisa nemenin Ibu makan siang," ucap Rendra manis. Ibu hanya tersenyum. Kemudian Rendra masuk kamar dengan sepiring nasi lengkap dengan lauk-pauk dan segelas es teh.

Wati berbaring membelakangi Rendra. Dia sesenggukan. Dia masih belum bisa menerima perlakuan Rendra terhadapnya.

"Mau makan tidak?" Tanya Rendra.

"Tidak Mas. Aku ngga nafsu," jawab Wati marah.

"Ya sudah. Jangan salahkan Aku kalau Kamu sakit ya! Setelah Aku makan, Aku akan ajak Kamu bercinta lagi."

"Mas, apa-apaan Kamu?" Wati langsung bangun.

"Aku masih perdarahan, Mas."

"Itu kan bukan darah haid, Sayang. Jadi tidak masalah kalau Aku mencumbuimu," jawabnya cuek sambil melahap makanan di piring.

"Kamu gila atau apa, Mas? Kamu tidak punya belas kasihan padaku, Mas?" Wati emosi.

"Kecilkan suaramu! Nanti ibumu dengar."

"Kamu keterlaluan, Mas." Wati kembali berbaring sambil sesenggukan.

"Aku sudah selesai makan. Cepat lepas bajumu!" perintah Rendra.

"Tidak Mas! Jangan!!! Apa kata ibu kalau melihat darah di seprei ini."

"Kita main di lantai, biar tidak susah membersihkannya."

"Mas, Aku mohon, kasiani Aku!" Wati memohon-mohon pada suaminya sambil mencium tangan suaminya.

"Aku mohon mas, jangan lakukan sekarang!"

"Wati,  Rendra, Ibu pergi ya ke rumah bang Rahman," teriak ibu dari luar kamar.

"Iya, Bu." Sahut Rendra. Sedangkan Wati tak berani bersuara, karena suaranya mulai parau.

Rumah bang Rahman tidak jauh dari rumah ibu. Jadi ibu cukup berjalan kaki saja. Tidak sampai sepuluh menit. Rendra keluar memeriksa apa ibu sudah jauh. Di kuncinya pintu luar.

"Ayo kita ke kamar mandi!" Ajak Rendra.

"Mau apa, Mas?"

"Pakai tanya. Tentu saja Aku mau menusuk-nusuk liangmu. Cepat!"

"Astagfirullah Mas. Aku mohon Mas!"

"Apa perlu Aku seret? Kamu tidak liat celanaku sudah penuh?" Bentak Rendra.

Wati pun akhirnya menuruti kemauan suaminya. Mereka menuju kamar mandi.

"Untung kamar mandi rumahmu ini luas. Jadi bisa leluasa. Cepat lepaskan pakaianmu!!!" Wati hanya bisa pasrah menuruti semua kata-kata Rendra.

"Kenapa darahnya masih keluar?" tanya Rendra.

"Kita tidak usah bercinta ya, Mas," bujuk Wati.

"Enak saja Kamu ngomong. Nungging Kamu!!!" Rendra melepas pakaiannya. Batang kemaluannya sudah siap menusuk. Wati diam.

"Buruan!!! Kamu tidak liat punyaku sudah on?"

 Akhirnya Wati menuruti perintah Rendra.

"Sebentar, Aku pakai kondom."

Rendra mengambil kondom di kamar.

Tanpa basa-basi, Rendra langsung menusuk liang vagina Wati yang berdarah. Cairan Wati bercampur dengan darah, tapi Rendra tak peduli.

"Hentikan Mas! Perih." Teriak Wati. Tapi Rendra justru semakin semangat menusuk Wati dari belakang. Diremasnya kedua payudara Wati.

"Agh ... Cukup Mas!" teriak Wati.

"Wanita bodoh! Nikmati saja!!!" Bentak Rendra.

"Aku mau nyembur. Tahan kuat-kuat ya! Tusukkanku akan lebih cepat." Rendra mempercepat gerakannya. 

"Agh ..."  Dia mencapai puncak. Darah wati semakin mengucur.

"Biar bersih rahimmu," ucapnya cuek. Dilepaskannya kondom yang penuh sperma. Dicucinya kemaluannya, lalu dia meninggalkan Wati sendiri di kamar mandi.

"Ya Allah, sakit sekali. Hatiku hancur ya Allah," gumam Wati.

Darah masih mengalir melewati selangkangannya. Dibersihkannya perlahan seluruh badannya. Usai mandi dia kembali ke kamar. Dilihatnya Rendra rebahan.

"Mas ngga mandi wajib dulu? Biar bisa shalat Zuhur."

"Sudah, jangan sok ngatur! Aku capek, Aku ngantuk, Aku mau tidur. Jangan ganggu Aku!  Siapin aja dirimu. Setelah Aku bangun Aku mau menusuk Kamu lagi."

"Apa Mas?!!" Wati terkejut. Tapi Rendra tidak peduli dan dia tertidur.

*****

Wati diajak Rendra menginap di tempat orang tuanya. Di rumah berlantai dua, dengan halaman yang luas. Kamar Rendra berada di lantai dua. Terdapat kamar mandi di dalam kamar Rendra.

"Kamu siapin dirimu ya! Kita akan nginap beberapa hari di sini. Aku akan mencumbuimu sesukaku. Pokoknya kalau perlu sampai Kamu tidak bisa bangun, hahahaha ..." ucap Rendra pada Wati sesampainya di kamar.

"Kamu gila, Mas!" Kesal Wati.

"Itu sudah jadi kewajibanmu melayani hasrat seksku, Wati." Bentak Rendra.

"Ayo kita turun makan malam. Kamu makan yang banyak biar ada tenaga! Malam ini Kamu yang di posisi atas. Aku ingin Kamu yang banyak bekerja!" Mereka pun turun menuju meja makan.

Di meja makan sudah siap Ayam goreng, tumis kangkung, tahu tempe goreng, terong goreng, dan sambal terasi. Wati menelan ludah. Karena itu makanan favoritnya.

"Ayo sini Nak! Makan yang banyak! Pengantin baru harus banyak makan! Biar punya tenaga begadang," goda mamah Rendra.

"Mamah bisa saja," sahut Rendra.

"Anak mamah pasti perkasa kaya papahnya dong. Jadi pasangannya harus punya tenaga lebih. Iya kan, Pah?" goda mamahnya lagi.

"Mau makan apa mau bahas urusan ranjang, Mah?" tanya papahnya Rendra.

"Papah ... " mamah tersipu malu.

"Radit mana, Mah?" Rendra menanyakan adiknya.

"Biasalah, nongkrong sama teman-temannya."

Rendra hanya dua bersaudara. Adiknya masih kuliah semester empat di fakultas hukum Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

"Oh iya Wati, Kamu dari tadi diam saja. Sudah ada tanda-tanda hamil belum?" tanya mamah. Wati terkejut.

"Baru juga enam bulan Mah. Sabar kenapa sih," jawab Rendra.

"Ya Mamah kan pengen nimang cucu, Rendra."

"Ntar aja lah, Mah. Rendra mau puas-puasin pacaran dulu sama Wati."

"Trus Wati KB?"

"Udah Mah! Kapan selesainya makan kalau Mamah ngobrol terus?" ucap papah.

Wati hanya diam sambil memikirkan nasibnya malam ini. Karena Rendra akan mengajaknya bercinta lagi.

*****

Mohon votenya ya readers
Mohon kritik dan sarannya
Penulis masih sangat-sangat amatiran dan perlu banyak belajar.
Terima kasih readers
Happy reading!!!

Istri Kedua (Tamat di Channel Youtube : Mitha MDN Channel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang