Empat: I'm Sorry (Part 1)

49 0 0
                                    

Jam weker berdering dengan nyaring, menunjukkan pukul 6:00. Aku segera bangkit dari posisi tidurku, lalu merenggangkan badanku yang rasanya kaku setelah tidur selama kurang lebih 4 jam. Ya, semalam aku memang tidak bisa tidur. Aku memikirkan kejadian di ulang tahun Beth yang cukup membuatku malu. Aku kembali mengingat kejadian semalam. Harus kah aku pergi ke sekolah hari ini? Apa yang akan aku lakukan jika saja nanti aku bertemu dengan Beth?

Aku segera bangkit dan berjalan kearah kamar mandi dengan gontai. Semoga saja hari ini aku tidak bertemu Beth.

***

“udah, Ra?” tanya Hayes ketika aku sudah memakan potongan terakhir roti isi selai kacangku.

Aku hanya mengangguk mengiyakan.

“yaudah, yuk” Hayes bangun dari duduknya, akupun melakukan hal yang sama. “berangkat ya, ma, pa” ucap Hayes mencium pipi mama dan papa.

“Skyra berangkat, ma, pa” ucapku juga mencium pipi mama dan papa.

“hati-hati Hayes bawa mobilnya!” seru mama ketika aku dan Hayes sudah melangkah pergi meninggalkan meja makan.

Begitu sampai didepan mobil range rover hitam aku segera masuk kedalamnya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Rasanya malas sekali untuk berangkat sekolah hari ini. Bahkan aku yang setiap hari selalu bersemangat untuk berangkat sekolah agar bisa bertemu Gavin kini merasa malas untuk menatap wajahnya. Aku tak tahu kenapa, aku kehilangan mood ku.

“kenapa sih, Ra? Dari tadi diem mulu” tanya Hayes karena sejak tadi aku tak mengeluarkan suara apapun dari mulutku. Biasanya aku selalu bernyanyi-nyanyi tidak jelas mengikuti lagu yang diputar oleh radio kesukaanku dan Hayes.

Aku hanya menggeleng dan menempelkan dahiku dikaca pintu.

“oh iya, nanti gue gak bisa jemput” ucap Hayes yang membuatku segera mengalihkan pandanganku kearahnya.

“kenapa?” tanyaku tak terima. Kalau Hayes tak bisa menjemput, lantas aku pulang dengan siapa? Papa? dia pasti tidak sempat. Dan lebih parahnya lagi tak ada halte bus yang terletak dekat dengan sekolahku, aku harus berjalan selama 15 menit untuk mencapai halte bus terdekat.

“gue ada janji ketemu dosen gue jam 3” jawabnya tetap fokus pada jalanan.

 “yah, terus gue pulang sama siapa dong?” aku mengerucutkan bibirku.

“ya sama Alvino kek, cowok yang jemput lo semalem kek, atau ya sekali-sekali lah pulang naik bus” ucap Hayes simple.

Aku semakin memajukan bibirku. Dari bete makin bete deh gara-gara Hayes, padahal ini kan masih pagi!

“bye” ucap Hayes ketika aku sudah memegang handle pintu dan bersiap untuk keluar dari mobil.

Aku hanya diam tak membalas. Aku segera melangkah memasuki pintu gerbang sekolah. Suasana disini sudah lumayan ramai karena 45 menit lagi bel akan berbunyi menandakan siswa harus masuk ke kelas dan memulai pelajaran jam pertama.

Aku duduk dibangku ku, disebelahku sudah ada Alvino yang memandangiku. Aku mencoba untuk mengabaikannya.

“gimana keadaan lo, Ra? Lo gapapa kan?” tanya Alvino beruntun.

“iya, gue gapapa kok” jawabku singkat.

“mau cerita?” tanya Alvino sedikit ragu.

“nanti aja deh, Al. Gue masih ngantuk, sambil nunggu masuk gue mau tidur dulu” ucapku sembari melipat tanganku diatas meja dan menenggelamkan kepalaku dilipatan tanganku.

“oke, nanti gue tagih ya?”

“bawel!”

***

Too Little Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang